al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz mengkisahkan pula bahwasanya pernah suatu ketika di sebuah masjid, ada seorang badui yang terlihat sangat gusar dan menampakkan rasa kesedihan yang mendalam, sehingga nampak jelas sekali kesedihannya itu dalam raut mukanya, lalu Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bertanya kepada para sahabatnya: ‘Apakah gerangan yang menyebabkan orang tersebut nampak begitu sedih?’
Salah seorang sahabat menjawab: ‘Wahai Rasulullah, orang t:ersebut nampak sedih dan murung karena habis kehilangan seekor untanya.’
Mendengar jawaban itu Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab: ‘Hanya gara-gara kehilangan seekor unta ia sedih seperti itu ?? Aku mengira ia sedih seperti itu karena kehilangan kesempatan untuk dapat bertakbiratul ihram ( takbir pertama) bersama imam.’
Mendengar penjelasan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tersebut, seketika sang badui itu terperanjat dan bertanya kepada Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam: ‘Wahai Rasulullah, apakah shalat berjama’ah dan mendapati takbiratul ihram dengan imam lebih baik dari seekor unta ?’
Kemudian Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab sambil tersenyum: ‘Ketahuilah bahwa takbiratul ihrarn bersama mengikuti imam dalam shalat berjama’ah adalah lebih baik jika dibandingkan seluruh dunia ini dipenuhi oleh unta-unta.‘
Itulah yang diajarkan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam kepada para sahabatnya. Bahwasannya urusan dunia hanyalah sesuatu yang remeh dan kecil dibandingkan urusan akhirat kita. Ketahuilah wahai saudaraku, janganlah kalian melalaikan shalat berjama’ah, janganlah kalian meninggalkan menjawab panggilan adzan, ikutilah takbiratul ihram bersama dengan imam, karena dengannya kita akan diselamatkan oleh Allah swt dari 2(dua) hal:
Pertama, kita akan diselamatkan oleh Allah swt dari api neraka.
Kedua, akan diselamatkan dari sifat-sifat munafik. Ketahuilah, bahwa tidak ada keberkahan harta tanpa didasari agama dan harta yang terbaik adalah harta yang dimiliki oleh orang-orang yang shaleh, orang-orang yang dekat dengan Allah swt.
Diceritakan, bahwasanya suatu ketika di Kota Tarim, Hadhramaut ada seorang shaleh yang bernama Sayyid Alwi alManshur, seorang yang sangat mengagungkan Sunnah Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sehingga Allah swt dan Rasul-Nya pun ridha kepadanya. Suatu saat ia kehilangan sebuah peti yang berisi harta yang merupakan modal dari seluruh perniagaannya, sehingga seluruh anggota keluarga dan kerabat sibuk mencarinya.
Setelah dicari-cari, akhirnya anaknya menemukan harta sang ayah yang hilang tersebut. Ketika itu didapatinya ayahnya berada di mushalahnya sedang membaca al-Qur’an dan membaca wirid-wirid yang memang dibacanya secara istiqamah antara Maghrib dan Isya.’ Lalu datanglah sang anak dengan tergopoh-gopoh untuk memberitahukan ayahnya tentang berita gembira tersebut.
Hal apakah yang ia dapatkan ???
Apakah sang anak tersebut dipuji oleh sang ayah ?
Apakah ayahnya akan mengatakan bahwa anak yang telah menemukan harta yang hilang itu sebagai pahlawan bagi ayahnya ??
Bukanlah pujian yang didapatkannya, justru amarah ayahnya yang ia peroleh.
Perhatikan !!!
Apakah yang dikatakan Sayid Alwi al-Manshur kepada anaknya tersebut: ‘Wahai anakku, engkau sudah mengganggu istiqamahku. Engkau telah memutuskan wirid-wirid yang biasa aku baca, hanya untuk menyampaikan berita seperti ini sehingga engkau merusak amalanku kepada Allah. Engkau telah memutuskannya di waktu yang mulia ini. Dalam waktu yang begitu mulia ini engkau sibuk hanya untuk mengurusi masalah dunia seperti ini ? Mulai sekarang keluarlah engkau dari kota ini selama setahun. Perbaikilah adab dan akhlakmu, barulah engkau aku izinkan kembali lagi ke sini. ‘
Maka diusirlah sang anak tersebut selarna setahun dari Kota Tarim, Hadhramaut. Perlu diketahui, bahwa pada saat itu jika diusir keluar dari Kota Tarim, merupakan suatu musibah yang luar biasa. Lihatlah akhlak mereka dalam memegang teguh dan mengagungkan sunnah Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz