Awal Mula Wahyu Diturunkan bagian ke-4
Tindakan Jibril yang merengkuh kuat, lalu melepaskan tubuh Muhammad hingga tiga kali seraya berkata, “Bacalah!” juga semakin menegaskan adanya pertemuan eksternal antara dua makhluk Allah ini. Hal ini tentu membantah tuduhan yang menyatakan bahwa ketika menerima wahyu pertama, Muhammad sedang mendengarkan bisikan hatinya sendiri.
Pada saat itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam benar-benar merasa ketakutan disebabkan hal yang ia dengar dan lihat sehingga ia memutuskan untuk menghentikan khalwatnya di dalam Gua Hira dan langsung kembali ke rumahnya dengan hati yang bergetar. Hikmah di balik itu adalah agar setiap orang yang berakal sehat mengerti bahwa pada saat itu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sama sekali belum mengenal risalah yang akan dibebankan padanya untuk kemudian disebarkan ke seluruh dunia. Selain itu, kita bisa memahami bahwa wahyu yang turun kepada Muhammad itu sama sekali bukan sesuatu yang menjadi kelanjutan dari sesuatu yang dibayangkan atau tebersit di dalam hati Muhammad sendiri. Wahyu itu justru muncul dalam bentuk yang mengguncang dan sangat mengejutkan bagi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Jadi, tidak diragukan lagi, sesuatu yang turun kepada Muhammad bukanlah sesuatu yang berasal dari bayang-bayang dalam angan yang kemudian muncul dalam jiwa Muhammad untuk kemudian dijadikan sebagai akidah yang harus disampaikan kepada umat manusia.
Uraian di atas tentu benar sebab ilham, suara hati, atau bayang-bayang di dalam benak seseorang tidaklah mungkin dapat menyebabkan ketakutan yang luar biasa. Angan-angan yang terlintas di dalam batin tidak akan mungkin terkait dengan keterkejutan dan ketakutan. Tuduhan bahwa Muhammad berdusta dan mengada-ada akan gugur dengan sendirinya. Hal itu disebabkan di sepanjang hidup, Muhammad dikenal luas sebagai pribadi yang jujur dan tepercaya.
Gambaran ketakutan yang dialami Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ini juga semakin tebal ketika kita mengetahui bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sempat mengira malaikat yang menemuinya di dalam Gua Hira adalah sebangsa Jin. Pada saat itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berkata kepada Khadijah, “Sungguh aku khawatir akan diriku.” Maksudnya, keselamatan dari gangguan jin. Khadijah pun langsung menenangkan Rasulullah dengan mengatakan bahwa suaminya itu bukanlah orang yang dapat dengan mudah diganggu setan dan jin karena memiliki akhlak dan berbagai sifat terpuji.
Sebenarnya, Allah tentu sangat sanggup untuk menenangkan hati Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan memberi tahu bahwa yang mendatangi sang rasul pada saat itu adalah Jibril—salah satu malaikat yang datang untuk mengabari bahwa Muhammad adalah seorang rasul. Namun, rupanya Allah yang Mahabijaksana berkehendak untuk menonjolkan pemisahan antara pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul dan sesudahnya. Allah juga rupanya ingin menjelaskan bahwa tidak ada secuil pun dari akidah dan syariat Islam yang sudah benar-benar matang” di dalam benak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sebelum turunnya wahyu pertama, sebagaimana halnya dakwah untuk menyeru ke jalan Allah yang juga tidak pernah terbayangkan oleh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sebelum beliau diangkat menjadi rasul.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi