Janganlah engkau berputus asa dari rahmat Allah SWT dan merasa aman terhadap murka Allah SWT karena keduanya termasuk dosa besar.
Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:
قال ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون (56
Artinya: “Nabi Allah Ibrahim berkata: ‘Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat.’ (Qs. al-Hijr ayat: 56).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah SWT berfirman:
فلا يأمن مكرالله إلا القوم الخاسرون (99
Artinya: “Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi,” (Qs. al-A’raaf ayat: 99).
Arti putus asa adalah ketakutan murni yang menguasai hati hingga tidak menyisakan pengharapan sedikitpun. Sedangkan rasa aman adalah pengharapan murni yang menguasai hati hingga tidak menyisakan rasa takut sedikitpun.
Jadi, orang yang berputus asa dan yang merasa aman keduanya tidak mengerti tentang Allah SWT dan sudah pasti keduanya akan terjerumus dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan kemaksiatan. Karena seorang yang putus asa ia akan meninggalkan ketaatan sebab ia melihat bahwa ketaatan tidak bermanfaat baginya.
Sedangkan orang yang merasa aman ia akan terus melakukan kemaksiatan dengan anggapan bahwa kemaksiatan tidak berbahaya baginya. Oleh karenanya, kami berlindung kepada Allah SWT dari ketentuan yang buruk dan celaka.
Janganlah engkau terlalu berangan-angan akan pengampunan yang memutuskan ketaatan. Ketahuilah bahwa angan-angan inilah yang engkau dengar dari ucapan segolongan orang-orang yang tertipu: ‘Sesungguhnya Allah SWT mengampuni dosa-dosa seluruhnya, Allah SWT tidak membutuhkan kita maupun amal perbuatan kita sedangkan gudang-gudang-Nya penuh dengan kebaikan dan rahmat-Nya lebih luas dari segala sesuatu.”
Sedangkan mereka terus melakukan kemaksiatan dan meninggalkan amal shaleh, seakan-akan perbuatan mereka menyatakan bahwa ketaatan tidak bermanfaat dan kemaksiatan tidak membahayakan. Dan hal ini merupakan fitnah yang besar.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره (7) ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره (8
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat biji atom pun, niscaya ia akan melihat balasannya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nyapula.“(Qs. al-Zalzalah ayat: 7 – 8).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah SWT berfirman:
ولله ما في السماوات وما في الأرض ليجزي الذين أسائوا بما عملوا ويجزي الذين أحسنوا بالحسن (31
Artinya: “Dan hanya milik Allah lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi halasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” (Qs. an-Najm ayat: 31).
Mengenai hal ini, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
الكيس من دان نفسه وعمل لما بعد الموت والعاجز من أـبع نفسه هواها وتمنى على الله الأماني
Artinya: ‘Orang yang pandai adalah orang yang membersihkan dirinya dan berbuat untuk bekal setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah, orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya dan berangan-angan panjang.”
Andaikan engkau berkata kepada salah seorang dari mereka yang tertipu itu: “Sudah tidak usah bekerja dan berdagang karena Allah pasti akan memberimu rezeki.” Pasti ia akan menjawab: ‘Kami tidak pernah melihat sesuatu datang tiba-tiba tetapi harus dicari dan diusahakan dengan susah payah. padahal Allah SWT telah menanggung urusan dunianya dan tidak menanggung urusan akhiratnya hal ini tak lain keterhalikan yang bukan pada tempatnya.
Dalam hal ini, Al-Imam Hasan al-Bashri ra berkata: ‘Sesungguhnya angan-angan akan pengampunan telah mempermainkan beberapa golongan hingga mereka keluar dan dunia ini dalam keadaan bangkrut.”‘
Dalam kesempatan lain, beliau ra juga berkata: ‘Sesungguhnya seorang mukmin sejati mengumpulkan kebaikan dan rasa takut dan sesungguhnya orang munafik mengumpulkan perbuatan jelek dan rasa aman, maka seorang mukmin setiap pagi dan sore akan merasa takut.
Ia beramal dan berkata: ‘Semoga saja aku selamat.’ Sedangkan orang munafik tidak beramal dan ia berkata: ‘Jumlah manusia sangat banyak dan pasti aku akan terampuni.’
Para nabi dan para wali Allah SWT dengan kema’rifatan mereka kepada Allah SWT yang sangat sempurna, prasangka yang baik kepada-Nya, amal perbuatan mereka yang baik, dosa mereka yang sedikit atau bahkan tidak ada dosa, mereka masih selalu takut dan rasa khawatir.
Sebagaimana firman Allah SWT:
أولائك الذين هدى الله فبهداهم اقتده
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.’ (Qs. al-An’aam ayat: 90).
Sumber : Nasihat Untukmu Wahai Saudaraku Karya al-Allamah al-Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad