Pelajaran dan Bahan Renungan bagian 1…
Jika kita merenungkan hijrah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ke Thaif, termasuk penolakan dan serangan masyarakat di sana yang beliau hadapi sampai kembali ke Mekah, kita dapat memetik dua poin penting sebagai berikut.
Pertama, segala bentuk penderitaan yang dihadapi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, terlebih ketika berada di Thaif, merupakan bagian dari upaya beliau dalam berdakwah kepada umat manusia.
Selain mengajarkan akidah yang benar berkenaan dengan alam semesta dan Penciptanya, aturan ibadah, akhlak, dan norma pergaulan (muamalat), Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam juga menyampaikan kepada umat Islam tentang kewajiban bersabar. Beliau jelaskan kepada mereka, bagaimana menerapkan kesabaran dan ketahanan batin seperti diperintahkan Allah Swt. dalam firman-Nya, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu, kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung,” (QS Ali Imran [3]: 200).
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengajari kita tata cara beribadah melalui contoh dan teladan. Misalnya, terkait dengan shalat, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
Selain itu, berkenaan dengan haji, beliau bersabda, “Ambillah oleh kalian semua dariku manasik (haji) kalian.”
Atas dasar itu, kepedihan yang dialami Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam seolah-olah berkata dengan lisan al-hall kepada para dai sesudahnya, Bersabarlah kalian, sebagaimana kalian melihatku bersabar” Semua ini menjelaskan bahwa kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi berbagai bentuk kesulitan merupakan salah satu prinsip paling penting menurut agama Islam.
Melihat Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam hijrah ke Thaif, orang mungkin akan mengira bahwa beliau telah gagal di Kota Mekah. Mereka juga mungkin mengira bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam begitu ketakutan atau berpikir bahwa semua kesulitan yang dihadapi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam di Thaif telah membuatnya begitu resah. Oleh karena itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam kemudian menghadap Tuhannya dan memanjatkan doa setelah terlebih dahulu menenangkan diri di dalam kebun milik dua orang anak Rabi’ah.
Ternyata, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menerima semua penderitaan itu dengan lapang dada. sambil berharap ridha Allah Swt. Kalau saja Rasulullah tidak cukup sabar menghadapi serangan orang-orang Thaif itu, beliau pasti bisa melawan orang-orang dungu yang menyerangnya, juga para pembesar yang memerintahkan budak-budak mereka untuk menyakitinya. Namun, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam tidak melakukan itu.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi