Kesimpulannya, tidak ada seorang pun yang boleh mengubah hukum dan prinsip Islam meskipun sedikit. Tidak seorang pun juga boleh melanggar batasan yang telah ditetapkan Allah Swt. meskipun dengan dalih untuk menegakkan “hikmah” dalam berdakwah karena “hikmah” (kebijaksanaan) hanya dibenarkan jika dilakukan secara tepat dalam koridor syariat, prinsip, dan dasar moral Islam.
Ketiga, sikap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam menghadapi berbagai tawaran kaum kafir Quraisy atau syarat yang mereka ajukan untuk mengimani ajaran Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Kita dapat mengetahui kebenaran firman Allah Swt. yang berbunyi,
“Dan mereka berkata, `Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan, atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami, atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan memercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca.’ Katakanlah, Mahasuci
Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorangmanusia yang menjadi rasul?” (QS Al-Isra [17]: 90-93).
Kalau Allah Swt. tidak mengabulkan semua permintaan orang-orang musyrik, bukan berarti karena Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak memiliki mukjizat selain Al-Quran, seperti yang mereka persangkakan. Akan tetapi, dikarenakan Allah Swt. mengetahui dengan pasti bahwa orang-orang musyrik itu mengajukan semua permintaan tersebut atas dasar kekufuran dan sikap kepala batu. Mereka hanya ingin mempermalukan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sebagaimana terlihat jelas dari ucapan mereka. Kalau saja menurut Allah Swt. permintaan mereka benar-benar tulus dan dilandasi niat baik, semua itu pasti akan langsung dipenuhi oleh-Nya sebab hal itu akan semakin menguatkan kebenaran risalah yang dibawa Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Namun, apa yang dilakukan orang-orang Quraisy itu justru tidak berbeda dengan hal yang disinyalir Allah Swt dalam firman-Nya, “Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dart (pinto-pintu) langit, lalu mereka terus-menerus naik ke atasnya, tentulah mereka berkata, Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang-orang yang kena sihir,” (QS Al-Hijr 15]: 14-15).
Dengan memahami semua ini, Anda pasti akan mengerti bahwa hal yang terjadi sama sekali tidak menafikan mukjizat yang menjadi tanda pemuliaan Allah Swt. terhadap Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang akan kami bahas pada bagian berikutnya.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi