Orang yang beriman telah diperkokoh dan dibentengi oleh al Qur’an dari hal-hal yang dapat membinasakannya. Orang yang beriman adalah tawanan di dunia dan ia berusaha untuk melepaskan belenggu dirinya. Ia tidak akan merasa aman dari apa pun hingga menjumpai Allah SWT. Ia mengetahui bahwa pendengaran, penglihatan, lisan dan anggota badannya akan dipertanggung jawabkan
Beliau rhm juga berkata: “Sesungguhnya engkau tidak dapat mencapai hakekat keimanan, hingga engkau tidak mencela orang dengan kekurangan yang ada pada dirimu sendiri dan mulai memperbaiki kekurangan itu dari dirimu hingga menjadi baik. Jika engkau telah melakukannya, maka tidaklah engkau memperbaki suatu kekurangan kecuali engkau akan mendapatkan kekurangan lain yang belum engkau perbaiki.
Jika engkau telah melakukan hal di atas maka kesibukanmu hanya terhadap dirimu sendiri. Hamba yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah orang yang memiliki ciri-ciri tersebut. Tidak ada satu makhluk pun yang pernah mendengar hari dibeberkannya kekurangan dan air mata yang menangis lebih besar daripada hari kiamat.”
Beliau rhm berkata: “Celaka engkau wahai anak Adam! Apakah engkau mampu memerangi Allah?? Sesungguhnya orang yang bermaksiat kepada Allah SWT, maka sesungguhnya ia telah memeranginya. Demi Allah, aku mengalami zaman tujuh puluh sahabat yang menghadiri Perang Badar dan kebanyakan pakaian mereka terbuat dari bulu domba..
Jika kalian melihat mereka pasti kalian akan mengatakan mereka adalah orang gila dan jika mereka melihat orang yang terbaik diantara kalian mereka pasti berkata: “Mereka tidak mempunyai keuntungan (pahala) Jika mereka melihat orang yang terburuk diantara kalian, mereka pasti berkata: ‘Mereka adalah orang yang tak percaya pada hari pembalasan.”
Demi Allah, aku telah melihat suatu kaum yang mendudukan dunia lebih hina daripada tanah yang berada dibawah telapak kaki mereka. Aku telah melihat suatu kaum, yang di sore harinya salah seorang diantara mereka tidak memiliki sesuatu kecuali makanan secukupnya saja, lalu ia berkata: ‘Aku tak akan menjadikan semua ini didalam perutku, aku akan menjadikan sebagiannya dijalan Allah SWT.’ Maka ia pun menyedekahkan sebagian dari makanannya walaupun ia lebih membutuhkan dari pada orang yang disedekahinya itu.”
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad