Selain itu, ada pula Sayyidah ‘Aisyah ash-Shiddiqah binti Sayyidina Abubakar ash-Shiddiq dan juga ummahatul mu’minin (sebutan untuk para isteri-isteri Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) lainnya serta wanita yang pertama kali syahid dalam Islam, yaitu Sayyidah Sumayyah, ibu dari sahabat Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang bernama Ammar bin Yasir, yang dari mereka semua kita dapat mengambil suri tauladan.
Begitu juga para wanita-wanita dari kalangan shahabiyyah (para sahabat wanita) Anshar yang berjihad, yang hati-hati mereka senantiasa diliputi dengan keagungan Allah swt dan Rasul-Nya, dengan cinta yang shiddiq kepada Allah swt dan Rasul-Nya.
Disebutkan dalam sebuah riwayat yang masyhur (riwayat yang banyak didengar orang/riwayat yang terkenal): ‘Seusai pulang dari sebuah peperangan yang diikuti oleh Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, salah seorang sahabat yang ikut dalam perang tersebut mengatakan kepada salah satu wanita Anshar yang menunggu di gerbang pintu masuk Kota Madinah: Wahai fulanah ayahmu telah terbunuh !’
Dengan penuh kecemasan ia menjawab: ‘Aku tidak bertanya bagaimana kabar ayahku, namun aku bertanya apa yang terjadi pada diri Rasulullah ?’
Lalu datang sahabat yang lain dan berkata: ‘Wahai fulanah, saudaramu telah terbunuh !‘
Wanita Anshar itu menjawab: ‘Aku tidak menanyakan kabar saudaraku,yang aku tanyakan bagaimana keadaan Rasulullah ?’
Datanglah sahabat lain lagi mengatakan kepada wanita tersebut: ‘Wahai fulanah, anakmu telah terbunuh !’
Wanita Anshar tersebut menjawab: ‘Aku tidak bertanya tentang kabar anakku,yang aku tanyakan apakah yang terjadi pada diri Rasulullah ?’
Sahabat tersebut menjawab: ‘Sungguh Rasulullah dalam keadaan baik seperti yang engkau inginkan.’
Dengan nafas tersengal-sengal, wanita Anshar itu berkata: ‘Tunjukkan kepadaku dimana junjunganku Muhammad, aku ingin melihat bagaimana keadaannya’
Lalu sahabat tersebut membawa wanita Anshar ini ke tempat Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan wanita itu menyaksikan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam keadaan baik. Kemudian wanita tersebut melihat ke wajah teduh Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam seraya berkata: ‘Sesungguhnya setiap musibah, selain yang menimpa dirimu wahai Rasulullah adalah hal yang kecil.
Lihatlah bagaimana kecintaan seorang sahabat wanita ini kepada junjungannya, yaitu Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Tegakkan pondasi agama ini dengan cinta kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Jikalau kita telah tegakkan 2 (dua) perkara yang hak ini serta kita mengetahui dengan benar akan hakekat keagungan serta kecintaan kepada Allah swt dan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam di dalarn lubuk hati kita, maka demi Allah, tidak akan ada sesuatu apapun dimuka bumi ini, ditimur maupun dibarat, yang membuat kita takut dan risau.
Sumber : Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz