Perbaikan keempat dilakukan setelah Ibnu Zubair terbunuh. Imam Muslim meriwayatkan dengan sanad dari Atha’ bahwa ketika Ibnu Zubair terbunuh, Al-Hajjaj langsung mengirim surat kepada Abdul Malik ibn Marwan untuk menyampaikan berita tersebut. Di dalam surat itu juga disebutkan bahwa Ibnu Zubair telah melakukan perbaikan terhadap Ka’bah dengan persetujuan dari seluruh penduduk Mekah. Setelah menerima surat itu, Abdul Malik ibn Marwan mengirimkan balasan sebagai berikut, “Sedikit pun kita tidak boleh mencoreng nama baik Ibnu Zubair. Dukunglah ia dalam menambah tinggi (Ka’bah). Akan tetapi, bagian Hajar Aswad hendaknya dikembalikan pada bangunan semula. Tutuplah pintu yang terbuat” Al-Hajjaj pun melaksanakan titah Abdul Malik ibn Marwan tersebut.”
Para ulama menyatakan bahwa beberapa tahun kemudian, Khalifah Al-Rasyid25 berniat membongkar Ka’bah dan mengembalikan ke bentuk yang dulu pernah dibuat Ibnu Zubair. Akan tetapi, Malik ibn Anas rahimahullah menukas, “Semoga Allah menjagamu wahai Amirul Mukminin. Sebaiknya, paduka jangan menjadikan Baitullah sebagai bahan permainan bagi raja-raja setelah paduka. Jangan sampai mereka langsung mengubah bentuk Ka’bah setiap kali mereka menginginkan itu karena hal itu akan menurunkan wibawa Ka’bah di hadapan umat manusia.” Al-Rasyid pun mengurungkan niatnya.26
Itulah empat kali perbaikan Ka’bah yang disepakati semua sej arawan.
Adapun perbaikan kelima, yang masih mereka perselisihkan, adalah sebelum masa Nabi Ibrahim as. Benarkah Ka’bah sudah dibangun sebelum masa Nabi Ibrahim as.?
Dalam beberapa atsar dan riwayat dikatakan bahwa orang pertama yang membangun Ka’bah adalah Nabi Adam as. Salah satu sumber paling menonjol tentang hal ini adalah hadits yang diriwayatkan Imam AI-Baihaqi dalam kitab Dalail Al-Nubuwwah Hadits tersebut berasal dari Abdullah ibn Amr yang berkata bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Allah Swt. mengutus Jibril kepada Adam dan Hawa. Jibril kemudian berkata kepada mereka berdua, `Dirikanlah sebuah rumah untuk-Ku’ Maka, Jibril lalu membuat garis (penentu letak) untuk mereka berdua, dan kemudian Adam menggali (fondasi), sementara Hawa memindahkan (tanah galian) sampai akhirnya penggalian Adam mencapai aliran air tanah. Jibril berseru, ‘Cukup, wahai Adam’ Selesai mendirikan Ka’bah, Allah lalu mewahyukan perintah agar mereka berdua melakukan tawaf di sekeliling Ka’bah. Allah berfirman kepada Adam, ‘Engkau adalah manusia pertama, dan ini adalah rumah pertama.’ Waktu terus berjalan hingga Nuh pun melakukan haji ke Ka’bah itu. Dan, waktu terus berjalan sampai akhirnya Ibrahim meninggikan fondasi Ka’bah.”
Imam Al-Baihaqi mengomentari hadits ini sebagai berikut. Ibnu Lahi’ah meriwayatkan hadits ini sendirian secara marfu’. Sebagaimana diketahui, Ibnu Lahi’ah tergolong dhaif sehingga riwayatnya tidak dapat dijadikan hujjah. Meskipun begitu, masih banyak riwayat dan atsar lain yang isinya senada dengan hadits riwayat Al-Baihaqi, hanya saja kesemuanya memiliki kelemahan.
Ada pula yang menyatakan, orang yang pertama kali membangun Ka’bah adalah Nabi Syits as.
Jika uraian terakhir ini dianggap benar, Ka’bah telah mengalami pembangunan dan perbaikan ulang sebanyak 5 kali sepanjang sejarah.
Namun, sebaiknya yang kita jadikan sandaran hanyalah riwayat yang benar-benar meyakinkan, yaitu 4 kali, sebagaimana telah kami jelaskan di atas. Selebihnya, biarlah Allah Swt. yang mengetahui hakikat sebenarnya. Hal ini tentu tidak termasuk beberapa penambahan dan perbaikan kecil yang memang banyak terjadi di sepanjang perjalanan sejarah.
- Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sangat bijaksana dalam memecahkan berbagai masalah dan meredam pertikaian. Beliau sangat pandai menengahi suku-suku yang sedang bertikai hingga mereka berdamai. Terkadang, pertikaian memanas hingga nyaris menyebabkan perang. Suatu ketika, Bani Abdud Dar mengeluarkan semangkuk darah dan bersumpah bersama Bani Adi untuk bertempur sampai titik darah pengbabisan. Mereka memasukkan tangan ke dalam mangkuk itu. Pada saat itu, suku Quraisy tetap menahan diri sampai 4 atau 5 malam. Tidak ada reaksi apa pun, tidak menyatakan ikut mendukung, tidak juga menyatakan menolak. Beruntung, kobaran api fitnah berhasil dipadamkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Jadi, kita jauh lebih patut membayangkan keistimewaan yang dimiliki Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam seperti yang dipilihkan Allah Swt. sebelum kita membayangkan kejeniusan atau kecerdasan yang beliau
Landasan pertama yang membentuk kebijaksanaan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tak lain adalah karena dia seorang nabi dan rasul. Setelah itu, lahirlah berbagai keistimewaan lain, seperti kejeniusan, kecerdikan, dan kecerdasan, yang dibangun di atas landasan pertama itu.
- Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memiliki kedudukan terhormat di mata seluruh lapisan dan strata sosial suku Quraisy. Mereka menjuluki Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan sebutan Al-Amin (orang yang tepercaya). Mereka juga sangat mencintainya. Orang-orang Quraisy tidak meragukan kebenaran ucapan Rasulullah, tidak menyangsikan keluhuran akhlaknya, dan tidak pula meragukan ketulusan hatinya setiap kali dimintai pertolongan.
Semua ini terlihat jelas hingga memunculkan rasa dengki dan sikap kepala batu di kalangan suku Quraisy, khususnya setelah Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang mereka cintai itu menyatakan diri sebagai rasul.
Sumber : Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi