Istilah adu domba sering digunakan untuk pengertian menceritakan ucapan orang kepada orang yang diajak bicara dengan tujuan mengadu domba. Mengadu domba secara luas berarti membeberkan aib sesuatu yang tidak disenangi jika dibeberkan, baik tidak disenangi oleh orang yang diceritakan atau orang yang disampaikan atau oleh pihak ketiga.
Membeberkan bisa dengan ucapan, tulisan, tanda maupun dengan isyarat. Maka, bisa dipahami bahwa hakikat mengadu domba adalah membuka rahasia atau menyingkap tabir dan apa yang tidak disukai jika dibeberkan.
Seseorang yang mendengar cerita tentang kejelekan orang lain yang disampaikan kepadanya, hendaklah memperhatikan enam perkara berikut ini:
1. Tidak membenarkan ucapannya karena orang yang mengadu domba itu termasuk orang fasik. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum (sekelompok orang) tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
2. Mencegahnya dari mengadu domba.
Allah berfirman:
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
3. Membenci perbuatannya itu karena Allah.
4. Tidak boleh berburuk sangka terhadap orang yang diceritakan aibnya. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS. Al Hujurat: 12 )
5. Tidak terpengaruh cerita pengadu domba untuk mencari-cari kesalahan.
6.Mencegah dirinya dari mengadu domba dan tidak menceritakan ucapan yang mengandung unsur mengadu domba, seperti ucapan, ‘Si Fulan telah menceritakan kepadaku demikian…” Karena dengan perkataan itu seseorang telah mengadu domba dan menggunjing,
Diriwayatkan bahwa seseorang telah menemui Umar ibn Abdul Aziz dan menceritakan sesuatu tentang orang lain. Umar lantas berkata, “Jika di perkenankan kami akan menjelaskan kepadamu. Jika engkau berdusta maka engkau termasuk orang yang disebut dalam ayat ini. “Jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (QS Al-Hujurat (49): 16), Jika engkau benar maka engkau termasuk golongan orang yang disebut dalam ayat ini, Yang banyak mencela dan yang berjalan kian-kemari menyebarkan adu domba (QS Al-Qalam (68):11). Jika engkau mau, maka kami akan memaafkanmu.”
Lelaki itu kemudian berkata, “Maafkanlah aku wahai Amirul Mukminin, aku tidak akan mengulanginya untuk selama-Iamanya,”
Hasan Al – Bashri berkata: “Seseorang yang menceritakan keburukan orang lain kepadamu. maka ia akan menceritakan keburukanmu kepada orang lain.”
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda. “Pemutus itu tidak akan musuk surga!” Ditanyakan. “apakah pemutus itu?” Beliau menjawab, “Pemutus hubungan baik antara manusia’
Yang dimaksudkan dengan “pemutus hubungan” adalah pengadu domba. Sedangkan menurut pendapat lain, yang disebut dengan “pemutus hubungan’ adalah pemutus hubungan kekerabatan/ Silaturahim.
Diriwayatkan dari Sayidna Ali r.a., “Ada seseorang yang datang kepadanya dan mengadu domba. Sayyidina Ali lantas berkata. ‘Hai orang lelaki, kami akan bertanya kepadamu tentang apa yang engkau katakan. Jika engkau benar maka kami akan membenci mu, jika apa yang engkau katakan itu dusta, maka kami akan menghukum mu. jika engkau mau mengakhiri kebiasaan itu, maka kami akan memaafkanmu.’ Lelaki itu kemudian berkata. ‘Maafkanlah aku. wahai Amirul Mukminin.”‘
Ada seseorang bertanya kepada Muhammad bin Ka’ab Al-Qurzhi, “Apa saja perbuatan orang mukmin yang paling banyak merendahkan derajatnya?” Muhammad bin Ka’ab menjawab, “Banyak bicara. suka membuka rahasia dan menerima setiap ucapan orang Lain!”
Kejahatan mengadu domba itu amat besar. Hammad bin Salman berkata. ‘Ada seorang lelaki menjual budak dan ia berkata kepada pembeli. ‘Budak ini tidak memiliki cacat, kecuali ia suka mengadu domba,’ Pembeli berkata. ‘Aku senang budak ini.’ Lalu ia membelinya. Setelah tinggal beberapa hari. budak itu berkata kepada istri tuannya, Sebenarnya suamimu tidak mencintaimu dan dia hendak mengambil gundik. Karena itu ambillah pisau pencukur lalu cukurlah beberapa helai dan rambutnya ketika ia sedang tidur. Kemudian bawalah rambut itu sampai waktu bubuh niscaya ia akan lebih mencintai mu,’
Kemudian si budak tadi berkata kepada tuannya, ‘Engkau tidak tahu, istrimu itu punya kekasih lain dan ia hendak membunuhmu. oleh sebab itu. berpura-puralah tidur di sampingnya, engkau akan mengetahuinya.’ Sang suami pura-pura tidur. lalu istrinya datang sambil membawa pisau cukur. Sang suami langsung bangun dan membunuh istrinya, Mengetahui kejadian itu, keluarga istrinya datang dan memhunuh suami tersebut. Pada akhirnya terjadilah peperangan antara dua suku.”
Sumber: Amal Pemusnah Kebaikan Ringkasan Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz