JADI, yang dimaksud moderat dalam pandangan kita adalah keterlepasan diri dari hawa nafsu dan segenap tujuan-tujuannya yang hina, dalam interaksi kita dengan Allah سبحانه وتعالى dan mak-hluk-Nya.
Dalam pemahaman inilah pemerintahan Abu Bakr ash-Shiddiq berjalan di atas komitmen untuk mengikuti teladan-teladan kenabian hingga di tengah perang dan pertempuran sekalipun. Juga, di atas perjuangan untuk meniupkan jiwa Islam yang hakiki terhadap orang-orang kafir, orang-orang zalim dan orang-orang yang menentang kebenaran. Sehingga, mereka pun melihat gunung yang tegak menjulang karena kesabaran, ketegaran, kejujuran, kesungguhan, tebaran keadilan, kebajikan, pekerti, menepati janji dan tata krama.Para Sahabat menggambarkan Islam ini dengan sangat baik, tidak ekstrem dan juga tidak lalai.Begitulah yang terjadi di tengah-tengah mereka.
Amirul Mukminin Umar pernah berkata kepada salah satu budaknya (bernama Astaq ar-Rumi ) saat penaklukan terjadi di mana-mana, “Masuk Islamlah.Kalau engkau masuk Islam, aku bisa mengangkatmu sebagai petugas untuk mengurus harta orang-orang Islam (baitul mal, zakat, dll.). Kami tidak mungkin mengangkat petugas untuk orang Islam dari pemeluk agama lain.”
Budak itu bercerita, “Aku menolak ajakan Umar untuk masuk Islam.” Maka, Umar berkata:
لآإكراه فى الدين
Artinya: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) (QS al-Baqarah [2]: 256) .
Lihatlah, betapa bagusnya Umar dalam menawarkan dan mengajak ke dalam agama Islam.Juga, caranya memudahkan jalan menuju Islam, mengupayakan hal itu dan mendorongnya dengan kata-kata “Aku angkat engkau sebagai petugas.”Namun demikian, setelah itu Umar tidak memaksa, tidak membunuh, tidak bersikap ekstrem, tidak mengutuk dan tidak mengumpat beginilah Rasulullah صلى الله عليه وسلم mendidik mereka—padahal Umar memiliki ghirah (kepedulian) sangat tinggi, keberanian, semangat berjihad dan berijtihad.Semoga Allah meridainya dan membuatnya menjadi rida.
Kita juga dapat melihat landasan ini tegak dalam berbagai hal, hingga dalam urusan-urusan ibadah sekalipun.Ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم mendengar ada orang yang berkata, “Aku akan selalu berpuasa selamanya.”Satunya lagi berkata, “Aku tidak akan tidur malam selamanya.” Dan, yang lain lagi berkata, “Aku tidak akan kawin.” Maka, Rasulullah صلى الله عليه وسلم membawa mereka untuk kembali bersikap proporsional. Beliau bersabda:
أما والله إنى لأخشا كم لله وأتقاكم له لكنى أصوم وأفطر, وأصلى وارقد وأتزوج النساء , فمن رغب عن سنتى فليس منى
Artinya: Sungguh, demi Allah, aku adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah di antara kalian. Namun, aku berpuasa dan tidak, salat dan tidur, aku juga mengawini perempuan.Barangsiapa yang tidak suka dengan sunahku maka ia bukan termasuk golonganku.”(HR al-Bukhari).
Semoga Allah mencurahkan rahmat, keselamatan dan berkah kepada beliau dan keluarga beliau.
Di samping itu, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan peringatan keras terhadap orang-orang yang meremehkan kewajiban.Beliau juga mendorong orang-orang yang meremehkan amal sunah agar semangat melakukannya. Beliau seringkali memberikan motivasi dan menggerakkan kemauan mereka dengan upaya maksimal, sebagai bagian dari tanggung jawab beliau صلى الله عليه وسلم.
Jadi, campur tangan hawa nafsu terhadap ibadah kita dapat merusak ibadah itu serta membuatnya kehilangan ruh. Sehingga, Rasulullah memberikan penjelasan yang sangat jelas mengenai orang-orang yang tidak mengerti tentang cara melaksanakan perintah Allah dan menyikapi syariat-Nya. Mereka memerangi orang-orang Islam sebelum memerangi orang-orang kafir.Mereka menghalalkan darah dan kehormatan kaum Muslimin.Bersama dengan itu semua, beliau menyifati mereka dengan ibadah dan amal-amal saleh yang kehilangan ruh.Beliau bersabda, “Salat dan bacaan al-Qur’an salah satu dari kalian tidak ada apa-apanya dibanding salat dan bacaan al-Qur’an mereka.Kalau aku menututi mereka, niscaya aku bunuh mereka.”
Subhanallah. Bagaimana bisa engkau membunuh orang-orang yang salat itu!? Mereka dibunuh berdasarkan Hadis Nabi, karena mereka telah keluar dari jalan yang benar, mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah سبحانه وتعالى. Jadi, yang menjadi persoalan bukan lagi urusan bentuk luar dari ibadah dan iman, tapi hakikat (jiwa) yang bersemayam di dalam hati.
Saudara-saudaraku sekalian… kita harus menanamkan prinsip-prinsip itu di dalam hati kita untuk bisa berjalan di atas landasan moderat.Landasan itulah yang menyebabkan para Sahabat Nabi kita memperlakukan para tawanan dari kafir harbi dengan sangat baik, di saat-saat sengitnya konflik dan perang dengan mereka sekalipun.Dalam urusan makanan, para Sahabat mendahulukan mereka dibanding diri sendiri.Memberikan makanan paling baik yang mereka miliki.
Ada roti ada kurma.Kurma lebih melimpah di Madinah dibanding roti.Menurut mereka, roti adalah makanan terbaik, maka mereka pun memberikan roti itu kepada para tawanan Badar.Yakni, 70 orang musyrikin yang telah memerangi mereka, juga memerangi Nabi mereka, mengusir beliau dari negerinya, serta selalu menyakiti beliau selama di Makkah.
Demi Allah, Rasulullah صلى الله عليه وسلم memerangi mereka bukan karena menuntaskan dendam, bukan karena ada kepentingan dan tujuan-tujuan pribadi. Tapi, demi Allah, karena untuk menegakkan agama Allah agar menjadi mulia.
Sumber : Agama Moderat
Terj. Alwasathiyah fil-Islam
Karya Al Habib Umar bin Hafidz