Hendaknya engkau berpegang teguh kepada al-Qur’an dan as-Sunnah. Karena keduanya adalah ajaran agama Allah SWT yang lurus dan sesungguhnya. Barangsiapa yang memegang teguh keduanya, maka ia akan selamat, beruntung, terbimbing, dan terlindungi.
Namun sebaliknya, barangsiapa yang berpaling dari keduanya, maka ia akan tersesat, menyesal, celaka, dan tersiksa selamanya. Oleh karena itu, jadikanlah keduanya sebagai pengaturmu dan kembalilah kepada keduanya pada setiap urusanmu sebagai tanda mengikuti wasiat Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dalam hal ini, Allah SWT berfirman:
ياايها الذين آمنوا اطيعواالله واطيعوا الرسول واولى الامر منكم فإن تنزعتم فى شيئ فردوه الى الله والرسول ان كنتم تؤمنون بالله واليوم الآخر ذلك خير واحسن تأويلا (59)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, serta taatilah ulil amri diantara kalian. Kemudian jika engkau berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika engkau benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Qs. an-Nisaa ayat: 59).
Arti firman-Nya kembalikan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, yaitu kembali kepada
al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam hal ini, Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda :
أصيكم بما إن اعتصمتم به لن تضلوا أبدا كتاب الله و سنتي
Artinya: “Aku berpesan kepada kalian yang mana jika kalian berpegang teguh kepadanya, maka kalian tidak akan tersesat selamanya. Keduanya adalah kitabullah dan sunnahku.“
Jika engkau ingin berada di jalan yang lurus, yang putih, yang tidak berbelok tanpa ada halangan, maka sesuaikanlah seluruh niatmu, kepribadianmu, perbuatanmu dan ucapanmu pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Ambillah yang sesuai dengan keduanya dan tinggalkanlah yang bertentangan dengan keduanya.
Berusahalah untuk teliti, ikutilah yang terbaik dan janganlah mengada-ada dalam urusan agama. Janganlah mengikuti jalan selain jalan orang-orang beriman atau engkau akan merugi dunia serta akhirat, dan itulah kerugian yang nyata. Hindarilah hal-hal yang baru dan juga perbedaan pendapat yang membingungkan.
Dalam hal ini. Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
كل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة
Artinya: “Setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap yang bid’ah adalah kesesatan.”
Dalam hadits yang lainnya, Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
من احدث فى امرنا هذا ماليس منه فهو رد
Artinya: “Barangsiapa yang menimbulkan perkara baru dalam perkara kami (agama) ini yang bertentangan dengannya, maka hal itu tertolak.”
Oleh karenanya, para ulama mengelompokkan bid’ah dan membaginya menjadi tiga macam:
- Bid’ah Hasanah, yaitu perkara yang dipandang oleh para ulama sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunnah dari segi kemaslahatan dan manfaat yang lebih baik bagi umat. Diantaranya adalah seperti mengumpulkan al-Quran dalam sebuah mushaf di zaman Khalifah Abubakar ash-Shiddiq ra.
Mengadakan dewan hukum dan Shalat Tarawih di zaman Khalifah Umar bin Khattab ra, penataan mushaf dan adzan pertama di Hari Jum’at pada zaman Khalifah Usman bin ‘Affan ra, juga hukum memerangi para pemberontak di zaman Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. Semoga Allah SWT meridhai keempat khalifah itu.
- Bid’ah Madzmumah, adalah bid’ah yang tercela. Menurut segi zuhud, wara’ dan qana’ah saja hal itu seperti berlebihan dalam perkara mubah. Diantaranya seperti, pakaian, makanan dan tempat tinggal.
- Bid’ah Sayyi’ah, secara mutlak yaitu perkara yang bertentangan dengan nash Al-Qur’an dan as-Sunnah atau menerjang ijma’ umat Islam. Hal ini banyak terlihat pada ahlul bid’ah dalam masalah akidah tetapi sedikit sekali dalam masalah furu.’
Jadi siapapun yang tidak serius berpegang teguh pada al-qur’an dan as-Sunnah dan tidak bersungguh-sungguh mengikuti jejak Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, disamping itu ia mengaku bahwa ia berkedudukan tinggi disisi Allah SWT, maka janganlah engkau menoleh ataupun tertarik kepadanya.
Meskipun ia terbang di atas udara atau jalan diatas air atau menempuh jarak jauh dalam waktu yang singkat atau memiliki berbagai macam kelebihan yang luar biasa. Ketahuilah bahwa sesungguhnya hal itu banyak menimpa setan-setan manusia, para penyihir, dukun, peramal, dan orang-orang sesat lainnya.
Hal-hal semacam ini tidak akan merubah identitasnya dari istidraj dan tipuan menjadi sebuah karamah serta bantuan Allah SWT, kecuali jika disertai adanya istiqamah pada orang yang memilikinya. Orang yang tertipu ini dan yang semisalnya, mereka hanya bisa menyamarkan dan membuat keraguan bagi orang-orang bodoh yang menyembah Allah SWT dengan penuh keraguan.
Adapun bagi orang-orang yang berakal, mereka telah mengetahui bahwa perbedaan tingkat kedekatan seorang kepada Allah SWT tergantung perbedaan mereka dalam mengikuti Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Jadi semakin sempurna mengikuti jejak beliau Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, maka kedekatan kepada Allah SWT pun juga semakin sempurna dan ma’rifat kepada-Nya juga semakin besar.
Sumber : Nasihat Untukmu Wahai Saudaraku Karya al-Allamah al-Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad