Awal Mula Wahyu Diturunkan bagian ke-2
Para ulama berbeda pendapat mengenai berapa lama sebenarnya wahyu berhenti turun kala itu. Sebagian menyatakan mencapai tiga tahun, sebagian yang lain menyatakan kurang dari itu. Adapun pendapat yang paling kuat adalah riwayat yang dinukil oleh Imam Al-Baihaqi yang menyatakan bahwa pada saat itu wahyu tidak turun selama 6 bulan.
Imam Al-Bukhari meriwayatkan hadits dari Jabir ibn Abdullah yang menjelaskan tentang turunnya wahyu. Di dalam hadits itu disebutkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Ketika sedang berjalan, tiba-tiba aku mendengar suara darl langit. Aku pun mengangkat pandanganku, ternyata malaikat yang mendatangiku di Gua Hira tengah duduk di atas sebuah kursi di antara langit dan bumi. Karena merasa takut, aku pun segera kembah pulang dan berseru, `Selimuti aku, selimuti aku ‘Allah Swt. berfirman, ‘Hai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringotan. Dan, Tuhanmu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa (menyembah berhala) tinggalkanlah.’ Setelah itu,wahyu turun di antara jeda waktu”
Pelajaran dan bahan renungan
Hadits mengenai awal turunnya wahyu ini merupakan dasar yang menjadi titik awal semua rangkaian pengajaran akidah dan syariat Islam. Keyakinan dan pemahaman terhadap hadits ini, tak pelak, akan menjadi pintu gerbang yang tak boleh dinafikan dalam perjalanan menuju keyakinan akan seluruh ajaran yang dibawa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, baik berupa berita mengenai hal-hal gaib maupun perintah agama. Kesimpulan ini diambil karena secara esensial, keyakinan terhadap wahyu adalah satu-satunya yang membedakan antara orang yang mengklaim mampu menetapkan syariat (jalan hidup) dengan akal pikiran sendiri, dengan mereka yang menenma ajaran Tuhan tanpa mengubah, mengurangi, atau menambah nambahi.
Disebabkan semua inilah, para durjana yang berusaha menebarkan keraguan akan kebenaran Islam selalu memberi perhatian besar ter hadap usaha usaha yang dilakukan untuk “merekonstruksi” posisi wahyu pada saat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam masih hidup Mereka selalu berupaya sekuat tenaga dengan mengerahkan segenap kemampuan rasional untuk mencampuradukkan dan menyamarkan antara wahyu Allah dengan ilham atau kata hati Muhammad sendiri Bahkan, ada dan mereka yang menyatakan bahwa ketika wahyu turun, sebenarnya Muhammad sedang terserang penyakit epilepsi.
Semua tipu daya itu mereka lakukan karena musuh-musuh Islam mi mengetahui betul bahwa wahyu merupakan mata air bagi segala bentuk keyakinan dan keimanan umat Islam terhadap ajaran yang dibawa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang beliau terima dan hadirat Allah Swt. Seandainya saja mereka berhasil menanamkan keraguan terhadap wahyu pada tubuh umat Islam, urusan memurtadkan umat Islam menjadi mudah. Dengan begitu, akidah mereka sudah rusak Di samping itu, jika keraguan terhadap kebenaran wahyu telah merasuki tubuh umat Islam, akan mudah pula bagi mereka untuk memasukkan paham bahwa semua yang diserukan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, baik berupa prinsip agama maupun hukum syariat, hanyalah karsa kreatif pikiran Muhammad sendiri.
Untuk memuluskan jalannya itu, para musuh Islam lalu mengobarkan “serangan pemikiran” (ghazw al-fikri), yang salah satunya dalam bentuk upaya menginterpretasi makna eksplisit wahyu dengan akal belaka, bukan menggunakan berbagai penjelasan yang terdapat dalam sunah dan hadits-hadits sahih. Mereka juga menjauhkan makna eksplisit wahyu dari aslinya, kemudian menerapkan berbagai bentuk reka-reka dan khayalan yang ganjil.
Orang-orang dungu itulah yang menyatakan bahwa dalam men-jalankan risalahnya, Muhammad selalu menggunakan akal pikirannya sendiri sampai nabi umat Islam ini berhasil menyusun sebuah akidah rekaan yang menghancurkan paganisme. Mereka juga sering berkata bahwa sebenarnya Muhammad mempelajari ajaran yang kemudian disebut “Islam” dari rahib yang bernama Buhaira. Bahkan, ada pula di antara orang-orang dungu itu yang mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang ekstremis fanatik yang mengidap penyakit epilepsi.
Melihat berbagai macam tuduhan dusta itu, akal sehat kita langsung dapat mengetahui bahwa itu semua adalah bentuk penyangkalan terhadap misi kenabian Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Kita pasti dapat memetik hikmah Ilahi yang jelas terlihat di balik peristiwa turunnya wahyu kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan cara seperti yang telah kita ketahui bersama melalui hadits yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi