Agama yang benar hanyalah satu adanya. Semua nabi dan rasul diutus Allah untuk sama-sama menyeru kepada agama yang benar itu, yaitu mengajak umat manusia untuk berpegang padanya, sejak zaman Nabi Adam as. sampai Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa sallam. Agama yang dimaksud adalah Islam.
Untuk membawa agama itu, Allah Swt. telah mengutus Ibrahim, Ismail, dan Ya’qub. Allah Swt. berfirman, ‘Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri. Sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang soleh. Ketika Tuhannya berfirman kepadanya, ‘Tunduk patuhlah!’ Ibrahim menjawab, ‘Aku tunduk patuh kepada Tuhan Semesta Alam.’ Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak anaknya, demikian pula Ya’qub. (Ibrahim berkata,) ‘Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka, janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam’,” (QS Al- Baqarah [2]: 130-133).
Selain itu, Allah Swt juga mengutus Nabi Musa as_ kepada Bani Israil untuk menyampaikan agama itu Allah Swt berfirman berkenaan dengan para ahli sihir Fir’aun, “Ahli-ahli sihir itu menjawab, `Sesungguhnya kepada Tuhanlah kami kembali. Dan kamu tidak menyalahkan kami, melainkan karena kami telah beriman
kepada ayat-ayat Tuhan kami ketika ayat-ayat itu datang kepada kami.(’mereka berdoa,’) ‘Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu),'” (OS Al-A’raf [7]: 126-127). Untuk membawanya pula, Allah Swt. mengutus Nabi Isa as. Allah Swt berfirman,
“Maka, tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani israil)berkatalah dia,’Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?’ Para hawariyyun (sahabat-sahabat setia) menjawab, ‘Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. kami beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri,'” (QS Ali lmran [3]: 52).
Jika ada yang bertanya, mengapa orang-orang yang mengklaim sebagai pengikut setia Nabi Musa as. sekarang berpegang pada akidah yang bukan tauhid, seperti dibawa para nabi dan rasul? Mengapa orang-orang yang mengklaim sebagai pengikut Nabi Isa as. sekarang berpegang pada akidah yang juga lain?
Menjawab pertanyaan tersebut, Allah Swt berfirman di dalam Al Qur’an, “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang orang yang telah diberi Al- Kitab, kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.,” (QS Ali Imran [3]: 19).
Dalam surat Al-Syura, Allah Swt, juga berfirman, “Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa, yaitu tegakanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik, agama yang kamu seru kepada mereka. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya) Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah melainkan sesudah datangnya pengetahuan kepada mereka karena kedengkian antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Tourat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang mengguncangkan tentang kitab itu,” (QS Al-Syura [42]. 13-14).
Jadi, semua nabi dan rasul diutus untuk membawa Islam, satu-satunya agama yang diridhai Allah Swt. Kalangan ahli kitab sebenarnya mengetahui ketunggalan agama ini, sebagaimana mereka juga mengetahui bahwa semua nabi dan rasul diutus untuk saling membenarkan agama yang mereka bawa. Tak ada perselisihan mencolok dalam masalah akidah. Perselisihan itu muncul karena mereka bersilang pendapat soal hal-hal yang justru tidak pernah dikatakan nabi mereka disebabkan “karena mereka dengki antara mereka sendiri”. Begitulah sebagaimana ditegaskan oleh Allah Swt.
Sumber Fiqih Sirah Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi