Dalam Syarah Shahih Al-Bukhari, Imam Ibnu Hajar menyatakan, “Sesungguhnya lsra’ dan Mi’raj pasti terjadi dalam satu malam, dalam kondisi (Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) terjaga, dan dilakukan dengan tubuh dan ruh sekaligus. Demikianlah pendapat jumhur ulama hadits, para ahli fikih, dan para ahli teologi (mutakallim). Begitu banyak hadits sahih yang menjelaskan peristiwa ini. Oleh karena itu, kebenarannya tidak boleh disangkal, apalagi dapat diterima akal. Maka dari itu, tidak perlu ditakwilkan lagi.”52
Di antara dalil yang menjelaskan bahwa Isra’ Mi’raj dijalani Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan jasad dan ruh adalah hadits yang menceritakan sikap kaum musyrik Quraisy yang begitu cepat mengingkari pengakuan beliau tentang peristiwa ini. Kalau saja beliau menyatakan bahwa Isra’ Mi’raj beliau jalani dalam mimpi, tentulah kalangan kafir Quraisy tidak langsung mengingkarinya sebab alam mimpi tak bertepi. Apalagi, orang muslim maupun kafir bisa saja mengalami mimpi luar biasa seperti itu. Selain itu, andai kata Isra’ Mi’raj diakui Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sebagai mimpi (perjalanan dengan ruh), tentu orang-orang Quraisy tidak akan mencecar beliau dengan pertanyaan mengenai jumlah pintu dan pilar Baitul Muqaddas.
Jadi, bagaimana sebenarnya mukjizat besar ini terjadi? Bagaimana akal dapat melukiskannya? Jawabannya, ia bisa terjadi seperti semua mukjizat lainnya di alam semesta dan di tengah kehidupan kita.
Sebagaimana kami katakan, karena seluruh fenomena dan penampakan alam semesta ini sebenarnya adalah mukjizat, sebagaimana halnya akal dapat dengan mudah melukiskannya, semudah itulah semua “keajaiban” itu dapat benar-benar terjadi.
Keenam, jangan sekali-kali menjadikan Mi’raj Ibn Abbas sebagai bahan rujukan dalam membahas Isra’ Mi’raj. Kitab ini merupakan kumpulan hadits palsu yang tidak memiliki dasar dan sumber periwayatan. Lebih busuk lagi, penulis buku ini menyematkan semua kebohongan dengan mendompleng nama besar Ibnu Abbas ra. Padahal, semua ulama, bahkan semua orang, mengetahui bahwa Ibnu Abbas ra. sama sekali tidak memiliki hubungan dengan kitab dusta ini karena Ibnu Abbas ra. tidak pernah menulis kitab apa pun berkenaan dengan Isra’ Mi’raj Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Apalagi, geliat kepenulisan baru muncul pada akhir masa Dinasti Umawiyah.
Menemukan banyak kebohongan yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, apalagi dinilai dapat menggoyahkan iman pemeluk Islam, para penyeru keburukan beramai-ramai mempopulerkan kitab ini. Di antara mereka yang banyak memuji kitab dusta ini adalah Dr. Louis Iwadh. Mereka sebenarnya tahu pasti bahwa kitab ini hanya berisi kebohongan yang dinisbatkan kepada Ibnu Abbas ra. Akan tetapi, dusta dapat dengan mudah mereka putar balik menjadi kebenaran asalkan dapat merusak kaum muslimin dan agama Islam.
52Fath al-Bari ‘ala Shahih al-Bukhari, 7/136-137.
————-
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi