Menukil Tarikh Mekah karya Al-Azraqi, Al-Zarkasyi menyebutkan bahwa Ibrahim as. mendirikan Ka’bah setinggi 7 hasta. Panjang bagian tanah 30 hasta dan lebar pada bagian tanah 22 hasta. Saat itu, Ka’bah dibangun tanpa atap.’ Sementara itu, Al-Suhaili menuturkan bahwa tinggi Ka’bah sembilan hasta.21 Menurut saya, angka ini lebih mendekati riwayat Al-Azraqi.
Perbaikan kedua dilakukan oleh orang-orang Quraisy sebelum Islam. Sebagaimana telah kami jelaskan, pada saat itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ikut ambil bagian dalam proses perbaikan Ka’bah. Orang-orang Quraisy meninggikan Ka’bah hingga 18 hasta. Selain itu, mengurangi panjangnya di bagian tanah menjadi 6 hasta. Satu hasta dibiarkan terbuka pada bagian Hajar Aswad.’
Berkenaan dengan peristiwa ini, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Aisyah ra., Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, pernah bersabda, “Wahai Aisyah, kalau saja kaummu memperbarui sebuah perkara di masa jahiliyah maka pastilah aku akan mengusulkan agar Baitullah diruntuhkan (dibangun ulang). Aku akan mamasukan pada (bangunan)nya apa yang telah dikeluarkan darinya. Akan kudekatkan ia ke tanah dan kubuat padanya sebuah pintu di sebelah timur dan sebuah pintu di sebelah barat, dan aku juga akan menyambungkannya dengan fondasi (yang dulu dibangun) Ibrahim,” (Muttafaq’alaih)
Perbaikan ketiga dilakukan beberapa saat setelah rumah Allah ini terbakar, yaitu pada masa pemerintahan Yazid ibn Mu’awiyah. Saat itu, Ka’bah diserang pasukan Yazid yang berasal dari Syam. Berikut ringkasan kejadian pada saat itu.
Pada paruh akhir tahun 36 Hijriah, pasukan Yazid yang berasal dari Syam mengepung pasukan Abdullah ibn Zubair yang berada di Mekah, di bawah pimpinan Al-Hashin ibn Namir Al-Sukuni atas perintah langsung dari Yazid ibn Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Pasukan Al-Hasin melempari Ka’bah dengan menggunakan pelontar (manjaniq) sehingga beberapa bagiannya hancur dan terbakar. Ibnu Zubair membiarkannya, menunggu musim haji tiba. la pun berembuk dengan kaum muslimin. Ibnu Zubair berkata, “Wahai sekalian manusia, berilah aku saran berkenaan dengan Ka’bah. Apakah kurobohkan bangunannya, lalu kudirikan lagi atau kuperbaiki bagian yang rusak saja?” Dalam kesempatan itu, Ibnu Abbas berkata kepada Ibnu Zubair, “Menurutku, sebaiknya engkau perbaiki saja bagian yang rusak…” Ibnu Zubair berkata, “Kalau saja rumah salah seorang dari kalian terbakar, pastilah ia membangunnya kembali. Apalagi ini menyangkut rumah Tuhan kalian! Aku akan beristikharah kepada Allah sebanyak tiga kali, baru aku akan putuskan apa yang akan kulakukan.” Tiga hari kemudian, Ibnu Zubair merubuh-ratakan bangunan Ka’bah dengan tanah. Setelah itu, ia mendirikan beberapa pilar di sekitar reruntuhan dan menempatkan beberapa sekat. Selanjutnya, mulailah ia membangun tembok Baitullah dan menambah 6 hasta dari yang telah ia bongkar. Selain menambah ketinggian Ka’bah 10 hasta, ia juga membuat dua pintu; satu untuk masuk dan satu lagi untuk keluar. Ibnu Zubair berani membuat tambahan-tambahan seperti itu karena mengetahui sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam melalui hadits Aisyah ra.
Sumber : Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi