Bahkan al-Imam asy-Syeikh Abibakar bin Salim selama 40 tahun sampai wafatnya selalu duduk dalam keadaaan tasyahud akhir karena selalu merasakan terus menerus kelezatan berhadapan dengan Sang Pencipta ‘azza wa jalla.’ Serta masih banyak lagi kisah-kisah lainnya.
Semua itu merupakan didikan Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam untuk selalu mengutamakan Allah swt atas segala-galanya. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam terhadap puteri kesayangannya, Sayidah Fatimah az-Zahra, sang pemimpin kaum wanita di surga kelak. Suatu ketika Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mendatangi rumah Sayyidah Fatimah, lalu Sayyidah Fatimah az-Zahra memperlihatkan kepada Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tangannya yang kasar karena banyak melakukan pekerjaan rumah tangga.
Maka Sayyidah Fatimah puteri kesayangan Baginda Rasul tersebut rneminta kepada ayahnya agar diberikan seorang budak untuk dijadikannya pembantu, agar dapat membantu mengurusi keperluan dan pekerjaan rumah tangganya. Namun lihatlah ajaran dan akhlak serta teladan yang dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam kepada puterinya yang dicintainya itu.
Justru Nabi Muhammad Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tersenyum seraya berkata: ‘Wahai puteriku Fatimah, bacalah Subhanallah 33 kali, Allhamdulillah 33 kali, Allahu Akbar 33 kali (ada riwayat takbir ini 34 kali) sebelum tidur. Ketahuilah, bahwa hal ini lebih baik dan lebih pantas dari pada yang engkau minta tadi wahai puteriku.’
Hal ini merupakan contoh dan tauladan bagi kita, untuk bagaimana bersikap terhadap orang yang kita cintai, bahkan sangat dicintai sekalipun. Bukankah Rasulullah Shalallahu alihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah bersabda: ‘Barang siapa yang menyakiti puteriku Fatimah, maka ia telah menyakitiku dan barangsiapa yang rnenyakitiku, maka Allah akan murka kepadanya. Dan barangsiapa yang membuat ridha puteriku Fatimah maka ia telah membuat aku ridha dan barangsiapa yang rnembuat aku ridha, maka Allah pun ridha kepadanya.’ Hal ini menunjukkan bagaimana Rasulullah sangat mencintai puterinya.
Penyeru Ajaran Suci Sang Nabi – Habib Umar bin Hafidz