Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalam bersabda:
أعظم النساء بركة اخفهن مؤولة.
Artinya: “Seorang wanita yang paling banyak berkahnya adalah yang paling ringan mas kawinnya.”
Selama seseorang mendapatkan wanita yang shalihah yang menolong perkara agama dan akhiratnya maka menikah lebih baik baginya. Jika tidak maka meninggalkan hal itu, mengosongkan dirinya untuk ibadah, serta tidak perlu mengeluarkan nafkah untuk wanita, semua itu lebih baik dan lebih terpuji.
Diriwayatkan dalam hadits:
خيركم بعد المائتين الخفيف الحاذ، الذي لا أهل له ولا ولد.
Artinya: “Sebaik-baik diantara kalian setelah dua ratus tahun ke depan adalah seseorang yang ringan biaya dan tidak mempunyai istri dan anak.”
Dahulu salah seorang wanita yang shalihah, jika ia melihat suaminya dalam keadaan gundah gulana ia berkata kepada suaminya tersebut: “Jika kegundahanmu karena perkara akhirat maka beruntunglah engkau. Tetapi jika dikarenakan perkara dunia maka ketahuilah kami tidak pernah memaksakan sesuatu yang engkau tidak mampu melakukannya.”
Rabi’ah asy-Syamiyyah adalah isteri al-Imam Ahmad bin Abu al Hawari rhm, ia selalu memasakkan makanan yang enak dan lezat serta menyemangatinya seraya berkata: “Pergilah engkau dengan jiwa semangatmu menuju isterimu.”Kala itu suaminya mempunyai isteri yang lain. Setiap usai Shalat Isya’ ia selalu memakai wewangian dan mengenakan bajunya seraya mendatangi ranjang suaminya sambil berkata: “Wahai suamiku, apakah engkau mempunyai hajat?”
Jika suaminya mempunyai hajat kepadanya maka ia tinggal bersamanya. Jika tidak, ia melepas pakaian yang ia kenakan tadi dan berdiri tegak di tempat shalatnya hingga waktu subuh. Dialah yang meminta Ibn Abu al-Hawari (Ahmad) untuk menikahinya, karena sebelumnya ia mempunyai seorang suami yang telah meninggal dan mewarisi harta benda.
Ia mengingikan Ibn Abu al-Hawari mengurus pembagian harta itu untuk diberikan kepada ulama dan orang-orang baik dengan memberikan makanan dan lain-lainnya. Karena lelaki lebih tepat dan lebih lihai mengurusi hal itu dibanding wanita. Itulah sebabnya ia meminta Ibn Abu al-Hawari untuk menikahinya. Dan masih banyak lagi kisah-kisah seperti diatas yang dialami para wanita shalihah dari kalangan salafunasshalihin.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad