Keutamaan Imam Shalat ke-2
Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam bangga atas karunia Allah SWT tersebut di atas. Beliau berkata, “Allah telah memberikan kepadaku tiga perkara: Memberikan kepadaku shalat dalam saf-saf, memberikan kepadaku tahiyyat, yaitu tahiyyat-nya penghuni surga, dan Allah memberikan kepadaku ta ‘min. Ta’min itu tidak diberikan Allah kepada seorang pun dari para Nabi kecuali yang diberikan oleh-Nya kepada Nabi Harun. Yaitu ketika Nabi Musa berdoa dan Nabi Harun mengamini doanya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Shahih-nya).
Ta’min merupakan salah satu pintu maghfirah. Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menyatakan:
إذ قال الإمام غير المغضوب عليهم ولا الضالين , فقول : آمين , فانه من وافق قوله قول الملائكة غفر له ما تقدم من ذنبه
“Jika Imam selesai mengucapkan ghairil-maghdhubi ‘alaihim wa ladh-dhallin, hendaklah kalian mengucapkan amin. Sebab, bila ucapan (kalian) itu bersamaan dengan ucapan para malaikat, orang (yang mengucapkannya) itu beroleh ampunan atas dosanya di masa lalu.” (Diriwayatkan oleh Malik dan Bukhari. Juga oleh Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah).
Menurut Al-Qadhiy ‘Ayyadh, yang dimaksud “bersamaan” adalah mengenai sifat kekhusyukan dan keikhlasan dalam shalat.
Mereka (para ulama) berbeda pendapat mengenai malaikat yang disebut dalam hadis-hadis di atas. Ada yang mengatakan: mereka adalah malaikat hafadzah (yang mengamati manusia). Ada pula yang mengatakan: mereka adalah penghuni langit (ahlus-sama).
Para ulama terdahulu mengatakan, “Kalau para malaikat hafadzah mengucapkan ta’min, di atas mereka pun ada yang mengucapkannya, pada akhirnya sampailah ta’min itu kepada para penghuni langit.”
Maghfirah termaksud dalam hadis tersebut di atas sampai mencakup ahlul-masjid (orang yang shalatnya sehari-hari dilakukan dalam masjid). Sebuah riwayat yang diketengahkan oleh An-Nasa’i mengatakan, “Orang yang ucapan ta’min-nya berbarengan dengan malaikat, maghfirah dari Allah SWT mencakup semua orang yang berada di dalam masjid.”
Maghfirah tersebut mencakup juga doa-doa di masa lalu. Mengenai itu sebuah hadis menuturkan, bahwa Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata, “Apabila seorang hamba Allah mengucapkan dmin dan ucapannya itu bertemu dengan ucapan (yang sama) dari penghuni langit dan penghuni bumi, maka orang yang mengucapkannya itu diampuni dosa-dosanya di masa lalu (yakni dosa-dosa yang kecil).”
Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam telah menjanjikan terkabulnya ucapan dmin dengan pernyataan beliau, “Ucapkanlah dmin, niscaya Allah SWTmengabulkan (doa) kalian.”
Dahulu, para sahabat Nabi Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam selalu mengakhiri doa mereka dengan lafal dmin. Seorang sahabat Nabi bernama Abu Zuhair An-Nu-mairi mengatakan, “Ucapan amin ibarat cetakan (cap atau stempel) di atas lembaran (kertas).” Ia sendiri jika mendengar ada seorang berdoa dalam suatu majelis (pertemuan) selalu mengingatkan, “Akhirilah doa itu dengan dmin.” Ia pun menceritakan kesaksiannya sendiri, “Pada suatu malam aku bersama Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam Tiba-tiba kami menjumpai seorang sedang nyinyir (merengek-rengek) mohon suatu soal. Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam lalu berhenti mendengarkannya. Kemudian beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata, ‘Bila telah selesai berdoa ia wajib mengucapkan sesuatu.’ Seorang dari masyarakat setempat bertanya, ‘Dengan apa ia harus mengakhiri (doanya)?’ Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menjawab, ‘Dengan dmin. Jika ia mengakhiri (doanya) dengan dmin, maka (doanya) terkabul.’ Orang yang mena-nyakan hal itu kepada Nabi Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam lalu mendatangi orang yang berdoa. Kepadanya ia berkata, ‘Hai Fulan, akhiri doamu dengan dmin dan gembiralah!'” (Diriwayatkan oleh Abii Dawud).
Orang yang mengamini doa saudaranya (sesama Muslim) ia adalah mitra (syarik) baginya, baik dalam hal bertawajjah menghadap (kepada Allah) maupun dalam hal terkabulnya doa. Mengenai itu Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam mengatakan:
لا يجتمع ملأ فيدعو بعضهم ويؤمن بعضهم الا اجابهم الله
“Bila sejumlah orang berkumpul lalu ada sebagian yang berdoa dan sebagian lainnya mengamininya niscaya Allah mengabulkan doa mereka.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim).
Berdasarkan hadis-hadis tersebut, maka orang yang berdoa tanpa mengucapkan lafal amin, ia tidak akan beroleh apa-apa. Mengenai hal itu Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata:
ومثل الذي لا يقول آمين كمثل رجل غزا مع قوم فاقترعوا فخرج سهامهم ولم يخرج سهمه فقال ما لسهمى لم يخرج؟ قال : انك لم تقل آمين
“Orang yang berdoa tanpa mengucapkan amin, ibarat orang yang hendak berperang bersama sejumlah orang lain. Mereka mengadakan undian dan ternyata mereka memenangkan undian (untuk berangkat ke medan perang). Akan tetapi ia sendiri undiannya tidak keluar, lalu bertanya, ‘Mengapa undianku tidak keluar?’ Yang ditanya menjawab, ‘Karena engkau tidak mengucapkan Amin.”‘ (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari riwayat Laits bin Abl Sulaim).
Hadis tersebut merupakan perumpamaan dari Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam bagi orang yang lupa menyebut amin bersama Imam. Ia lengah dan sibuk (memikirkan sesuatu) hingga terlepas dari pengawasan imam (pimpinan) yang berangkat membawa pasukan. Setelah memenangkan pepe-rangan mereka berkumpul untuk berbagai ghanimah dan penerimaan tanda jasa. Hanya seorang anggota pasukan yang tidak keluar undiannya. Dengan demikian ia rugi, tidak menerima bagian apa pun dari harta ghanimah. Ia lalu bertanya kepada komandannya, “Mengapa undianku tidak keluar?” Dijawab, “Karena engkau tidak minta dan tidak patuh kepada komandan bersama yang lain-lain (dalam shalat, mereka itu adalah orang-orang yang makmum), dan engkau tidak mengucapkan amin.” Demikianlah suatu perumpamaan yang mudah dicerna oleh yang mengucapkan dmin dan bemntung, dan mudah dicerna juga oleh yang tidak mengucapkan amin dan tidak beruntung.
Karena itulah Rasulullah Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam menyuruh kita banyak-banyak mengucapkan amin. Beliau Shalallahu alaiihi waAlihi wa shohbihi wa salam berkata, “Perbanyaklah ucapan amin.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Sumber : Terj. Syaraf al-Ummah al-Muhammadiyyah
Karya Sayid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hassani