Tidak diragukan lagi, hal-hal yang baru kami jelaskan ini sebenarnya sudah teramat jelas, bahkan langsung dapat &ketahui oleh siapa pun yang mempelajari sejarah.. Hal ini pasti langsung dapat diterima oleh siapa pun yang mempelajari salah satu aspek ajaran Islam. Namun, di masa sekarang ini, kita sering kali menghabiskan waktu dengan sia-sia hanya untuk menjelaskan sesuatu yang sudah jelas, menerangkan hal-hal yang sebenarnya sudah sangat terang. Kenyataannya, masih banyak ditemukan orang yang menundukkan keyakinan mereka di bawah hawa nafsu dan tendensi rendah belaka.
Orang-orang dungu seperti itu sekarang memang benar-benar ada di muka bumi. Mereka adalah orang-orang yang akal sehatnya dibelenggu oleh penghambaan terhadap otak dan rasionalitas
Lihatlah, betapa jauh perbedaan antara ketika Anda menjadikan keinginan di belakang akidah dengan ketika akidah berada di belakang keinginan Anda. Jurang perbedaan di antara keduanya menganga lebar, selebar jurang perbedaan yang memisahkan antara kemuliaan dengan kemerosotan moral.
Meskipun penjelasan kami sudah sangat jelas, ada saja orang yang mengatakan bahwa di masa jahiliah, sesaat sebelum kemunculan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam, telah ada kesadaran untuk bergerak ke arah kebenaran. Kesadaran ini lalu membentuk alam pikiran bangsa Arab untuk melakukan pemberontakan terhadap kemusyrikan dan penyembahan berhala beserta segala bentuk khurafat jahiliah yang mengelilinginya. Kesadaran inilah yang kemudian mewujud dengan di utusnya Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam yang membawa gerakan dakwah baru.
Klaim seperti ini seakan akan ingin menandaskan bahwa sepeninggal Nabi Ibratim as., sejarah jahiliah mendekati cahaya tauhid dan petunjuk Allah Swt Dengan kata lain setelah bangsa Arab menjauh dari ajaran Nabi Ibrahim as.yang hanif, perlahan-lahan mereka kembali bergerak mendekati prinsip dan ajaran tauhid. Gerakan itu pun mencapai puncaknya ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam diangkat menjadi nabi.
Seperti itukah yang di tunjukkan sejarah? Ataukah sejarah Justru menunjukkan detail fakta yang sama sekali berbeda?
Setiap pakar dan peneliti yang benar-benar independen pasti mengetahui bahwa masa-masa diutusnya Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam oleh Allah Swt. adalah masa paling kelam dibandingkan masa-masa jahiliah sebelumnya Sementara itu, sisa-sisa ajaran hanif yang masih ada di tengah bangsa Arab atau kebencian sebagian kecil bangsa Arab terhadap penyembahan berhala pada saat itu bagaikan cahaya redup yang hampir padam sebab hanya dilakukan oleh segelintir orang yang banyaknya dapat dihitung dengan jari tangan. Kalau memang yang terjadi pada masa itu seperti yang digambarkan orang-orang dungu tersebut di atas semestinya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam muncul pada beberapa generasi sebelum beliau diutus kepada umat manusia.
Ada pula yang memandang Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam sebagai tokoh yang gagal menumpas sebagian besar dari tradisi yang telah dikenal luas oleh bangsa Arab, baik berupa kebiasaan, taklid, ritual, maupun keyakinan supranatural Menurut mereka, menghadapi semua ajaran jahiliah itu, Muhammad kemudian memakai “baju Islam” dan mengklaimnya sebagai ajaran Tuhan.
Dengan kata lain, orang- orang pandir ini seolah-olah mengatakan bahwa Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. sebenarnya muncul untuk mengadopsi berbagai keyakinan spiritual yang telah lama dianut bangsa Arab untuk kemudian dikukuhkan sebagai perintah Tuhan Yang Mahakuasa atas segala sesuatu dan Maha Melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya. Menurut mereka, setelah Islam datang, bangsa Arab tetap melestarikan kepercayaan terhadap sihir, jin, dan berbagai keyakinan sesat lainnya, termasuk kebiasaan kuno mereka dalam melakukan tawaf di Ka’bah dengan cara-cara jahiliah dan ritual-ritual sesat yang lain.
Kesimpulan mereka yang keliru itu sebenarnya bersumber dari dua hipotesis yang tidak pernah diakui salah. Hipotesis pertama menegaskan bahwa Muhammad bukanlah nabi. Hipotesis kedua mengatakan bahwa sisa-sisa ajaran Nabi Ibrahim as. yang ada di dalam tubuh bangsa Arab sebenarnya tidak lain adalah hasil rekayasa mereka yang dibuat-buat. Mereka menganggap penghormatan terhadap Ka’bah bukanlah sisa ajaran Nabi Ibrahim as. atas dasar perintah Allah Swt., melainkan tradisi masyarakat Arab yang muncul begitu saja.
Demi mempertahankan kedua hipotesis sesat yang sama sekali jauh dan kebenaran itulah, orang-orang dungu itu mendukung pandangan tersebut sambil memejamkan mata. Sekian banyak bukti historis dan peristiwa sejarah yang jelas-jelas faktual tidak pernah mereka lirik untuk menyingkap kekeliruan kedua hipotesis itu.
Padahal, sebagaimana telah umum diketahui, upaya mencari kebenaran tidak akan pernah mengantarkan para pelakunya kepada kebenaran, selama mereka tidak pernah mau menggerakkan kaki sendiri untuk melangkah. Jadi penelitian palsu yang mereka lakukan akhirnya tidak membuahkan apa pun selain lelucon yang benar benar membuat kita tertawa.
Oleh karena itu, dalam upaya mencapai kebenaran, apa pun bentuknya, kita tidak memiliki pilihan selain menggali dengan sebaik-baiknya setiap petunjuk logis atau peristiwa sejarah yang ingin kita teliti. Selama kita masih menginginkan kebenaran yang hakiki, selama kita tidak rela membohongi diri sendiri dan orang lain, penelitian yang kita lakukan harus benar-benar jujur dan bebas dari segala bentuk kontaminasi paham tertentu, apa pun hubungannya dengan realitas yang ada. Kita juga tidak boleh mendirikan penelitian di atas dasar fanatisme terhadap paham tertentu.
Sedikit pun kita tidak boleh menutup pikiran dari bukti-bukti kerasulan Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. yang begitu banyak, seperti turunnya wahyu, kemukjizatan Al-Qur’an, kesesuaian dakwah beliau dengan dakwah semua nabi dan rasul yang datang sebelumnya, sifat-sifatnya, dan budi pekertinya yang luhur. Kita tidak boleh menutup pikiran dari semua itu hanya untuk membenarkan hipotesis yang kita karang-karang sendiri, yaitu bahwa Muhammad bukanlah nabi.
Sumber Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi