Hendaknya seorang muslim yang bertakwa kepada Tuhannya dan sayang kepada agama dan akhiratnya, berhati-hati dari segala macam dan bentuk rrya’ Hendaknya ia benar-benar menjaga dirinya dari semua itu. Jika terjadi lintasan dan rintangan itu di dalam hatinya, maka hendaknya ia berusaha menghilangkannya sebisa mungkin, dan membenci hal itu, lalu memohon ampun dan berlindung kepada Allah SWT dari kejahatannya.
Hendaknya ia menghindari sikap menyombongkan diri dan membanggakan diri di hadapan manusia dengan ibadah dan amal taatnya. Sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang dimurkai Allah SWT dan menggugurkan pahala amal saleh. Disebutkan dalam hadits:
لا يدخل الجنة من في قلبه مثقال ذرة من كبر
Artinya: “Tidak akan masuk surga seseorang yang dalam hatinya kesombongan meskipun sebesar biji Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wasalami.”
Berkata penulis Kitab al-Hikam rhm mengatakan: Kadang-kadang kemaksiatan yang menjadikan pelakunya merasa hina dan patah hati lebih baik daripada ketaatan yang menjadikan pelakunya merasa mulia dan sombong. Termasuk ciri-ciri orang taat yang baik adalah, ketaatannya menambah kekhusyuannya kepada Allah, dan ketundukan serta kerendah-hatiannya terhadap hambaNya yang beriman. Inilah perbuatan taat yang terutama.
Begitu juga hendaknya berhati-hati dari sifat ujub terhadap dirinya dan amal taatnya. Sesungguhnya hal itu termasuk perkara yang bisa menggugurkan pahala. Hendaknya ia menyadari bahwa karunia yang ada pada dirinya semata-mata milik Allah SWT. Allah-lah yang menggerakkannya untuk beramal taat kepada-Nya dan mengijinkannya untuk melayani-Nya.
Padahal di samping semua itu ia adalah hamba yang hina, rendah dan fakir. Lalu ia dimuliakan dan ditinggikan oleh Allah SWT Yang Maha Suci dengan menjadikannya sebagai makhluk yang menyembah, mentaati, menyebut, dan mensyukuri-Nya. Jadi keutamaan dan karunia yang awal dan yang akhir, yang tampak dan yang tersembunyi, yang dekat dan yang akan datang adalah milik Allah SWT.
Hendaknya ia mengetahui bahwa hak Allah SWT atas hamba-Nya adalah selalu taat kepada-Nya, berkewajiban menyembah dan melayani Nya. Hal ini adalah termasuk perkara yang tidak seorang pun mampu mendirikan sebagiannya, walaupun ia telah mencapai ketaatan dan ibadah yang tinggi,dan benar-benar berusaha dengan giat hingga puncak kemampuannya, dan menghabiskan tenaga serta usahanya.
Hendaknya seorang hamba mengakui kekurangannya dalam mendirikan kewajiban menyembah Tuhannya Mengakui bahwa karena karunia Allah SWT semata-mata sehingga diberikan kepadanya taufik dalam ketaatan dan berkhidmat kepada-Nya Jangan sampai ia berbangga dengan diri dan amalannya, maka semua itu akan menghancurkannya di saat ia mengharapkan keselamatan dan merugikannnyadi saat ia mengharapkan keuntungan. Allah SWT berfirman:
يا أيها الذين آمنوا لا تتبعوا خطوات الشيطان ومن يتبع خطوات الشيطان فإنه يأمر بالفحشاء والمنكر ولولا فضل الله عليكم ورحمته ماركا منكم من أحد أبدأ ولكن الله يزكي من يشاء والله سميع عليم
Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya tetapi Allah memberikan siapa yang di kehendakaNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Qs an-Nurayat: 21).
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad