Tidakkah Anda melihat perubahan kondisi yang dihadapi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dari tahun ke tahun selama mengemban misi kenabian?
Kesabaran telah meranum, kesungguhan telah menunjukkan hasil, dan batang tanaman dakwah telah menguat, menjadi besar, dan tegak kukuh di atas akarnya yang menghunjam di perut bumi. Tidak lama kemudian, buah-buahan yang ranum siap dipetik.
Sebelum membahas lebih jauh tentang buah dakwah yang mulai masak, marl terlebih dahulu kita melihat tabiat kesabaran Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dalam menghadapi berbagai macam kesulitan.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak membatasi ruang dakwah hanya untuk kaum Quraisy yang selalu menanggapi seruan beliau dengan berbagai macam kekejian. Beliau juga menyebarkan dakwah kepada suku-suku yang datang ke Mekah dari segala penjuru untuk melaksanakan ibadah haji. Kepada suku-suku itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengenalkan din, kemudian mengajak mereka untuk menganut Islam dengan Tauhid sebagai soko gurunya. Tanpa jemu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam terus berdakwah dengan cara seperti itu walaupun tak kunjung muncul seseorang yang bersedia memenuhi seruannya.
Imam Ahmad, para penulis kitab-kitab Sunan, dan Imam Hakim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam selalu memperkenalkan diri beliau kepada orang banyak di saat musim haji tiba. Biasanya, beliau bersabda, “Adakah seseorang yang bersedia membawaku kepada kaumnya, karena sesungguhnya orang-orang Quraisy telah melarangku menyampaikan firman Tuhanku?”57
Sebelas tahun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menjalani kehidupan yang nyaris tanpa istirahat dan ketenangan karena kaum Quraisy siang dan malam tiada henti berusaha membunuh beliau, sambil terus menimpakan berbagai gangguan dan kekejaman kepadanya. Padahal, mereka mengetahui, apa pun yang mereka lakukan tidak sedikit pun menyurutkan semangat Nabi dalam berdakwah.
Selama 11 tahun pula Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengalami keterasingan yang mencekam di tengah kaumnya sendiri, juga suku-suku yang tinggal di sekitar Mekah. Namun, tak sedetik pun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam merasa putus asa, takut, atau merasa terputus dari rahmat Allah Swt.
Selama 11 tahun Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tiada henti bersabar dan berjihad di jalan Allah Swt. Itulah harga yang harus dibayar dan jalan yang harus dilalui untuk mencapai kejayaan Islam yang menyebar ke seluruh penjuru barat dan timur. Di hadapan keperkasaan Islam, Imperium Romawi, Persia, dan berbagai peradaban lainnya bertekuk lutut.
Sebenarnya, tanpa jihad, kesabaran, kelelahan, dan ketabahan menghadapi perilaku buruk amatlah mudah bagi Allah Swt. untuk menegakkan masyarakat Islam di muka bumi. Akan tetapi, sunnatullah-lah yang menginginkan semua jalan berliku itu dilalui hamba-hamba-Nya karena Allah Swt. ingin membuktikan kemurnian penghambaan makhluk-Nya.
Penghambaan kepada Allah Swt. memang hanya dapat diaktualisasikan lewat kerja keras sebagaimana seorang yang jujur tidak dapat dibedakan dari yang munafik tanpa diuji. Selain itu, tidaklah adil jika seseorang mendapatkan hasil menyenangkan, tanpa terlebih dahulu bersusah-payah mengarungi penderitaan.
Oleh sebab itu, Allah Swt. membebani manusia dengan dua tugas, yaitu:
- Menegakkan syariat dan masyarakat Islam;
- Menempuh jalan menuju ke dua hal tersebut dengan penuh kesulitan dan ujian.
57Fath Al-Bari, 156/7.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi