Apa pun yang terjadi, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam selalu berusaha memperkenalkan diri kepada suku-suku Arab di luar Mekah yang berdatangan ke kota suci ini setiap kali musim haji tiba. Kepada mereka Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam membacakan beberapa ayat Al-Qur’an, lalu mengajak mereka menauhidkan Allah Swt., kendati tak seorang pun mengikuti seruannya.
Dalam Ath-Thabaqot, lbnu Sa’d berkata, ”Setiap musim haji, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bertemu dengan para jamaah di rumah-rumah mereka, di Ukkazh, Mijannah, dan Dzil Majaz. Beliau meminta mereka memberi dukungan dan perlindungan agar bisa menyampaikan risalah dan ganjaran surga bagi mereka yang bersedia menjawab seruannya. Akan tetapi sayang, tak seorang pun bersedia membantu Rasululah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Kala itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berseru, “Wahai sekalian manusia, berimanlah dan katakanlah sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah. Dengan kalimat ini, kalian semua akan beruntung, dapat menguasai bangsa Arab, serta menundukkan bangsa-bangsa selain Arab. Seandainya kalian semua beriman, kelak kalian akan menjadi raja-raja di dalam surga.” Mendengar sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tersebut, Abu Lahab langsung menimpali ‘Janganlah kalian mematuhinya. Sesungguhnya ia seorang pendusta yang durjana’. Alhasil, seruan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ditanggapi dengan buruk dan menyakitkan.”53
Ibnu lshaq meriwayatkan dari Az-Zuhri bahwa is berkata, “Suatu ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mendatangi Bani Amir ibn Sha’sha’ah untuk menyeru mereka ke jalan Allah Swt. Usai Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memperkenalkan diri, tiba-tiba seseorang di antara mereka yang bernama Baiharah ibn Faras berkata, ‘Demi Allah, jika aku mengikuti pemuda Quraisy ini, pastilah aku dapat menguasai bangsa Arab.’ Lelaki itu lalu berkata, ‘Bagaimana menurutmu, jika sekarang kami berbaiat padamu, lalu Allah memilihkan seorang pengganti bagimu. Apakah kami akan dapat memegang urusan (sebagai penggantimu) setelah engkau tlada?’ Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjawab, ‘Urusan ini kuserahkan kepada Allah Swt. Dan Dia yang akan meletakkan (amanat kepemimpinan) kepada siapa pun yang Dia kehendaki.’ Lelaki itu berkata kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, ‘Apakah kami akan menyerahkan korban kepada yang selain engkau, karena jika Allah menjadikan pengganti untukmu ternyata urusan (kepemimpinan) akan diserahkan kepada mereka yang selain kami? (Jika begitu) maka kami tidak butuh terhadap urusan yang kausampaikan itu.54
———–
53‘Ibnu Sa’d, Ath-Thobaqat al-Kubra: 1/200-201
54 Sirah Ibnu Hisyam, 1/425.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi