Sebaliknya, hati-hati yang shaleh akan meninggal dalam keadaan mengingat kebaikan, mengingat Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, mengingat para sahabat, para anbiya, para auliya’ dan para shalihin. Maka kelak orang yang semacam ini akan dibangkitkan bersama mereka. Sebagaimana janji Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam sebuah hadits: “almar’u ma’a man ahabb.” (Artinya: ‘Seseorang itu akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya’).
Wahai saudaraku, berapa banyak orang yang ketika datang waktu sakaratul maut tidak bisa mengucapkan kalimat La ilaha illallah. Bahkan setelah dibimbing untuk mengucapkan syahadat hingga beberapa kali, namun yang keluar dari mulut mereka hanyalah kata-kata selain La ilaha illallah. Itu semua terjadi karena begitu tebalnya kadar kemaksiatan sewaktu berada di dunia. Dengan adanya peringatan ini, hendaknya kalian bertaubat dari segala bentuk kemaksiatan.
Disebutkan dalam sebuah kisah, pernah seorang shaleh bermimpi. Dalam mimpinya orang shaleh tersebut bertanya kepada seseorang yang telah meninggal dunia: ‘Wahai fulan, hal apakah yang membuatmu tersiksa seperti ini ?’
Lalu mayit itu pun menjawabnya dengan penuh penyesalan: ‘Ketahuilah, bahwa semua ini karena perbuatanku sendiri pada detik-detik kematianku, lisanku tertahan dan membuatku tak bisa mengucapkan La ilaha illallah.‘
Dengan penuh keheranan, maka orang shaleh ini pun bertanya kembali kepada si mayit tersebut: ‘Apakah gerangan yang mencegahmu dari mengucapkan kalimat itu ?’
Dengan lirih, mayit itu menjawab: ‘Yang mencegah saya berkata La ilaha illallah adalah pandangan-pandangan haram ketika saya berada didunia. ‘
Itulah hal yang mencegah antara kita dengan Allah swt, itulah yang menjadi hijab antara kita dengan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, hal ini sebagaimana firman Allah swt didalam al-Qur’an:
قل للمؤمنين يغضوا من أبصرهم و يحفظوا فروجهمۚ ذلك أزكى لهمۗ إن الله خبير بما يصنعون
Artinya: ‘Katakanlah kepada orang laki-laki yang berirnan, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, karena yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa-apa yang mereka perbuat.’ (QS. an-Nur ayat: 30).
Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz