Apa sebenarnya yang membuat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersama para sahabat sanggup melewati masa-masa sulit ini? Apa tujuan yang sebenarnya ingin mereka capai setelah bertahan menghadapi kepedihan?
Bagaimana menjawab pernyataan mereka bahwa risalah yang diemban Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan diimani para sahabat sebenarnya hanyalah sebuah revolusi kelompok kiri terhadap kelompok kanan atau revolusi yang dilakukan kelompok miskin terhadap kelompok kaya?
Coba bayangkan rangkaian serangan dan siksaan yang dilakukan orang-orang kafir terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan kaum muslimin. Masihkah Anda menilai dakwah Islam sebagai sebuah revolusi ekonomi meletus disebabkan kelaparan dan perasaan dengki terhadap saudagar saudagar Mekah dan para pelaku ekonomi di kota itu?
Kaum musyrikin telah menawarkan kekuasaan dan harta berlimpah asalkan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berhenti berdakwah. Akan tetapi, mengapa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menolak semua tawaran itu? Jika benar mereka berdakwah disebabkan kelaparan yang diderita, mengapa para sahabat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak mendesak beliau untuk menerima tawaran orang-orang Quraisy itu? Mungkinkah para sahabat ingin mengobarkan revolusi untuk meraih sesuatu yang lebih besar dari sekadar kekuasaan atau harta?
Kala itu, Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan para sahabat benar-benar telah dihalangi dan segala sumber perekonomian dan pergaulan sosial oleh bangsa sendiri. Tak satu pun barang dagangan yang sampai ke tangan mereka. Tidak sepotong pun makanan yang masuk ke tempat pengasingan mereka. Tak heran jika mereka terpaksa memakan dedaunan. Di tengah kondisi seperti itu, mereka tetap sabar bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Mungkinkah sikap seperti itu dilakukan oleh orang-orang yang di dalam benaknya tersimpan niat untuk mengobarkan sebuah pemberontakan hanya demi mendapatkan sekerat daging?
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi