Syeikh Abubakar bin Salim, selalu mencari pengampunan dari Allah swt untuk dirinya dan orang-orang di zamannya. Dengan ikhlas beliau memohon kepada Allah swt untuk kebaikan umat ini, setiap malam ia menghabiskan waktunya untuk bermunajat, ‘bermesraan’ dan menangis ‘dihadapan’ Allah swt. Apabila disampaikan kepadanya sekelompok orang menjelekjelekan dirinya serta menghinanya, maka beliau tidak membalas cacian orang itu. Justru beliau mendo’akan serta memohonkan ampunan kepada Allah swt untuk orang itu.
Lihatlah akhlak yang begitu indah ini !!!
Syeikh Abubakar bin Salim mcnghabiskan waktunya untuk berdakwah dan membimbing umat menuju jalan Allah swt dan Rasul-Nya. Ia mengadakan majelis-majelis ilmu dan majelis dzikir, baik untuk orang awam maupun orang khusus. Berduyun-duyun orang datang dari tempat yang jauh, bahkan tidak sedikit mereka yang datang dari Syam, dari Mesir, dari Haramain serta dari tempat pelosok yang jauh, hanya untuk menimba ilmu kepadanya. Ia mendidik murid-muridnya, mendidik sekalian manusia untuk beradab kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Syeikh Abubakar bin Salim sangat senang terhadap para tetamu yang datang kepadanya, ia selalu menghormati para tamunya. Setiap orang yang datang kepadanya, selalu disambutnya dengan baik dan dijamu dengan jamuan yang istimewa. Disebutkan dalam biografi beliau, bahwasanya di dapurnya dimasak pada setiap harinya tidak kurang antara 700 (tujuh ratus) hingga l000 (seribu) potong roti.
Pernah suatu saat seorang wanita tua datang ke rumahnya dengan membawa sedikit gandum. Wanita itu ingin menghadiahkan kepada Syeikh Abubakar bin Salim. Sesampainya di kediaman Syeikh Abubakar bin Salim, ia memberikan hadiah itu kepada pembantu Syeikh Abubakar bin Salim, dan mengatakan kepadanya agar menyampaikan hadiah tersebut kepada majikannya.
Setelah menerima pemberian sang tamu ini, lalu pembantu itu berkata: ‘Apalah artinya hadiah yang engkau berikan ini ? Tidakkah engkau mengetahui, bahwa setiap harinya kami memasak hingga seribu potong roti untuk para tamu-tamu kami ?’
Tepat pembantu mengucapkan itu, Syeikh Abubakar bin Salim datang dan menemui wanita tersebut, kemudian beliau berkata kepada wanita itu: ‘Wahai ibu, engkau datang ke tempat ini karena Allah swt berapa banyak langkah yang engkau langkahkan di dalam perjalananmu menuju kemari, semuanya dicatat oleh Allah swt sebagai pahala dan engkau pun menyiapkan hadiah yang mulia ini. Berapa butir dan gandum yang engkau hadiahkan kepadaku, ketahuilah bahwa setiap butirnya dicatat sebagai pahala di sisi Allah swt.’
Maka diterimalah hadiah tersebut oleh Syeikh Abubakar bin Salim dengan keadaan senang. Beliau pun menjamu dan menghormati wanita tersebut, hingga wanita tua itu keluar dari rumahnya dalam keadaan gembira.
Setelah tamu itu pulang, ia pun menegur pembantunya dan berkata: ‘Jangan sekali-kali engkau berucap kalimat seperti tadi kepada siapa pun. Ketahuilah bahwasanya kami tidak menyaksikan yang memberi, namun hal itu semata-mata hanya Allah swt. Apa pun yang sampai kepada kami melalui tangan hamba-Nya, baik itu banyak ataupun sedikit pada hakekatnya pemberinya adalah Allah swt. Sesungguhnya Allah swt memberikan mereka pahala sesuai dengan niat mereka dan menurut kadar keikhlasan mereka. ‘
Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz