Jadi tugas pokok yang harus menjadi sandaran pencari ilmu adalah memperbaiki niatnya pada saat memulai menuntut ilmu. Yaitu menginginkan Allah swt dan lebih mengutamakan kehidupan akhirat kelak. Sesungguhnya niat merupakan pondasi yang di atasnya akan dibangun sesuatu. Jika pondasi baik dan lurus, maka bangunannya akan menjadi baik dan lurus. Hendaknya para penuntut ilmu memperhatikan semua hal itu dengan sebenar-benarnya dan berusaha mencapainya dengan sungguh-sungguh. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam bersabda:
إنّما الأعمال بالنّيّات
Artinya: “Sesungguhnya setiap amal tergantung pada niatnya.”
al-Imam al-Ghazali rhm. menyebutkan di awal kitabnya Bidayatul hidayah sebagai peringatan untuk semuanya, beliau mengingatkan para penuntut ilmu tentang niat-niat yang jelek dan baik dan segala yang dianjurkan dan tidak. Adapun peringatan tersebut, Amma ba’du ketahuilah, wahai orang-orang yang sangat menginginkan ilmu, yang menampakkan
dari dirinya keinginan yang kuat dan benar-benar haus akan ilmu. Jika dalam mencari ilmu engkau bertujuan………….. (hingga pada ucapannya). Dan ikan-ikan di lautan beristighfar untukmu ketika engkau berusaha.
Seorang ulama yang memiliki keutamaan, terpuji, mempunyai derajat yang tinggi di sisi Allah swt, kedudukan mulia, dan mendapat keberuntungan di akhirat, adalah ulama yang mengamalkan yang ia ketahui, menyebarkan ilmu dan mengajak orang kepadanya, mengajar hamba Allah swt karena mengharapkan Allah swt dan keridhaan-Nya, serta sangat menginginkan pahala akhirat di sisi-Nya.
Berikutnya adalah seorang ulama yang mengamalkan ilmunya karena Allah swt, tetapi tidak memiliki tujuan untuk mengajar hamba Allah swt. Jika ia meninggalkan perbuatan mengajar karena pelit dengan ilmunya dan berkeinginan untuk menyembunyikannya dari orang-orang yang membutuhkan, maka ia termasuk orang yang berdosa dan terhina di sisi Allah swt dan Rasul-Nya. Jika ia meninggalkan perbuatan mengajar karena disibukkan oleh dirinya, menghabiskan waktunya untuk ibadah-ibadah agama dan beramal untuk akhirat, sedang masyarakat tidak membutuhkan pengajarannya dikarenakan adanya ulama lain yang mengajar dan menyebarkan ilmu bagi mereka, maka hal itu tidak menjadi masalah. Perbuatan seperti itu telah dilakukan oleh para pendahulu kita, yang shaleh dan diberkahi, yang terdahulu dan yang akhir. Terutama yang berkaitan dengan hukum dan fatwa. Kami akan menambahkan keterangan mengenai hal ini pada bab yang menjelaskan sifat-sifat orang yang menyendiri untuk beribadah kepada Allah swt.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad