Suatu saat pernah Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ketika itu sedang membagikan ratusan kambing kepada para sahabatnya dan fakir miskin, pada waktu itu datanglah Sayyidah Fatimah ke rumah Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Sesampainya di rumah ayahnya, Sayyidah Fatimah pun mengetuk pintu rumah beliau Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Ketika dibuka dan diketahui bahwa yang datang itu adalah puteri kesayangannya, maka Rasulullah pun bangun dari tempat duduknya untuk menyambut Sayyidah Fatimah, lalu mendudukkan puterinya itu ke tempat duduk Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang mulia.
Setelah bertegur sapa, lalu Sayidah Fatimah mengutarakan maksud tujuan kedatangannya untuk meminta kepada sang ayah agar diberikan seekor kambing kepadanya. Dengan tersenyum Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengajarkan sebuah do’a: ‘Wahai puteriku Fatimah, bacalah ya awrwalan awalin, ya akhiran akhirin, ya quwwatal matin, ya malikal rnasakin, ya hayyu ya qayyum, ya arhamarrahimin. Bacalah pada awal sebelum engkau berdo’a, maka Allah akan mengabulkan semua hajat dan keinginanmu. Ini semua lebih baik dari apa yang engkau minta, karena kemuliaan bukan teletak pada pemberian.‘
Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pun telah mengajarkan kepada kita suatu tauladan yang hendaknya menjadi contoh bagi kita. Pernah pada saat itu terjadi keributan kecil antara para sahabat yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar. Saat itu Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sedang membagikan ghanimah (harta rampasan perang) kepada para sahabat selain Sahabat Anshar. Ada diantara para sahabat yang mendapat kuda, ada sebagian lagi yang mendapat kepingan dinar, dirham, emas dan pakaian serta harta benda lainnya.
Bayangkan, mendapat sesuatu dari Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, namun yang mengherankan adalah para Sahabat Anshar tidak diberi bagian sedikit pun, sehingga terjadi salah faham diantara para Sahabat Anshar. Mendengar berita ini, Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam keluar dan mengumumkan kepada para Sahabat Anshar: ‘Wahai para Sahabat Anshar, apakah kalian lebih menyukai harta dunia yang aku bagikan itu? Ketahuilah, bahwa mereka telah membawa pulang barang pemberian yang telah aku bagikan tadi sedangkan kalian pulang dengan membawa diriku? Apakah kalian lebih mencintai dan menyukai harta benda dunia dari pada diriku ini?’
Ketika mendengarkan penjelasan ini, maka para Sahabat Anshar menyambut dengan suka cita. Karena harta dunia hanya kecil dan tidak ada artinya jika dibandingkan pulang bersama Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Mereka lebih mengutamakan keridhaan Allah swt dan Rasul-Nya diatas segala-galanya. Itulah kecintaan para Sahabat Nabi, yang dihatinya tertanam dan terpatri kecintaan yang begitu besar kepada Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Itulah kecintaan yang tulus dan benar.
Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz