Dalam kesempatan lain, al-Imam al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi ra menyifatkan al-Imam al-Habib Abdullah bin Alawi alHaddad ra, dalam untaian sya’irnya yang begitu indah:
‘Dialah cucu nabi yang bersambung nasabnya dengan orang-orang mulia yang kemuliaan mereka dikenal oleh para pejuang dan pemberani,
Dialah penyalur asrar dan ilmu kepada keluarga, keturunan, penduduk negerinya bahkan kepada umat generasi sesudahnya.
Maka semua yang berjalan diatas thariqahnya dan menapak tilasi ajarannya, dengannya akan bersinar dengan cahaya beliau yang terang benderang.’
Mengapa cahaya ini tak akan pernah padam dan tak akan sirna ???
Sebab Allah swt lah yang telah menyalakannya !!!
Itulah sebabnya cahayanya terus bersinar dan kian memancar. Siapakah yang mampu memadamkan cahaya yang telah dinyalakan oleh Allah swt ? Demi Allah, cahaya itu tidak akan padam dan tak kan pernah sirna selama Allah swt yang menpganya.
Namun sungguh menyedihkan, diantara kita (para Alawiyyin/ para duzuriyyat Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam atau para keturunan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu. Mereka adalah orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan itu. Sungguh sayang, mereka masuk kedalam kelompok lain.
al-Imam al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi berkata:
‘Barangsiapa tak menempuh jalan leluhurnya pasti kan bingung dan tersesat.
Wahai anak-cucu nabi; tempuhlah jalan mereka. Setapak demi tapak dan jauhilah segala bid’ah’
Siapakah yang lebih mengenal Allah swt dibandingkan para kaum ‘arifin?
Siapakah yang lebih mengetahui hakekat Rabbul ‘Alamin dibandingkan para imam-imam kita?
Siapakah yang lebih mengenal Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dibandingkan mereka?
Selain mereka, kepada siapa kita akan bercermin?
Kepada siapa kita akan berteladan?
Wahai hamba-hamba Allah swt, pelajarilah riwayat hidup kaum shalihin, jalinlah persaudaraaan dan kasih sayang diantara kalian, janganlah kalian bercerai-berai dan bersiap-siaplah menolong jalan mereka.
Demi Allah, jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar, bukan di negara kalian saja namun di seluruh penjuru dunia, di belahan dunia timur maupun barat, bagi masyarakat Arab maupun ‘Ajam, baik di wilayah Jazirah Arab maupun Amerika, Eropa, Rusia, Asia, China ataupun di Indonesia ini.
Disana bendera keluarga al-Imam al-Habib Alwi bin ‘Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir ra telah berkibar di segala penjuru, bendera keluarga al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’alawi ra telah berkibar.
Di setiap wilayah, kita pasti akan melihat bendera ahli thariqah ini (maksudnya adalah Thariqah Alawiyyah, yaitu thariqah yang dianut oleh mayoritas para keturunan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam para saadah Alawiyyin ).
Mereka memiliki para tentara dan penolong yang berkedudukan tinggi di sisi-Nya, namun saat ini diantara para ten tara dan penolong itu ada yang tidur, bahkan mereka nyenyak dalam tidurnya, ada diantara mereka yang hanya duduk berpangku tangan dan terus duduk saja.
Cukup wahai saudaraku, sudah banyak kita melihat banyak orang-orang yang terlambat dan tertinggal.
Bangkitlah wahai saudaraku…
Sampai kapan kalian akan tertidur ??
Sampai kapan kalian akan terus berpangku tangan ??
Amatilah, apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan di rumah-rumah kalian ?
Apakah mereka sudah menjadi teladan dalam keluarga kalian ?
Apakah mereka telah menjadi panutan bagi anak-anak dan isteri kalian ??
Bagaimana ini, kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka, namun di rumah kalian setiap harinya yang terdengar hanyalah berita mengenai orang-orang kafir. Hanya menyimak kabar dari orang-orang fasik dan gosip para bintang film. Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf
Apakah iniyang disebut cinta ??
Apakah ini yang dikatakan memiliki ikatan kekeluargaan ??
Sungguh ironis sekali !!
Saat ini sinetron orang-orang fasik dan orang-orang kafir lah yang mendidik anak-anak kita. Pemandangan itu yang menjadi hiasan dalam keluarga kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasik di TV, baik dari cara berpakaian, cara bergaul dan lain sebagainya. Sehingga mereka tak kenal lagi siapa itu Fatimah az-Zahra. Siapakah beliau? Bagaimana biografi beliau ? Seperti apa pakaiannya ? Bagaimana kezuhudannya ? Bagaimana ibadahnya?
Saat ini mereka tidak lagi mengenal puteri-puteri Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Mereka tidak tahu siapa itu Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu isteri-isteri Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, mereka tidak lagi mengenal siapa itu Khadijah binti Khuwailid, ‘Aisyah ash-Shiddiqah dan lain sebagainya.
Bagaimana ini bisa terjadi ?
Wahai para kepala keluarga, bagaimana kalian mendidik anak-anak kalian?
Dengan figur siapa kalian memberikan contoh kepada puteri-puterimu ?
Apakah kalian berniat mengganti Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan mereka?
Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian?
Kalian meniru orang-orang durhaka, padahal kalian adalah muslim, kalian adalah mukmin. Sesunggu hnya kalian telah memiliki kebesaran, kebanggaan dan kemuliaan. Namun mengapa kebesaran, kebanggaan serta kemuliaan itu kalian tukar dengan orang-orang yangjauh dari Allah swt dan Rasul Nya. Sungguh kalian telah mengganti teladan yang telah diridhai Allah swt dan Rasul-Nya untuk kalian.
Bukankah Allah SWT telah bersabda:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah‘(Qs. al-Ahzab ayat: 21).
Wahai saudaraku, tanamkanlah dalam hatimu untuk berubah dari semua ini, kembalilah padajalan yang telah diteladankan oleh Rasulmu Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Dalam buku catatan amal kita tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak dan niat yang tidak pantas.
Jikalau demikian, maka siapakah yang akan menghapusnya?
Bertaubatlah kepada Allah swt, karena Dia-lah yang menerima segala taubat dari hamba-hamba-Nya dan Dialah yang memaafkan segala kesalahan-kesalahan para hamba-Nya. Wallahua’lam
Sumber : Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafid