Orang-orang di sekeliling Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sangat meyakini bahwa beliau berada di jalan kebenaran. Mereka yakin bahwa beliau seorang Nabi yang diutus Allah Swt. Akan tetapi, para penguasa dan orang-orang yang gila hormat selalu mempunyai alasan untuk tidak menerima kebenaran tersebut. Padahal, rakyat kebanyakan relativ tidak menemukan halangan apa pun untuk beriman.
Jadi, apa sebenarnya hubungan antara fakta yang diketahui oleh semua pakar dengan tuduhan musuh-musuh Islam?
Demi Allah, tuduhan yang mengatakan bahwa dakwah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bertujuan agar umat Islam memiliki sumber kekayaan dan menguasai singgasana para raja dengan “bukti” bahwa kaum muslimin berhasil mendapatkan semua itu sama mustahilnya seperti menyatukan arah barat dengan timur.
Meskipun Islam berhasil menaklukkan Romawi dan Persia beberapa tahun setelah agama Allah ini diserukan, apakah itu dapat dijadikan bukti bahwa mereka memeluk Islam hanya karena mengharapkan tahta Romawi dan Persia?
Kalaulah benar, dengan memeluk Islam, mereka memendam hasrat dan hawa nafsu untuk mengeruk keuntungan duniawi, pasti penaklukan yang luar biasa menakjubkan itu tidak akan pernah terjadi.
Kalaulah benar, ketika Umar ra. menyiapkan pasukan untuk berangkat ke Qadisiyyah dengan menunjuk Sa’d ibn Abi Waqqash sebagai panglima disebabkan sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ini mengharapkan tahta Kisra dan singgasana penguasa Persia itu, pasti panglima Sa’d akan kembali kepada Umar dengan membawa kekalahan.
Akan tetapi, mereka berjihad dilandasi keyakinan untuk menegakkan agama Allah. Keyakinan itulah yang memuliakan mereka dengan kekuasaan dan kekayaan yang belum pernah mereka miliki.
Kalau saja dalam pertempuran Qadisiyyah umat Islam ingin mendapatkan harta kekayaan atau mengejar kemewahan duniawi, pastilah ibn Amir ra. tidak akan memasuki Istana Rustum dengan sikap yang sama sekali tidak disilaukan kemewahan. Bahkan, Rab’i berkata kepada Rustum, “Jika kalian bersedia masuk Islam, kami akan membiarkan kalian, tanah kekuasaan kalian, dan harta kalian….”
Apakah kata-kata seperti itu dapat meluncur dari mulut seseorang yang kemaruk mengejar kekuasaan, tanah, atau harta kekayaan?
Allah Swt. justru menganugerahkan kekayaan duniawi karena mereka tidak sedikit pun ambil peduli dengan kekayaan itu. Seluruh pikiran mereka hanya dicurahkan untuk meraih keridhaan Allah Swt.
Kalau saja mereka melakukan jihad hanya untuk mengejar kekayaan, pastilah mereka takkan pernah dapat meraihnya. Semua yang mereka lakukan hanyalah untuk mewujudkan sunnatullah yang tertuang dalam ayat,
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi), (QS Al-Qashash [28]: 5).
Siapa pun pasti bisa memahami ayat ini dengan satu syarat yaitu bebas dari penghambaan terhadap selain Allah Swt.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi