SIDRATUL MUNTAHA Bagian Ke-1
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam diangkat ke Sidratul Muntaha. Disanalah tempat perhentian terakhir segala yang naik dari bumi untuk kemudian disambut dan di sana pula tempat perhentian terakhir apa yang turun dari atas untuk kemudian disambut. Sidratul Muntaha adalah pohon yang amat besar, akarnya di langit ke enam, rantingnya sampai ke langit ke tujuh dan puncaknya hingga menembus langit ke tujuh sebagaimana tersebut dalam beberapa riwayat. Mengalir dari akar kaki Sidratul Muntaha, sungai yang airnya tidak berubah rasa, warna dan baunya. Mengalir pula darinya sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, serta mengalir pula sungai arak yang lezat untuk diminum, dan mengalir pula sungai dari madu yang murni. Orang yang berkendara akan berjalan terus tanpa henti di bawah naungan Sidratul Muntaha selama tujuh puluh tahun. Buahnya menyerupai kelapa namun sangat besar sekali. Daunnya bagaikan telinga gajah yang sehelai daunnya hampir menutupi umat ini.
Di dalam riwayat, satu helai daunnya dapat menaungi semua makhluk dan di setiap daunnya ada malaikat. Maka tiba-tiba dedaunannya diselimuti dengan berbagai macam warna yang indah yang tidak dapat digambarkan dan seketika itu dedaunannya berubah menjadi yaqut dan zamrud, dan sungguh tidak ada seorangpun yang dapat menggambarkannya. Padanya terdapat belalang-belalang dari emas. Pada akarnya mengalir empat sungai, dua sungai batin dan dua sungai zhohir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Wahai Jibril sungai-sungai apakah ini?” Jibril menjawab, “kedua sungai batin ini adalah dua sungai di surga dan dua sungai zhahir ini adalah sungai nil dan alfurat.”
Di dalam riwayat lain disebutkan bahwa pada akarnya terdapat mata air yang mengalir yang bernama Salsabil. Dari mata air Salsabil ini mengalir dua sungai salah satunya adalah Al Kautsar. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sungai Al Kautsar yang sangat deras hingga cipratan airnya memancar sangat deras seperti anak panah. Di tepiannya terdapat kemah-kemah yang terbuat dari mutiara, yaqut dan zamrud, dan di atasnya bertengger burung-burung berwarna hijau yang sebagus-bagusnya burung yang pernah engkau lihat. Di sekitar sungai terdapat bejana-bejana yang terbuat dari emas dan perak. Air sungainya mengalir di atas kerikil-kerikil yaqut dan zamrud, dan airnya lebih putih dari pada susu. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mengambil bejana untuk meminum airnya dan ternyata airnya lebih manis dari madu dan lebih wangi dari minyak misk.
Jibril berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam, “Sungai ini adalah hadiah Allah untukmu wahai Muhammad”. Dan sungai lainnya adalah sungai rahmat. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam mandi didalamnya dan ketika itulah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu dan yang akan datang. Di dalam riwayat disebutkan bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat Jibril dengan enam ratus sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap satu sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menelusuri Al Kautsar hingga masuk ke dalam surga yang kenikmatannya tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas dalam angan-angan manusia. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat pada pintunya tertulis:
“الصدقة بعشر أمثالها و القرض بثمانية عشر”.
“Satu shodaqoh diganjar dengan pahala sepuluh kali lipat, sedangkan memberi hutang diganjar dengan pahala delapan belas kali lipat”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam berkata, “Wahai Jibril, mengapa memberikan hutang lebih utama daripada memberi shodaqoh?”. Jibril berkata, ”karena sesungguhnya seseorang yang meminta ia masih memiliki sesuatu, sedangkan seorang tidak akan berhutang kecuali ia dalam keadaan membutuhkan”. Mereka melanjutkan perjalanan dan di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sungai dari susu yang tidak berubah rasanya, sungai dari arak yang melezatkan bagi peminumnya dan sungai dari madu murni. Di tepian sungai terdapat kubah-kubah dari permata dan terdapat buah delima yang sangat besar seperti sebuah ember besar.
Dalam riwayat lain, terdapat buah-buah delima yang besarnya bagaikan seekor unta dengan pikulannya dan juga terdapat burung-burung yang besar bagaikan seekor unta berpunuk dua. Abu Bakar berkata, ”Wahai Rasulullah, sungguh burung-burung itu sangat dimanja dan merasakan kenikmatan”. Rasulallah menjawab, ”Para pemakan burung-burung itu lebih nikmat dan lebih dimanja lagi, dan aku berharap agar engkau pun memakannya pula wahai Abu Bakar”.
Di perjalan itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melihat sungai Al Kautsar yang di tepiannya terdapat kubah-kubah dari permata dan tanahnya adalah misk yang sangat wangi. Kemudian diperlihatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam neraka. Neraka adalah tempat kemurkaan Allah dan siksa Allah. Apabila bebatuan dan besi dilempar kedalamnya maka akan dilahapnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok kaum di neraka yang sedang memakan bangkai. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya kepada Jibril, ”Siapakah mereka wahai Jibril?”, Jibril menjawab, ”mereka sedang memakan daging-daging manusia”.