Ketahuilah, bahwa dosa itu terbagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Meskipun dalam hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama. Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa tidak ada dosa besar dan kecil, akan tetapi setiap tindakan yang menyalahi Allah adalah dosa besar. Kendati pendapat ini tidak salah, akan tetapi pada kenyataannya berbagai nash dalam syariat menyebutkan bahwa dosa terbagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa kecil. Dalam Al-Quran Allah sendiri telah mewahyukan:
ان تجتنبوا كبائر ما تنهون عنه نكفر عنكم سيئاتكم وندخلكم مدخلا كريما(31
”Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kalian dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami hapuskan kesalahan-kesalahan kalian (dosa-dosa kecil kalian) dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia” (Surga). (An-Nisa, 4:31)
Demikianlah Allah mewahyukan. Lihatlah, betapa besar karunia-Nya. Allah tidak mengatakan, “Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kalian dilarang untuk mengerjakannya, niscaya Kami akan memperhitungkan dosa-dosa kalian lainnya.” Akan tetapi, ketika kita menjauhi dosa besar, DIA justru mengampuni dosa-dosa kecil kita, dan bahkan memasukkan kita ke dalam Surga. Lihatlah, inilah DIA, Allah, Tuhan kita, yang barang siapa berhubungan dengan-Nya tidak akan pernah mengalami kerugian.
Barang siapa berhubungan dengan perusahaan, pemerintahan, dan pengusaha lainnya, maka dia kelak akan mengalami penyesalan. Akan tetapi, barang siapa menjalin hubungan dengan Allah, maka dia akan memperoleh keuntungan demi keuntungan.
Di samping itu, Rasulullah saw bersabda:
الصلوت الخمس والجمعة الى الجمعة يكفرنما بينهن ان اجتنبت الكبائر
“Shalat lima waktu dan jumat ke Jumat akan menghapuskan dosa-dosa yang dikerjakan di antara keduanya, selama dihindari dosa-dosa besar. (HR Muslim)
Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Amr bin ‘Ash, beliau saw bersabda:
الكبائر الاشراك بالله وعقوق الوالدين وقتل النفس واليمين الغموس
“Dosa-dosa besar itu adalah menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa yang tak berdosa dan sumpah palsu.” (HR Bukhari)
para sahabat dan tabi’in berbeda pendapat tentang jumlah dosa besar. Di antara mereka ada yang menyatakan jumlah dosa besar adalah empat, tujuh, sembilan, sebelas, dan seterusnya. ‘Abdullah bin ‘Umar menyatakan bahwa dosa besar jumlahnya adalah tujuh.
Sedangkan Ibnu Hajar menyebutkan sejumlah dosa besar hingga mencapai empat ratus macam.
Kata ‘besar’ secara bahasa masih samar, tidak ada definisi tertentu dalam bahasa maupun syariat yang menjelaskan arti “besar’. Hal demikian dikarenakan kata ‘besar’ dan ‘kecil’ itu bersifat relatif. Suatu dosa dinyatakan besar adalah jika dibandingkan dengan dosa yang lebih kecil darinya dan dikatakan kecil adalah jika dibandingkan dengan yang lebih besar darinya. Membunuh seorang Muslim atau memotong tangannya adalah dosa besar jika dibandingkan dengan sekedar memukul seorang Muslim. Sedangkan memotong tangan seorang Muslim merupakan dosa kecil jika dibandingkan dengan membunuh seorang Muslim.
Memang, seseorang boleh saja menyatakan bahwa dosa-dosa yang pelakunya diancam akan dimasukkan ke neraka adalah dosa besar. Sebab, hukuman dengan api neraka merupakan hukuman yang besar (berat). Seseorang juga boleh berpendapat bahwa dosa-dosa yang menyebabkan pelakunya dikenakan had (hukuman cambuk dan sejenisnya) di dunia sebagai dosa besar, sebab, bentuk hukuman di dunianya itu memang besar (berat). Ia juga boleh menyatakan bahwa dosa yang secara khusus disebutkan pelarangannya di dalam Al-Quran adalah dosa besar, sebab penyebutan dosa itu secara khusus jelas menunjukkan bahwa dosa itu dosa besar. Setelah itu barulah dosa-dosa yang disebutkan di dalam Al-Quran itu dibandingkan yang satu dengan yang lain, sehingga dapat disebutkan mana yang besar dan mana yang kecil berdasarkan hasil perbandingan tersebut.
Oleh karena itu, penyebutan-penyebutan semacam ini tidak menjadi masalah. Lagi pula berbagai pernyataan para sahabat yang dikutip juga berkisar di sekitar istilah-istilah ini, dan tidak menyimpang terlalu jauh jika dicocokkan dengan berbagai kemungkinan di atas.
Sumber: Obat Hati 1 Saduran Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz