Seruan dakwah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mendapat sambutan tak ramah dari masyarakat Quraisy Tak sedikit dari mereka yang membangkang Ada pula yang berdalih tak bisa meninggalkan kepercayaan nenek-moyang yang sudah menjadi tradisi dalam hidup mereka Padahal, saat itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak pernah jemu mengingatkan orang-orang kafir Quraisy tentang pentingnya mereka membebaskan akal dan pikiran dart penghambaan terhadap tradisi dan kebiasaan Dalam arti kata, pentingnya penggunaan akal dan logika secara sehat dan benar Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam juga menjelaskan bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah sebenarnya sama sekali tidak dapat mendatangkan manfaat maupun kemudharatan. Penghambaan yang diwarisi dari nenek moyang mereka pun sama sekali tidak dapat dijadikan dalih untuk terus mengikuti kebiasaan buruk itu tanpa melakukan penyangkalan apa pun. Berkenaan dengan mereka, Allah Swt berfirman,
“Apabila dikatakan kepada mereka, Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul’ Mereka menjawab, ‘Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya ‘ Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuOg (QS Al-Maidah [51: 104)
Ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mulai mencela tuhan-tuhan mereka, menganggap impian mereka sebagai kebodohan, menyangkal alasan yang mereka kemukakan untuk terus menyembah berhala dengan mengatakan bahwa semua itu hanyalah tradisi nenek moyang mereka, bahkan ketika Rasulullah menyatakan bahwa nenek moyang mereka adalah orang-orang yang tidak berpikir logis, orang-orang kafir itu semakin keras menentang Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Tidak hanya mengingkari, mereka pun bersekongkol untuk melakukan pembangkangan, bahkan memusuhi beliau, terkecuali sebagian dari mereka yang mendapatkan hidayah Allah dari paman Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, Abu Thalib. Meskipun tetap kafir, Abu Thalib selalu membela dan menjaga keponakannya itu.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi
Assalamualikum habib…..ana mohon ijin untuk menyerap ilmu dan mengamalkan setiap ceramah dan kajian ilmu yang habib ajarkan
Waalaikum salam
Boleh