Dalam sebuah riwayat disebutkan, ketika disebuah negeri sedang dilanda kemarau yang begitu panjang dan bertahun-tahun hujan tak kunjung tiba, kemudian mereka bersepakat akan mengumpulkan seluruh penduduk negeri itu untuk melaksanakan Shalat Sunnah Istisqa’ guna meminta kepada Allah swt agar diturunkan hujan di negeri tersebut.
Tiba-tiba datanglah seseorang musafir yang tengah lewat di daerah itu. Saat melihat para penduduk berkumpul, ia bertanya kepada salah satu dari mereka: “Apakah gerangan yang sedang menimpa kalian ? Aku melihat kesusahan yang mendalam di raut wajah kalian.”
Lalu sebagian dari mereka berkata: ‘Wahai fulan, kami sedang dilanda paceklik yang berkepanjangan, sehingga kami akan melakukan Shalat Sunnah Istisqa’ untuk memohon kepada Allah swt agar Dia menurunkan hujan bagi negeri kami.’
Lalu musafir itu mengangkat tangannya seraya mengatakan: ‘Ya Allah demi apa yang ada di dalam kepalaku ini, aku memohon kepada-Mu agar Engkau menurunkan hujan kepada penduduk negeri ini’. ‘Tak lama ia memanjatkan do’a, lalu hujan pun mengguyur negeri tersebut dengan begitu derasnya.
Para penduduk penasaran dengan do’a yang diucapkan oleh sang musafir itu, hingga salah seorang dari mereka bertanya:
“Wahai fulan, apakah yang ada di dalam kepalamu hingga engkau bertawasul dengan apa yang ada di dalam kepalamu ?”
Lalu ia menjawab: ‘Sesungguhnya yang ada di dalam kepalaku ini ada dua bola mata yang pernah melihat wajah Abu Yazid al-Bushtami dan dengan berkat itu Allah swt menurunkan hujan bagi negeri kalian ini.’
Ada sebuah dalil yang membuktikan betapa besar pengaruh dari pandangan ini, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam: ‘Kelak ada seseorang yang berperang di jalan Allah swt, lalu mereka saling bertanya satu sama, lainnya: ‘Adakah diantara kalian yang pernah melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ?
Mereka bilang. ‘Ada, fulan, fulan dan fulan. ‘Maka dengan berkat orang yang pernah rnemandangku itu kalian akan meraih kemenangan.
Kemudian datang generasi berikutnya ditanya: ‘Apakah ada diantara kita orang-orang yang berjihad ini yang pernah melihat orang yang pernah melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ?’
Ketahuilah, bahwa sekarang kita berada dalam majelis seorang hamba yang dicintai-Nya, yaitu Syeikh Abubakar bin Salim. Oleh karena itu marilah kita berdo’a kepada Allah swt dengan washilah (perantara) keberkahan yang diberikan Allah swt kepada Syeikh Abubakar bin Salim, semoga Allah swt memperbaiki hubungan kita dengan-Nya dan dengan hamba-hamba-Nya.
Mudah-mudahan Allah swt memberikan keridhaan-Nya kepada kita sekalian agar Allah swt mengampuni semua kesalahan dan dosa-dosa ki ta.
Kita datang kepada Allah swt melalui pintu orang yang dicintai dan mencintai Allah swt, maka bersungguh-sungguhlah berdo’a kepada-Nya.
Semoga Allah swt mengampuni dosa-dosa kita yang lampau dan menjaga kita dari perbuatan dosa dalam umur kita yang selanjutnya serta mengangkat derajat orang tua kita serta mengampuni segala kesalahan dan dosa mereka.
Semoga Allah swt memberikan keberkahan dalam sisa hidup kita ini dan memberikan kita sebuah anugerah yang agung dalam akhir usia kita yaitu Husnul khatimah.
Kita berharap, semoga Allah swt mengumpulkan kita bersama para auliya, bersama kaum shalihin, bersama al-Imam asySyeikh Abubakar bin Salim dan berada dalam barisan Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Mintalah kepada Allah swt Yang Maha Penyayang dan bersungguh-sungguhlah dalam berdo’a dan memanggil nama Allah swt
Memohonlah kepada Allah swt dengan sungguh-sungguh, sebab Allah swt menyukai orang yang bersungguh-sungguh di dalam memohon kepada-Nya.
Berdo’alah dengan hat ikita, lisan kita dan seluruh jiwa kita.
Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz