Dalam sebuah kisah disebutkan, ada seorang wanita yang datang kepada seorang wali Allah swt di Kota Baghdad, kemudian wanita tersebut memohon kepada sang wali agar dituliskan suatu dzikir yang dicelupkan ke dalam air untuk diminum oleh anaknya yang sedang sakit.
Lalu si wali meminta kepada wanita tersebut sebuah gelas untuk dituliskan kalimat dzikrullah ke secarik kertas yang akan diletakkan ke dalam gelas dan dituangkan air ke dalamnya untuk diminumkan oleh anaknya yang sedang sakit itu. Baru diambil gelas itu dan sangwali tersebut memulai menulis nama Allah swt, tiba-tiba gelas tersebut pecah karena tidak kuat menampung nama Allah swt.
Ini karena wali tersebut menulis dengan hati yang hadir, dengan kekhusyukan di dalam hatinya, baru menulis La illaha illallah ke dalam kertas yang dimasukkan ke dalam gelas, maka gelas itu pun langsung pecah lagi. Wali tersebut mengatakan kepada wanita itu: ‘Coba bawakanlah gelas yang lain lagi !’
Lalu dibawakan gelas yang lain, kemudian kertas yang berisi dzikrullah itu dimasukkan lagi, maka gelas itu pun pecah dan begitu seterusnya hingga beberapa kali. Melihat akan hal ini, sang wali mengatakan kepada wanita itu: ‘Lebih baik engkau pergi kepada orang shaleh yang lain dan mohon do’a kepadanya, karena hatiku ini selalu hadir kepada Allah swt.
Jadi apabila aku berdzikir kepada Allah sw maka hatiku akan terbawa kepada Allah swt sehingga setiap kali aku memasukkan kertas yang berisi tulisan dzikrullah, maka gelas tersebut akan pecah. Bahkan apabila engkau membawakan aku gelas yang ada diseluruh Kota Bagdad ini maka semuanya akan pecah dan tidak akan mampu menahan nama Allah swt yang aku masukkan ke dalam gelas tersebut. ‘
Lihatlah bagaimana para generasi pendahulu sebelum kita. Ketika mereka berdzikir kepada Allah swt, bukan hanya lisan-lisan mereka yang bergerak, namun hati-hati mereka pun ikut bergetar, hati mereka hadir ketika berdzikir kepada-Nya. Beginilah seharusnya jika kita berdzikir kepada Allah swt.
Diantara mereka adalah al-Imam Al Qutub al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad ra Dalam kehidupannya ia selalu dalam keadaan ingat kepada Allah swt, dalam keadaan yang sangat khusyu.’ Disebutkan dalam sebuah riwayat, ketika ia akan pergi ke mushalanya untuk menunaikan shalat, ia selalu memberikan wasiat kepada sahabat dan murid-muridnya agar tidak seorangpun berbicara dengannya.
Mengapa hal ini terjadi? Karena ketika ia akan pergi ke mushala untuk menunaikan shalat, ia sedang mengumpulkan hatinya untuk mengingat kepada Allah swt, ia mengkonsentrasikan hati dan pikirannya untuk mengingat kepada Allah swt, ia menyatukan hati serta pikirannya hanya untuk Allah swt dan inilah yang disebut kehadiran hati. Inilah yang dilakukan mereka para salafunasshalihin, agar hati dan pikiran mereka selalu kontak kepada Allah swt.
Disebutkan bahwa al-Imam al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad ra pernah sekali ketika menunaikan shalat di suatu masjid, tatkala ia mengucapkan takbiratul ihram, tembok yang ada dihadapannya pecah terbelah karena wibawa nama Allah swt yang diucapkannya. Inilah para wali-wali Allah swt, para pendahulu kita, para pan utan kita . Lihatlah bagaimana ketika mereka berdzikir kepada Allah swt.
Ketahuilah wahai saudaraku, apabila salah seorang diantara kita datang dari ujung bumi dan ia berjalan sambal merangkak untuk menghadiri acara-acara semacam ini, maka memang sudah sepantasnya ia berjalan merangkak walaupun dari ujung dunia, karena didalamnya telah dikaji ilmu Allah swt yang telah dibawa oleh Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan juga inilah perkumpulan yang diridhai Allah swtdan Rasul-Nya.
Semoga majelis kita ini menjadi majelis yang bersambung dengan majelis Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan do’a-do’a yang berada di dalamnya bersambung dengan do’a Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Semoga Allah swt memberikan kepada kita semua keberkahan hidup dan mengakhiri kehidupan kita dengan akhir yang baik, yaitu khusnul khatimah
Wallahua’lam…
Sumber : Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafid