RASULULLAH صلى الله عليه وسلم menjelaskan nilai-nilai kemoderatan ini ketika beliau ditanya, “Hai Rasulullah, ada orang yang berperang karena berani, ada yang berperang karena membela sukunya, ada yang berperang karena ingin dilihat kehebatannya.Mana di antara mereka yang berada di jalan Allah?”
Rasulullah صلى الله عليه وسلم menjawab:
من قاتل لتكون كلمة الله هى العليا فهو فى سبيل الله
Artinya: Orang yang berperang dengan tujuan agar agama Allah menjadi mulia maka ia berada di jalan Allah. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Beliau menempatkan puncak kemuliaan Islam terhadap jihad. Lalu beliau bersabda:
رب قتيل بين الصفين الله أعلم بنيته
Artinya: Betapa banyak orang yang terbunuh di antara dua barisan pasukan, Allah lebih tahu mengenai niatnya. (HR Ahmad).
Maka, ambillah jihad dengan maknanya yang proporsional, sesuai dengan hakikatnya, dengan penuh kejujuran dan ketulusan.Jangan dilukiskan sebagai sebuah bentuk yang membuat Anda hanya terdorong untuk berperang.Jihad bukan hanya perang.Perang adalah salah satu jenis dari jihad itu.Jihad tidak pernah tertutup hingga hari kiamat sekalipun.Jihad berdiri di atas landasan dan ukuran-ukuran yang ditentukan dalam syariat.Bukan berlandaskan tindakan biadab, dorongan nafsu, atau dorongan yang tumbuh dari gambaran dan pemahaman yang keliru terhadap syariat ini.Yakni, pemahaman yang didapat melalui mata rantai yang terputus dari sumber aslinya.
Pengertian dari nas-nas al-Qur’an maupun Hadis dibawa kepada kita melalui mata rantai Sahabat kepada Tabiin, lalu kepada Tabiut-Tabiin.Setelah itu, kepada para ulama dan orang-orang baik di setiap generasi umat Muhammad, sampai kepada kita saat ini.Pemahaman yang didapat bukan melalui jalur ini membuat orang menyimpang dari jalan yang lurus.Ada yang ekstrem, ada yang liberal; ada yang kaku, ada yang longgar; juga tidak peduli dengan keagungan agama yang sangat dibutuhkan oleh kita dan segenap penghuni bumi saat ini.
Alhamdulillah, saat ini tidak ada satupun negara di dunia ini yang di situ tidak ada persentase Muslimnya sama sekali. Seandainya pemahaman yang benar terhadap hakikat Islam ini merata, niscaya kita bisa datang ke berbagai negara yang memerangi Islam di luar atau di dalam wilayah mereka sendiri, dengan membawa ajaran moderat yang melenyapkan peluang bagi orang jahat, orang zalim, dan orang yang menunggu kesempatan untuk menggerakkan tangannya untuk sesuatu yang salah.
Betapa butuhnya kita akan pemahaman yang benar terhadap ajaran-ajaran hakiki yang dibawa oleh Rasul Pilihan, Muhammad صلى الله عليه وسلم. Ajaran-ajaran hakiki inilah yang membuat seorang anak Yahudi sering mendatangi beliau di rumah beliau yang mulia.Anak itu sering menyertai beliau ke berbagai tempat.Ia juga menjadi pelayan beliau dengan suka rela. Sehingga, suatu ketika anak itu jatuh sakit.Rasulullah صلى الله عليه وسلم datang menjenguk.Beliau masuk ke dalam rumah ayahnya yang Yahudi dan duduk di tengah-tengah mereka.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم berbicara dengan anak Yahudi itu.”Nak, bersaksilah bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa aku adalah utusan Allah, maka aku akan menjadi saksi bagimu di hari kiamat.”
Ia membuka matanya, memandangi ayahnya. Ayahnya menoleh.Ia melihat hakikat Islam, hakikat agama dan hakikat wahyu dalam diri Rasulullah Muhammad صلى الله عليه وسلم, padahal dia adalah orang Yahudi yang memegang keyahudiannya. Namun, ia melihat anaknya yang sudah menghadapi ajal dan menyadari bahwa kebenaran bersama dengan sang cahaya yang benderang dan raut wajah yang bersinar ini. Maka, ia pun memberi isyarat kepada anaknya: “Ikutilah Abul-Qasim!”
Anak itu langsung bergumam, “Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Setelah itu, ia meninggalkan dunia.
Rasulullah صلى الله عليه وسلم beranjak dari rumah itu dengan wajah berbinar-binar karena gembira.Beliau bersabda, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan anak itu dari neraka dengan perantara aku.”(HR Ahmad).
Betapa agungnya kasih sayang beliau. Apakah Rasulullah tidak tahu tentang sejarah orang-orang Yahudi!? Apakah beliau tidak tahu kisah-kisah masa lalu mereka!? Apakah beliau tidak mengetahui tingkah laku mereka di sisi beliau selama di Madinah!?Padahal, mereka telah mengkhianati beliau, satu, dua, tiga kali.
Namun demikian, semua itu tidak membuat beliau membuka pintu lebar-lebar hingga mereka leluasa berbuat kerusakan dan melakukan perbuatan zalim kepada kaum Muslimin. Hal itu juga tidak membuat beliau menutup pintu rapat-rapat bagi mereka untuk memahami hakikat agama Islam dan perlakuan baik yang dibawa Nabi kita, al-Amin صلى الله عليه وسلم.
Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم melihat Sayidina Umar membaca lembaran Taurat yang tentunya sudah mengalami distorsi, maka beliau memberikan bimbingan: bahwa sikap moderat kita jangan sampai memberi peluang kepada mereka untuk mempengaruhi pikiran dan budaya kita; jangan sampai membuat mereka mencampur aduk kebenaran dengan kebatilan lalu menyampaikannya kepada kita. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Aku betul-betul membawanya dalam keadaan putih bersih. Demi Allah yang aku berada di dalam kekuasaan-Nya, seandainya Musa hidup maka tidak ada pilihan baginya kecuali mengikuti aku.”(HR al-Baihaqi)
Rasulullah صلى الله عليه وسلم melarang Umar mengambil sesuatu dari Taurat yang sudah didistorsi oleh orang-orang Yahudi.
Lihatlah, betapa menakjubkan ukuran ini.Di samping ketegasan ini, kita tahu berapa hutang beliau kepada orang-orang Yahudi di Madinah?Berapa?Pada saat wafat, baju besi beliau masih digadaikan kepada seorang Yahudi. (HR Ahmad). Semoga Allah mencurahkan rahmat, keselamatan dan berkah kepada beliau dan segenap keluarganya.
Hilangnya sejarah keteladanan Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari hati orang-orang Islam dan tidak adanya respon dari mereka terhadap sejarah ini, telah membuat kaum Muslimin terjerumus ke dalam bencana yang diakibatkan oleh sikap ekstrem dan liberal, sikap terlalu kaku dan terlalu longgar. Maka, tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali menyelamatkan diri kita dan umat yang berada di samping kita.
Di antara fenomena sikap longgar dan lalai itu adalah adanya anggapan bahwa liberalisme dan ketidak acuhan terhadap norma-norma agama adalah sebuah kemajuan peradaban! Ini betul-betul sebuah anggapan yang sama sekali tidak memiliki dasar yang masuk akal sedikitpun. Tidak benar dipandang dari sudut apapun.
Surga haram bagi para mucikari.Siapakah mucikari itu, Rasulullah? Beliau bersabda:
الذي لا يبالي من دخل على اهله
Artinya: Orang yang tak peduli dengan siapapun yang menemui keluarganya. (HR ath-Thabarani).
Namun demikian, berapa kali Sahabat mendatangi rumah para Ummul Mukminin, berapa kali mereka bertanya kepada Ummul Mukminin, berapa kali mereka belajar dan mengambil sesuatu dari Ummul Mukminin?
Rasulullah صلى الله عليه وسلم membiarkan mereka dalam sikap proporsional itu.
Sumber : Agama Moderat
Terj. Alwasathiyah fil-Islam
Karya Al Habib Umar bin Hafidz