- Para perawi sirah Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sepakat bahwa ketika Muhammad mulai tinggal di tempat itu, tanah yang didiami Halimah kembali subur, padahal sebelumnya kering kerontang. Unta tua yang sebelumnya tak dapat meneteskan susu tiba-tiba kembali kuat dan menghasilkan susu yang banyak. Semua itu membuktikan kedudukan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang tinggi di sisi Allah Swt., kendati saat itu ia masih terbilang amat belia. Salah satu bukti paling menonjol betapa Allah sangat memuliakan hamba-Nya yang satu ini adalah dengan keberadaannya, Allah merahmati tempat tinggal Halimah, ibu yang menyusui baginda Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Tidak perlu heran karena syariat Islam mengajarkan kita untuk memohon hujan di musim kemarau panjang dengan wasilah berkah orang-orang saleh dan para ahlul bait Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, sembari berharap Allah Swt. berkenan mengabulkan doa kita,” terutama untuk daerah yang mendapat kehormatan menjadi tempat tinggal Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sewaktu kecil. Tentulah amat pantas jika disebabkan tinggalnya Muhammad di tempat itu, kediaman Halimah dan sekitarnya dapat kembali subur sebab kehadiran Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam jauh lebih agung daripada sekadar aliran mata air atau air hujan yang turun membasahi bumi. Karena ketentuan di tangan Allah dan Dialah yang menciptakan sebab segala sesuatu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tentu pantas menjadi salah satu pintu berkah Ilahi yang Dia limpahkan kepada alam semesta. Allah Swt. berfirman, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam,” (QS Al-Anbiya,’ [21]: 107).
- Peristiwa pembelahan dada yang dialami Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sewaktu berada di bawah asuhan Bani Sa’d juga menjadi salah satu bentuk irhash16, sekaligus bukti bahwa Allah memang telah memilih Muhammad untuk memikul tugas mulia. Peristiwa ini diriwayatkan melalui beberapa jalur periwayatan yang sahih dengan mengambil sumber dari sekian banyak sahabat. Di antara mereka adalah Anas ibn Malik ra. ia yang ucapannya diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Al-Shahih sebagai berikut.
Suatu hari, ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bermain-main bersama beberapa orang anak, beliau didatangi malaikat Jibril. Tiba-tiba Jibril merengkuh Rasulullah dan membaringkan tubuhnya. Setelah itu, Jibril membelah dada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan mengeluarkan hatinya. Jibril lalu mengeluarkan segumpal darah dari dalam hati Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam seraya berkata, “Ini adalah tempat setan pada di-rimu.” Selanjutnya, jibril mencuci hati Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan air zamzam di dalam sebuah bejana yang terbuat dari emas, kemudian mengembalikan hati itu ke tempat semula. Pada saat itu, anak-anak lain (yang bermain bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) pergi menemui ibu mereka seraya berseru, “Muhammad dibunuh!” Kemudian, mereka pun mendatangi Muhammad yang ternyata masih hidup dengan wajah pucat pasi,” (HR. Muslim).
Tentu saja, hikmah di balik peristiwa agung ini—wallahu a’lam—bukan disingkirkannya potensi jahat di dalam tubuh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Hal itu disebabkan, jika kejahatan bersumber dari sepotong daging atau segumpal darah di dalam tubuh manusia, berarti para penjahat dapat diubah menjadi orang baik hanya dengan melakukan operasi tubuh mereka. Akan tetapi, hikmah yang terkandung di dalam peristiwa itu adalah sebentuk deklarasi tentang kerasulan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang dimulai dari menyiapkannya dengan menjaga dari dosa semenjak kecil melalui simbol-simbol material agar manusia dapat lebih mudah beriman dan memercayai risalah yang diembannya. Jadi, sebenarnya peristiwa pembelahan dada itu lebih merupakan bentuk penyucian spiritual yang muncul dalam bentuk simbol kejadian material yang kasat mata agar manusia dapat menangkap isyarat Ilahi atas penyucian calon nabi-Nya.
Apa pun hikmah di balik kejadian itu, kita tidak boleh menginterpretasikannya secara berlebihan-karena hadits tentang peristiwa ini terbilang sahih. Jika itu terjadi, dikhawatirkan menyimpang dari aspek ekstrinsik kejadian yang sebenarnya. Jadilah takwil sesat yang “jauh panggang daripada api”. Siapa pun yang berusaha melakukan hal seperti ini cukup pantas untuk disebut sebagai pribadi yang keimanannya terhadap Allah Swt teramat lemah.
Perlu diketahui, satu-satunya alat yang patut kita gunakan untuk menerima berita mengenai peristiwa ini tak lain adalah hadits sahih. Jika riwayat tersebut terbukti kuat dan sahih, kita tak punya pilihan selain menerimanya sepenuh hati. Adapun alat yang patut kita gunakan untuk memahami riwayat tersebut, tak lain adalah bahasa Arab dan kaidah gramatikalnya. Pembaca yang budiman, ingatlah bahwa pangkal dari semua ucapan atau berita adalah hakikat dan faktanya. Kalau saja semua pakar atau pembaca diperbolehkan untuk memutarbalikkan semua ucapan atau berita dari hakikat dan fakta, juga mengubahnya menjadi metaforametafora takwil, bahasa akan kehilangan fungsi. Manusia akan kesulitan memahami setiap ucapan atau berita.
Apa gerangan motif dibalik semua takwil sesat dan upaya pengingkaran terhadap hakikat yang dilakukan orang-orang dungu itu?
jawabannya, itu semua lahir dari keimanan yang dangkal terhadap Allah Swt. Takwil sesat seperti itu menunjukkan keyakinan yang lemah terhadap kenabian dan risalah yang diemban Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Kalau bukan disebabkan lemahnya iman, semua orang tentu dapat dengan mudah menerima informasi yang diriwayatkan secara sahih, baik sudah mengetahui hikmah di balik peristiwa yang diriwayatkan maupun tidak.
Sumber Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi