Awal Mula Wahyu Diturunkan bagian ke-1
Berkenaan dengan permulaan turunnya wahyu, Imam AI-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Aisyah ra., sebagai berikut;
Mula-mula Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bermimpi. Setiap kali Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bermimpi, mimpi itu terlihat begitu nyata, seperti semburat sinar matahari subuh Di sisi lain, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam suka berkhalwat di Gua Hira untuk melakukan tahannuts selama beberapa malam Setelah itu, beliau kembali menemui keluarganya, Khadjah, untuk meminta bekal yang akan dibawa berkhalwat berikutnya. Demikianlah khalwat itu berlangsung beberapa kali, sampai akhirnya kebenaran datang ketika beliau sedang berada di Gua Hira. Saat itu, malaikat datang dan berkata padanya, “Bacalah!” Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab, “Aku bukan orang yang melek huruf!”
Rasulullah bersabda (kepada Aisyah), `lalu malaikat itu merengkuh tubuhku kuat-kuat sampai aku merasa sesak Tidak lama kemudian ia melepaskanku seraya berkata, ‘BacaJahr Kujawab, ‘Aku bukan orang yang melek huruf Malaikat itu kembali merengkuh tubuhku sampai tiga kali, kemudian melepaskanku seraya berkata, ‘Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal, darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (pena). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak ia ketahui’,”
Setelah peristiwa itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pulang. Tubuhnya menggigil. Setelah menemui Khadijah binti Khuwailid ra. beliau bersabda, selimuti aku… selimuti aku… Beliau pun diselimuti sampai rasa gemetar itu hilang Sesaat kemudian, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menceritakan kepada Khadijah peristiwa yang baru saja di alami Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Aku mengkhawatirkan (keselamatan) diriku ” Khadijah berkata, “Tidak! Demi Allah, Dia tidak akan pernah mencelakaimu Sungguh engkau adalah orang yang suka menyambung tali silaturahmi, selalu siap mengangkut beban (membantu orang lain), membantu orang yang tak berpunya, menghormati tamu, dan selalu siap menolong orang-orang yang benar.”
Setelah itu, Khadijah pergi untuk menemui Waraqah ibn Naufal ibn Asad ibn Abdul Uzza, putra paman (sepupu) Khadijah. Dia adalah seorang pemeluk Nasran pada masa jahiliah yang pernah menulis sebuah kitab berbahasa Horan’. Dia jugs menulis petikan Injil dalam bahasa lbrani. Dia adalah seorang yang sudah sangat tua dan matanya buta. Kepada sepupunya itu, Khadijah berkata, “Hai anak pamanku, dengarkan keponakanmu ini.” Waraqah berkata, anak saudaraku„,
apa yang kau lihat?’ Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menuturkan semua yang dialaminya. Setelah mendengar penuturan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, Waraqah berkata “Yang kau lihat adalah Namus (maksudnya adalah Jibril atau wahyu) yang dahulu pernah turun kepada Musa. Duhai, seandainya aku masih muda dan masih hidup ketika kau diusir oleh kaummu Pada saat itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Ya, karena tidak ada seorang pun yang menerima apa yang kauterima, kecuali ia pasti akan dimusuhi. Jika aku sempat mengalami harimu itu, pasti aku akan membantumu sekuat tenaga.” Tidak lama kemudian, Waraqah memang benar-benar wafat Semenjak itu, wahyu berhenti turun untuk sementara waktu.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi