Keesokan paginya, ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menuturkan peristiwa yang beliau alami di malam hari kepada khalayak, orang-orang musyrik pun segera menyebarluaskan berita itu kepada teman-teman mereka sambil mengolok-olok Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Karena Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengaku datang ke Baitul Maqdis, beberapa orang musyrik menantang beliau untuk menjelaskan semua yang ada di sana. Padahal, ketika mendatangi Baitul Maqdis di malam Isra’, tak pernah terlintas di benak Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam untuk memperhatikan dengan saksama segala detail bangunan Baitul Maqdis, apalagi atau menghafalkan jumlah pilarnya. Mendapat tantangan seperti itu, Allah Swt. menampakkan Baitul Maqdis di hadapan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Beliau pun dapat menjelaskan semua hal tentang Baitul Maqdis dengan sangat rinci, seperti yang diminta orang-orang kafir.
Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Ketika orang-orang Quraisy menganggap aku berdusta, aku pun berdiri di Hijr, kemudian Allah menampakkan Baitul Maqdis padaku. Maka, aku pun menceritakan kepada mereka semua tanda-tanda bangunan tersebut sembari aku melihat bangunan itu.”
Sementara itu, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. ternyata telah didatangi beberapa orang musyrik untuk menyampaikan hal yang baru dituturkan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam. Mereka berharap sahabat dekat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa selama ini akan menganggap itu bohong besar. Mereka juga berharap, ia tidak akan mempercayai beliau lagi. Ternyata, Abu Bakar ra. malah berkata, memang benar ia (Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam) mengatakan
seperti itu, aku percaya. Bahkan, jika ia mengatakan sesuatu yang lebih jauh (lebih ajaib) dari itu, aku pasti akan tetap mempercayainya.”
Pada pagi hari setelah malam Isra’ Mi’raj, Malaikat Jibril datang memberi tahu Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tentang tata cara shalat beserta waktu pelaksanaannya. Sebelum syariat shalat lima waktu ditetapkan, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam biasa melaksanakan shalat dua rakaat pada pagi hari dan dua rakaat pada sore hari, sebagaimana dilakukan Nabi Ibrahim as.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi