Sekarang, mari kita renungkan buah yang berhasil dipetik Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam setelah 11 tahun berdakwah.
Pertama, buah yang lama ditunggu-tunggu itu ternyata muncul dari luar puak Quraisy. Dalam arti kata, bukan dari suku asal Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam meskipun beliau tinggal bersama mereka sekian lama. Mengapa begitu?
Jawabannya, sebagaimana telah kami katakan di awal, Allah Swt. Yang Mahabijaksana telah menggariskan dakwah Islam harus berjalan di jalur yang tidak memberi peluang sedikit pun bagi munculnya keraguan, terutama bagi orang-orang yang ingin meneliti segala sifat dan sumbernya. Tujuannya agar manusia mudah mengimani, sekaligus agar ajarannya tidak bercampur-aduk dengan ajaran agama lain. Itulah mengapa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam buta huruf, alias tidak mampu baca-tulis. Beliau juga diutus kepada bangsa yang buta huruf karena belum memiliki peradaban yang tinggi. Meskipun begitu, akhlak beliau yang mulia, sifat amanah, dan keteguhan hatinya Allah jadikan teladan bagi umat manusia.
ltulah mengapa orang-orang yang menolong gerakan dakwah Rasulullah justru berasal dari luar kaumnya. Dengan begitu, orang tidak dapat menuduh bahwa dakwah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam merupakan gerakan nasionalisme yang muncul dari bangsa atau suku Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam sendiri.
Secara faktual, semua itu menjadi bukti paling jelas bagi siapa pun yang mempelajari sirah Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tentang keberadaan “tangan Tuhan” yang selalu menyertai beliau dalam segala aspek kehidupannya. Tujuannya agar tidak ada peluang bagi para penjahat ghazw alfikr untuk memberi citra buruk atas misi dan kepribadian Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Inilah yang dibicarakan pakar dari Barat sebagaimana dikutip dalam buku Hadhir Al-‘Alam Al-Islami yang berkaitan dengan “ideologi” yang ia anut.
“Sebenarnya, kalangan orientalis yang berusaha mengkritik sirah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan menggunakan pendekatan ala Eropa seperti ini telah menghabiskan waktu selama tiga perempat abad untuk melakukan berbagai penelitian yang ditujukan untuk menghancurkan sirah Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam yang sudah disepakati oleh jumhur ulama Islam. Setelah semua penelitian panjang yang mereka lakukan itu, mereka berharap dapat menghancurkan semua pendapat yang otoritatif dan berbagai riwayat yang masyhur berkenaan dengan sirah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Apakah mereka berhasil mencapai sesuatu yang diinginkan? Jawabannya, usaha yang mereka lakukan itu ternyata nyaris tidak mengubah apa pun. Bahkan, jika diteliti lebih jauh lagi, semua “pemikiran” baru yang dicetuskan oleh para orientalis Prancis, Inggris, Jerman, Belgia, dan Belanda tidak lebih dari sekadar serangan membabi-buta. Anda akan mengetahui bahwa ternyata pendapat yang dibela mati-matian oleh seorang orientails tertentu justru dipatahkan oleh orientalis lainnya.”58
58Hadhir Al-‘Alam Al-Islami, 1/33.
Berkenaan dengan perkara ini, sekaligus peringatan untuk tidak memahami Islam sebagai rangkaian kata-kata dan peribadatan belaka, Allah Swt. berfirman,
‘Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya,” (QS An-Nisa’ [4]: 60).
Keempat, tidaklah diragukan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah orang yang menerima tanggung jawab untuk berdakwah ke jalan Allah Swt. Beliau diutus oleh-Nya kepada seluruh umat manusia. Oleh karena itu, beliau wajib menyampaikan seruan Tuhannya.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi