DIBUKANYA PINTU LANGIT
Kemudian didatangkan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam (mi’raj) tangga, yang melalui tangga itu arwah-arwah Bani Adam naik ke langit. Tidak pernah seorang makhluq terlihat tangga yang lebih indah darinya. Terdapat anak tangga dari perak dan dari emas, tangga itu berasal dari surga firdaus berhiaskan permata, sebelah kanan dan kirinya berdiri malaikat. Maka naiklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dan Jibril hingga sampai ke sebuah pintu dari pintu-pintu langit dunia yang di kenal dengan pintu Hafadhoh, dijaga oleh malaikat bernama Isma’il dan dia adalah penjaga langit dunia, bersemayam di udara, tidak pernah naik ke langit dan tidak pernah turun ke bumi kecuali di hari wafatnya Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Dia memiliki bawahan 70.000 malaikat dan setiap satu dari bawahannya memiliki 70.000 tentara malaikat.
Ketika keduanya masuk, mereka mendapati Nabi Adam ‘alaihis salam, beliau adalah bapak bagi seluruh umat manusia. Nabi Adam dengan bentuk sebagaimana keadaannya saat diciptakan Allah. Disodorkan kepadanya arwah para nabi dan keturunannya yang mu’min, maka berkata Nabi Adam, “arwah yang suci dan jiwa yang suci, jadikanlah mereka di Illiyyiin (tempat yang tinggi di surga).” Lalu disodorkan kepadanya arwah dari keturunannya yang kafir, maka Nabi Adam berkata, “arwah yang kotor dan jiwa yang kotor tempatkanlah di Sijjin (tempat paling bawah di jahanam).”
Di samping kanan dari arwah-arwah, suatu pintu yang keluar darinya bau yang harum wanginya, dan di samping dari arwah-arwah, suatu pintu yang keluar darinya bau yang sangat busuk. Apabila dia menoleh kekanannya dia tersenyum gembira, dan jika menoleh ke samping kirinya dia sedih dan menangis. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam memberi salam kepadanya dan Nabi Adam menjawab salamnya kemudian dia berkata, “Selamat datang untukmu wahai anak yang sholeh dan Nabi yang sholeh.” Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya kepada Jibril, “Siapa dia wahai Jibril?”, Jibril menjawab, “Dia adalah ayahmu Nabi Adam, dan arwah itu adalah anak keturunannya, yang berada di sebelah kanannya adalah calon penghuni surga, yang berada di kiri adalah calon penghuni neraka. Apabila dia menoleh ke kanannya dia tersenyum gembira, dan jika menoleh ke kirinya dia sedih dan menangis. Pintu yang di samping kanannya adalah pintu surga yang jika dia melihat keturunannya memasukinya maka dia tertawa gembira. Pintu di samping kirinya adalah pintu neraka, jika dia melihat keturunannya memasukinya maka dia sedih dan menangis.”
Di perjalanan tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan tempat makan yang dihidangkan potongan daging lezat yang tidak di dekati oleh seorang pun. Ada juga tempat makan yang dihidangkan daging rusak dan busuk yang dikerubungi oleh manusia yang banyak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Siapa mereka wahai Jibril?” Jibril menjawab, “mereka adalah umatmu yang meninggalkan sesuatu yang halal kepada sesuatu yang haram.” Diriwayat yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Siapa gerangan mereka itu wahai malakat jibril?” Jibril menjawab, “mereka itu adalah orang-orang yang melakukan perzinaan, mereka menghalalkan perkara yang telah Allah haramkan bagi mereka, sedangkan perkara yang Allah telah halalkan bagi mereka, mereka tinggalkan.”
Di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok kaum yang perut mereka sangat besar bagaikan rumah, di dalam perut mereka ular-ular ganas mencabik lambung mereka yang terlihat dari luar perut mereka. Setiap kali salah seorang dari mereka mencoba bangkit berdiri, maka dia selalu tersungkur jatuh dan seraya berkata, “Ya allah jangan datangkan hari kiamat”. Mereka berada di jalannya Fir’aun dan pengikutnya, dan mereka diinjak-injak oleh setiap yang melalui mereka. Mereka menjerit dan merintih kepada Allah. Maka Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Wahai Jibril siapa mereka itu?” Jibril menjawab, “mereka itu sebagian dari umatmu yang melakukan praktek riba dan memakan harta riba, mereka tidak berdiri melaikan bagaikan orang yang kesurupan setan.”
Di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok kaum yang bibir mereka seperti bibir onta, dan dibukalah mulut mereka, lalu ditelankan kedalamnya batu yang amat besar. Di dalam riwayat lain disebutkan, ditelankan ke dalam mulut mereka batu yang besar dari neraka jahanam, membakar dan merobek-robek bagian dalam tubuh mereka hingga tembus dari bagian bawah tubuh mereka. Mereka menjerit dan merintih kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Wahai Jibril siapakah mereka itu?” Jibril menjawab, “mereka itu adalah orang-orang yang memakan harta anak yatim dengan cara yang dzolim dan sesungguhnya harta anak yatim yang mereka makan di dalam perut mereka itu adalah api jahannam, dan sungguh mereka akan di membusuk di dalam neraka.”
Di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok wanita yang sedang digantung dengan diikat payudara mereka, dan sekelompok wanita yang lain sedang digantung terbalik dengan kaki di atas.Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam pun bertanya, “Wahai Jibril siapakah gerangan mereka itu?”Jibril menjawab, “mereka adalah wanita-wanita yang melakukan perzinaan, dan membunuh anak mereka.”
Di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok kaum yang sedang dipotong-potong daging dari bagian tubuh mereka dan kemudian mereka dijejalkan daging mereka tersebut untuk dimakannya, sambil diserukan kepada mereka, “makanlah dagingmu sebagaimana kamu memakan daging saudaramu.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Siapakah mereka itu wahai jibril?” Jibril menjawab, “mereka itu adalah sekelompok umatmu yang suka mencela, menfitnah, dan mengolok-olok kejelekan orang lain dengan kedipan mata mereka dan ucapan mereka.”
Di perjalanan Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam menyaksikan sekelompok orang pemakan harta riba, pemakan harta anak yatim dengan cara dzolim, dan para pezina, serta pelaku kemaksiatan lainnya dalam keadaan yang sangat buruk bahkan lebih buruk dari mereka dari apa yang telah disaksikan dalam perjalanan tersebut. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke dua.
Setelah mereka masuk ke langit kedua, Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertemu dengan dua saudara sepupu, yaitu Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam dan Nabi Yahya bin Zakariya ‘alaihis salam. Pakaian dan rambut keduanya sangat mirip dan bersama mereka sekelompok dari kaum mereka. Nabi Isa ‘alaihis salam bertubuh sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek, rambut yang lurus dan kulit yang mendekati putih kemerahan seperti seorang yang baru keluar dari mandi uap. Rasulullah mengatakan bahwa Nabi Isa itu mirip dengan sahabat ‘Urwah bin Mas’ud Ats Tsaqofi.
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam memberi salam kepada keduanya dan Nabi Isa dan Nabi Yahya menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan: “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu mereka mendoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dengan kebaikan. Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke tiga.
Setelah mereka masuk ke langit ketiga, Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertemu dengan Nabi Yusuf ‘alaihis salam dan bersamanya sekelompok dari kaumnya. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam memberi salam kepadanya dan Nabi Yusuf menjawab salamnya serta menyambutnya dengan mengatakan, “Selamat datang wahai saudara yang soleh serta Nabi yang soleh”, lalu Nabi Yusuf mendoakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam dengan kebaikan. Sesungguhnya Nabi Yusuf telah dianugerahkan Allah setengah dari ketampanan. Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa Nabi Yusuf adalah manusia yang paling indah yang pernah diciptakan Allah, dan Allah menjadikan ketampanan dan keindahannya di atas seluruh manusia, bagaikan rembulan di malam purnama antara bintang-bintang. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam bertanya, “Siapa dia wahai Jibril?” Jibril menjawab, “Dia adalah saudaramu Nabi Yusuf ‘alaihis salam.” Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa aalihi wa shohbihi wa salam melanjutkan perjalanannya hingga naik ke langit ke empat.