SIDRATUL MUNTAHA
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam diangkat ke Sidratul Muntaha. Disanalah tempat perhentian terakhir segala yang naik dari bumi untuk kemudian disambut dan di sana pula tempat perhentian terakhir apa yang turun dari atas untuk kemudian disambut. Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat. Mengalir dari akar kaki Sidratul Muntaha, sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama tujuh puluh tahun. Buahnya menyerupai kelapa namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini.
Di dalam riwayat, satu helai daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada malaikat. Maka tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya terdapat belalang-belalang dari emas. Pada akarnya mengalir empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Wahai Jibril sungai-sungai apakah ini?” Jibril menjawab, “kedua sungai batin ini adalah dua sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai nil dan alfurat.”
Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa pada akarnya terdapat mata air yang mengalir yang bernama Salsabil. Dari mata air Salsabil ini mengalir dua sungai salah satunya yaitu Al Kautsar. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sungai Al Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar sangat deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah yang terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud, dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat. Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk.
Jibril berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam, “Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad dan sungai lainnya adalah sungai rahmat.” Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mandi didalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat Jibril dengan enam ratus sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menelusuri Al Kautsar hingga masuk ke dalam surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah melihat pada pintunya tertulis:
“الصدقة بعشر أمثالها و القرض بثمانية عشر”.
“Satu shodaqoh diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi hutang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat”.
Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam berkata, “Wahai Jibril, mengapa memberikan hutang lebih utama daripada memberi shodaqoh?”. Jibril berkata, ”karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berhutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan”. Mereka melanjutkan perjalanan dan di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang melezatkan bagi peminumnya dan sungai dari madu murni. Di tepian sungai terdapat kubah-kubah dari permata dan terdapat buah delima yang sangat besar seperti sebuah ember besar.
Dalam riwayat lain, terdapat buah-buah delima yang besarnya bagaikan seekor unta dengan pikulannya dan juga terdapat burung-burung yang besar bagaikan seekor unta berpunuk dua. Abu Bakar berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh burung-burung itu sangat dimanja dan merasakan kenikmatan”. Rasulallah menjawab, ”Para pemakan burung-burung itu lebih nikmat dan lebih dimanja lagi, dan aku berharap agar engkau pun memakannya pula wahai Abu Bakar”.
Di perjalan itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat sungai Al Kautsar yang di tepiannya terdapat kubah-kubah dari permata dan tanahnya adalah misk yang sangat wangi. Kemudian diperlihatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam neraka. Neraka adalah tempat kemurkaan Allah dan siksanya Allah. Apabila bebatuan dan besi dilempar kedalamnya maka akan di lahapnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok kaum di neraka yang sedang memakan bangkai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya kepada Jibril, ”Siapakah mereka wahai Jibril?”, Jibril menjawab, ”mereka sedang memakan daging-daging manusia”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan malaikat penjaga neraka seperti lelaki bermuka garang yang kemurkaan dan dendam sangat terlihat di wajahnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mengucapkan salam kepadanya dan kemudian neraka dikunci kembali.
Rasulullah diangkat ke Sidratul Muntaha. Tatkala itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam diselimuti oleh awan yang berwarna-warni, dan itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam diangkat ke tempat yang sangat tinggi hingga Nabi mendengar suara goretan Al Qolam (pena yang menulis segala apa yang ada di alam semesta). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat seorang lelaki yang samar-samar di balik cahaya ‘Arsy. Rasulallah bertanya, “Siapakah gerangan orang itu? apakah malaikat?”. Maka dijawab, “bukan”, Rasulullah bertanya kembali, “Apakah dia seorang nabi?”. Dijawab, “bukan”. Rasulullah bertanya lagi, “Siapakah gerangan?” Di jawab, “Dia adalah lelaki yang ketika di dunia mulutnya selalu basah dengan dzikir kepada Allah, hatinya selalu rindu kepada masjid dan tidak pernah menjadi penyebab kedua orang tuanya dicela”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat Allah Subhanahu wata’ala. Tatkala itu tersungkurlah beliau dengan bersujud kepada Allah. Tatkala itulah Allah berbicara kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam.
Periwayat hadits berkata, tertulis di dalam kitab suci Taurat bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam adalah Habibullah (kekasih Allah). Allah berkata saat itu kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam, “Dan aku mengutusmu kepada seluruh manusia sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pembawa peringatan. Dan Aku telah lapangkan dadamu dan Aku telah hapuskan dosa-dosamu dan Aku telah menggangkat namamu sehingga tidaklah nama-Ku disebut melainkan engkau pun di sebut bersama-Ku dan Aku telah menjadikan umatmu sebagai umat yang terbaik dari sekalian manusia dan Aku jadikan umatmu sebagai umat moderat, dan Aku jadikan umatmu sebagai umat yang pertama (masuk ke dalam surga) dan yang terakhir (lahir ke muka bumi), dan Aku telah menjadikan umatmu tidak diperbolehkan pada mereka berkhutbah hingga mereka bersaksi bahwa engkau adalah hamba-Ku dan utusan-Ku. Aku telah menjadikan dari umatmu sekelompok kaum yang hati mereka adalah tempat menampung kitab suci mereka, dan Aku telah menjadikan engkau sebagai Nabi yang pertama diciptakan dan terakhir di utus serta yang pertama dibangkitkan untuk hari pengadilan. Dan Aku berikan kepadamu surat Al Fatihah yang tidak pernah Aku berikan kepada seorang nabi sebelummu, dan Aku berikan kepadamu penutup surat Al Baqarah yang merupakan harta karun di bawah ‘Arsy yang tidak Aku berikan kepada seorang nabi pun sebelummu. Dan Aku berikan kepadamu Al Kautsar. Dan Aku berikan kepadamu 8 karunia: Islam, Hijrah, Jihad, Sodaqoh, Puasa Ramadhan, Amar Ma’ruf, dan Nahi Munkar, Dan pada hari Aku menciptakan langit dan bumi, Aku wajibkan atasmu dan atas umatmu 50 kali sholat, maka dirikanlah olehmu dan oleh umatmu.”
Dalam riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa Rasulallah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bersabda, “Tuhanku telah memberi karunia kepadaku, yaitu Allah mengutusku sebagai rahmat bagi sekalian alam dan kepada seluruh umat manusia sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah tanamkan di dalam hati musuh-musuhku rasa takut dari jarak satu bulan perjalanan, dan Allah halalkan kepadaku harta rampasan perang padahal tidak dihalalkan kepada seorang pun sebelumku, dan Allah jadikan bumi sebagai tempat shalat dan suci, dan aku diberikan pembuka, penutup dan keluasan kalimat. Ditunjukkan kepadaku seluruh umatku dihadapku hingga jelaslah kepadaku antara pengikut dan pemimpin, hingga aku melihat mereka mendatangi suatu kaum yang beralas kakikan dari bulu dan aku melihat mereka mendatangi suatu kaum yang berwajah lebar dan bermata sipit seolah-olah mata mereka dijahit dengan jarum, hingga nampak jelas olehku penderitaan yang umatku derita dari kaum tersebut. Dan aku diperintahkan dengan 50 kali sholat”.
Dan dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam diberikan tiga anugrah; dijadikan sebagai pemimpin para rasul; dijadikan sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa; dan akan memimpin umatnya yang wajah dan lengan serta kaki mereka bercahaya terang benderang kerena basuhan air wudhu.
Dalam riwayat lain, dianugerahkan untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam shalat lima waktu dan akhir surat Al Baqaroh dan ampunan Allah bagi umatnya yang tidak menyekutukan Allah atas dosa-dosa besar mereka.
Kemudian tersingkaplah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam awan indah yang menyelimuti dirinya. Jibril meraih tangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam untuk menuntunnya kembali, maka mereka kembali dengan cepat. Di perjalanan pulang mereka melewati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam dan Nabi Ibrahim tidak berucap sesuatu apapun.
Mereka melalui Nabi Musa ‘alaihis salam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam berkata, “sungguh Nabi Musa adalah sahabat terbaik untuk kalian.” Nabi Musa ‘alaihis salam berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam, “Apa yang kamu lakukan selama diperjalanan ini wahai Muhammad? Dan apa yang diwajibkan Tuhanmu kepadamu dan kepada umatmu?”. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, “diwajibkan kepadaku dan umatku 50 sholat sehari semalam.” Maka Nabi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu, dan mintalah keringanan untukmu dan untuk umatmu, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu untuk menjalankan perintah itu, sungguh aku lebih berpengalaman terhadap manusia sebelummu dan aku telah menguji Bani Israil serta membujuk dan membimbing mereka dengan ketekunan dan ketelitianku untuk menjalankan perintah Allah yang lebih ringan dari apa yang diperintahkan Allah kepadamu dan umatmu, namun mereka tidak mampu menjalankannya hingga mereka meninggalkannya, dan sungguh umatmu lebih lemah badannya, fisiknya, hatinya, pandangannya serta pendengarannya.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menoleh kepada Jibril berharap bimbingannya, maka Jibril member isyarat kepadanya, “jika engkau berkenan, maka kembalilah dan mohonlah keringanan dari Tuhanmu”.
Maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam kembali dengan cepat hingga Nabi sampai kepada Sidratul Muntaha, maka awan itu kembali menyelimutinya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bersujud kepada Allah. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam berkata, ”Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk umatku karena mereka adalah umat yang paling lemah”. Allah berkata, “Aku ringankan atas mereka lima”, kemudian awan itu tersingkap dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam kembali kepada Nabi Musa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam berkata, ”telah dikurangkan untukku dan umatku lima”. Maka Nabi Musa berkata, “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi, karena sesungguhnya umatmu tidak akan mampu”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam terus berbulak-balik meminta keringanan kepada Tuhannya, dan setiap kali Allah mengurangi lima, hingga tidak tersisa kecuali lima waktu sholat maka Allah berkata kepadanya, “Wahai Muhammad!”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menjawab, ”Labbaik wa sa’daik (aku senantiasa memenuhi panggilanmu)”. Allah berkata, “Itulah shalat yang lima waktu sehari semalam, setiap shalat dihitung sebagai sepuluh shalat, sehingga semuanya genap lima puluh, tidaklah akan berubah ketentuan-Ku dan tidaklah dihapus kitab-Ku (tertulis dalam ketentuan-Ku). Barang siapa yang bertekad melakukan suatu kebaikan namun dia tidak jadi melakukannya, maka ditulis baginya satu kebaikan, tetapi jika dia melakukannya maka ditulis baginya sepuluh kebaikan. Barang siapa yang bertekad melakukan suatu keburukan namun tidak jadi melakukannya maka tidak ditulis suatu apapun atasnya, dan apabila ia melakukannya maka ditulis baginya satu keburukan.”
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mengabarkan kepada Nabi Musa tentang apa yang Allah tetapkan. Namun Nabi Musa bersikeras berkata, “kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan lagi, karena sungguh umatmu tidak akan mampu.” Nabi Muhammad berkata, ”Wahai Musa, aku telah berkali-kali menghadap kepada Tuhanku hingga aku malu kepada-Nya, dan sungguh aku ridho dan puas menerima ketentuan Tuhanku.” Maka terdengar seruan,”Sesungguhnya aku telah menetapkan ketentuan-Ku dan aku telah meringankan atas hamba-hamba-Ku”. Maka Nabi Musa berkata, “Allah Kalau begitu maka turunlan engkau dengan menyebut nama Allah.”
Di perjalanan pulang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam tidak melewati perkumpulan para malaikat, kecuali mereka berkata, “hendaklah kamu perintahkan umatmu untuk hijamah (bekam)”. Di perjalanan pulang Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, tidak ada seorangpun dari penduduk langit yang aku jumpai melainkan ia pasti menyambutku dengan meriah, dengan senyuman manis, salam dan doa, kecuali satu orang. Ketika aku menemuinya dan mengucapkan salamku untuknya, dia hanya sebatas menyambutku, menjawab salamku dan mendoakanku namun sama sekali tidak tersenyum dan tertawa untukku. Kenapa wahai Jibril?”. Maka Jibril berkata, “Dia adalah malaikat Malik, malaikat penjaga neraka. Dia tidak pernah tersenyum sejak diciptakan, kalaupun dia dapat tersenyum untuk seseorang maka dia hanya akan tersenyum kepadamu.”
Pada saat turun dan sampai ke langit dunia, Rasulullah melihat ke bawah, dan beliau melihat asap yang mengepul, kabut dan suara-suara yang berisik. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Apa ini wahai Jibril?” Jibril menjawab, “ini adalah para setan, mereka menghalangi pandangan manusia supaya tidak berfikir tentang kerajaan langit dan bumi, apabila para setan tidak melakukan hal itu, sungguh manusia akan melihat keajaiban yang mengagumkan”. Rasulullah turun hingga kembali ke Baitul Maqdis dan menaiki buraqnya.