Setiap orang yang ilmunya hanya sekedar ilmu yang tidak bermanfaat dan penting untuk agama, maka penetapan bagi dirinya sebagai ulama hanya sekedar gambaran saja tanpa hakikat baginya, dan bahkan kadang-kadang ilmunya itu dapat menjadikan sebab bagi dirinya jatuh ke dalam murka Allah swt, kehancuran bagi dirinya dan hilangnya kehidupan akhiratnya. Maka diharuskan bagi seorang ulama menyandarkan bagi dirinya ilmu yang berkaitan dengan ilmu agama dan akhirat yang diikuti dengan rasa takut dan tunduk kepada Allah swt. Dan banyak disebutkan di dalamnya janji dan ancaman, zuhud terhadap dunia dan cinta kepada akhirat, serta yang seperti itu. Inilah ilmu yang disebut oleh al-Imam Sufyan ats-Tsauri 15 rhm. Aku mencari ilmu untuk selain Allah swt, maka ilmu itu menolak kecuali jika untuk Allah swt. Dan juga yang diucapkan oleh al-lmam Hujjatul Islam al-Ghazali rhm yang memiliki makna sama dengan itu.
Seperti halnya kebimbangan-kebimbangan dan prasangka-prasangka datang kepada seorang ulama yang bertakwa atau yang tidak, lalu menghalangi dan merintanginya dari mengajak kepada Allah swt, memberi petunjuk kepada kebaikan dan menyebarkan ilmu, kadang-kadang kebimbangan-kebimbangan itu juga terjadi pada orang bodoh, lalu menghalangi dan memalingkannya dari menuntut ilmu dan memahami agama. Seperti seorang yang bodoh memiliki kebimbangan bahwa jika ia menuntut ilmu dan mempelajarinya maka hak-hak Allah swt dan hamba-Nya akan mengarah kepadanya, lalu akan diwajibkan atasnya mendirikan perintah-perintah Allah swt, menjauhi larangan-Nya dan perbuatan maksiat.
Dengan kebodohannya ia mengira bahwa jika ia tidak menuntut ilmu dan mempelajarinya, maka ia akan selamat dari kewajiban-kewajiban dan bebas. Ini merupakan prasangka yang rusak dan alasan yang lemah. Hingga kau akan melihat sebagian orang yang bodoh enggan menghadiri majelis orang-orang yang mencapai kebenaran dan mengajak kepada Allah swt. Penyebabnya karena ia takut akan mendengar sesuatu yang mewajibkannya untuk beramal dari amal taat kepada Allah swt, menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah swt, atau mengenai zuhud dari dunia dan syahwatnya yang telah menguasai dan mencekiknya, janji-janji dan ancaman dengan pahala atau hukuman dari Allah swt. Lalu ia mengira bahwa dirinya telah tertolong dari semua itu dan selamat dari kewajiban-kewajiban itu disebabkan oleh kebodohan dan penyimpangannya dari kebenaran dan orang-orang yang berada di dalam kebenaran. Dan jauh sekali, jauh sekali!
Sesungguhnya Allah swt tidak akan menerima alasannya dengan kebodohannya dan tidak akan menambahkan kepadanya dengan semua itu kecuali kejauhan, adzab, kehinaan dan malapetaka.
Kadang-kadang mencari dunia menyibukkan seorang yang bodoh dari mencari kebenaran dan pengetahuan agama. Ia menghabiskan waktunya untuk sibuk dengan dunia, bangga dengan perhiasannya dan mengumpulkan hartanya, hingga ia tidak memiliki waktu lagi dan tidak ada masa yang kosong mencari kebenaran dan agama. Maka bagiannya hanyalah dunia, sibuk dengan mengumpulkannya dan kikir, menikmati syahwat dan kelezatannya, hingga tidak ada baginya bagian dan nasib di dunia dan akhirat kelak. Sedangkan dengan kebodohannya yang besar dan kelalaiannya yang berlebih-lebihan, ia mengira bahwa mencari dunia lebih penting, wajib dan lebih baik bagi dirinya daripada mencari pengetahuan agama, memahaminya dan mengetahui perintah dan larangan Allah swt.
Bagi orang-orang yang semacam ini Allah swt berfirman:
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Artinya: “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (Qs. ar-Rum ayat: 7.)
وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ، أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya: “…dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.” (Qs. Yunus ayat: 7-8.)
——–
15 Seorang pemimpin dalam ilmu agama di zamannya, dan amirul mukminin dalam ilmu hadits. Dilahirkan dan tumbuh di Kufah. Wafat di Bashrah pada tahun 161 H.
Sumber : Dakwah Cara Nabi Karya al Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad