Sesungguhnya dampak kemaksiatan terhadap iman adalah seperti dampak makanan yang berbahaya terhadap tubuh. Makanan itu terus menumpuk di dalam tubuh hingga mengakibatkan gangguan pada keseimbangan sehingga ia pun jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Demikian juga dosa dan maksiat, ia akan menggoncang iman hingga melenyapkan semua iman yang ada. Allah Ta’ala mewahyukan:
كلا بل ران على قلوبهم ماكانوا يكسبون .14
Sekali-kali lidak (demikian), Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. (Al-Muthaffifin, 83:14)
Apabila seseorang yang menelan racun kemudian menyesalinya, demi menyelamatkan tubuhnya, ia diharuskan untuk segera memuntahkan apa yang telah ditelannya, dan langsung mengeluarkan racun itu dari lambungnya, lalu bagaimana kiranya dengan seseorang yang menelan racun-racun yang akan merusak Agamanya, yaitu dosa? Ia lebih pantas untuk melakukan tindakan serupa, segera memperbaiki diri dengan segala cara.
Kewajiban untuk bertobat berlaku bagi siapa pun, dan dalam keadaan apa pun, sebagaimana disebutkan oleh wahyu Allah berikut:
وتوبوا إلى الله جميعا أيه المؤمنون لعلكم تفلحون .31
“Dan bertobatlah kalian semua kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.” (An-Nur, 24:31)
Ayat ini berlaku bagi kita semua. Kewajiban bertobat yang didefinisikan oleh ahli ilmu dhohir itulah yang sering digunakan secara umum, akan tetapi, tobat terkadang diperlukan bukan karena dosa, akan tetapi sebagai syarat untuk memperoleh derajat tinggi di Sisi AllAh dan sampai kepada Dia Yang Maha Penyayang. Dalam arti seperti ini, kewajiban bertobat berlaku bagi seluruh makhluk Allah, baik manusia, jin, maupun Malaikat yang dekat dengan Allah. Pemimpin mereka semua, manusia yang paling dekat dengan Allah, dan paling tinggi derajatnya di sisi-Nya, Rasulullah saw bersabda:
إني أتوب إلى الله في اليوم سبعين مرة
“Sesungguhnya dalam sehari aku bertobat kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali.”
Siapa yang akan berkata, “Aku tidak perlu bertobat?” Para Malaikat, Nabi dan Shiddiqin tidak berkata demikian, apalagi kita. Kita wajib bertobat. Duhai Allah yang Maha Memberi tobat, karuniakanlah kepada kami kemampuan untuk bertobat, rahmati dan pandanglah kami.
Ada seorang Muslim bertanya, “Bagaimana engkau dapat menyatakan wajib bagi seseorang untuk bertobat atas kelalaiannya kepada Allah dan dari kekurangannya dalam mengenal keagungan Allah.” Jawabannya adalah jika dia ingin dekat dengan Allah, ingin mengenaI-Nya. maka wajib baginya bertobat dari semua itu. Karena itulah kaum Muqarrabin bertobat dari berbagai amal saleh yang diamalkan oleh para pemula. lihatlah betapa besar perbedaan mereka dengan para pemula tersebut.
هم درجت عند الله والله بصير بما يعملون .163
(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan. (Ali ‘Imran, 3:163)
Ada seorang budak Afrika mendatangi seorang yang saleh dan berkata kepadanya, “Aku melakukan beberapa maksiat, apakah Allah akan menerima tobatku jika aku bertobat kepada-Nya?” Maka orang saleh itu berkata, “Ya.” Lalu pria itu pergi, kemudian ia kembali lagi dan bertanya, “Apakah Dia melihatku saat aku melakukan maksiat tersebut?” “Ya.” Tiba-tiba budak itu menjerit dengan sebuah jeritan yang melayang bersamanya nyawanya.
Allah Ta’ala telah menetapkan bahwa setiap tobat pasti diterima selama tobat itu tulus, benar, nashuha dan memenuhi syarat. Dan jika tobat telah dilakukan dengan benar, maka dosa-dosa yang lampau diampuni dan jika kemudian ia terjerumus dalam kesalahan yang sama. maka tobatnya yang pertama tidak gugur, ia hanya akan dituntut atas dosa-dosa yang baru dilakukannya itu.
Sumber: Obat Hati 1 Saduran Ceramah Al Habib Umar bin Hafidz