Ketika Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam terus menerima tekanan dan pihak Quraisy, beliau mencoba pergi ke Thaif untuk meminta pertolongan kepada suku Tsaqif Selain itu, beliau berharap kabilah ini akan menerima seruan yang is terima dan Allah Swt
Setibanya di Thaif, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam segera menemui salah seorang tokoh suku Tsaqif yang menjadi pemimpin mereka. Tidak lama kemudian, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyampaikan seruan dakwahnya di hadapan orang orang Tsaqif. Ternyata, seruan itu ditolak keras oleh mereka. Bahkan, orang-orang suku Tsaqif mencaci-maki Rasulullah dengan sangat kasar. Belum pernah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengalami hal seperti itu
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pun segera mohon diri. Beliau memohon orang-orang Tsaqif tidak membocorkan berita kedatangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam kepada orang-orang Quraisy. Akan tetapi, lagi-lagi permohonan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ditolak mentah-mentah oleh penduduk Thaif.
Penduduk Thaif yang terdiri dari budak dan orang-orang dungu ramai mengumpat dan mencerca Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam Bahkan, ada beberapa orang yang melempari Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dengan batu sehingga kedua kaki beliau berdarah. Sementara itu, Zaid ibn Haritsah ra. yang berusaha melindungi tubuh Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dari lemparan batu harus mengalami luka sobek di bagian kepala.
Setelah berlari sekian lama, akhirnya Rasulullah berlindung di kebun milik Utbah ibn Rabi’ah. Beberapa orang Thaif yang mengejar Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam membalikkan badan karena kehilangan jejak Sementara itu, Rasulullah memasuki tanah milik Utbah dengan tubuh kelelahan dan terluka. Dua orang putra Rabi’ah melihat kedatangan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam ketika bersandar di pohon kurma. Setelah merasa cukup tenang, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam memanjatkan doa kepada Allah Swt:
“Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan lemahnya diriku, sedikitnya dayaku, dan penghinaan manusia terhadap diriku. Wahai Zat Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang, Engkau adalah Tuhan bagi orang-orang yang lemah. EngkaulahTuhanku. Lalu, kepada siapa lagi aku meminta pertolongan? Apakah kepada yang jauh yang akan membuatku murung? Ataukah kepada musuh yang telah ben kuasa pada mereka atas diriku? Jika memang Kau tidak murka pada diriku, maka aku tak peduli (apa-apa lagi). Akan tetapi, tentu karunia-Mu Iebih terasa lapang bagiku Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menghapus segala kegelapan dan akan membuat semua perkara dunia dan akhirat akan terselesaikan, daripada ditImpakan padaku murka- Mu. Bagimulah segala jalan keridhaan, dan tiada daya upaya serta kekuatan melainkan hanya pada-Mu”
Rupanya, kedua putra Rabi’ah, si pemilik kebun, yang memperhatikan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam merasa kasihan. Mereka lalu memanggil seorang budak Nasrani bernama Edas dan memintanya menyerahkan setandan kurma kepada Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam.
Sambil menyodorkan kurma itu ia berkata, makanlah “
Rasulullah pun menguturkan tangannya ke arah kurma sambil mengucap, (dengan nama Allah),” lalu menyantap kurma itu.
Mendengar Rasulullah mengucapkan basmalah, Edas terkejut la berkata, ‘Demi Allah, kalimat itu tidak pernah diucapkan penduduk negeri.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Dari manakah asalmu? Apa agamamu?”
Edas menjawab, “Agamaku Nasrani, aku berasal dari Ninawa “”
Rasulullah bersabda lagi, “(Ternyata kau) berasal dan negerinya seorang laki-laki saleh bernama Yunus ibn Matta “
“Apa yang kauketahui tentang Yunus ibn Matta?’ tanya Edas.
Rasulullah menjawab, “Dia adalah saudaraku. Dia adalah seorang nabi, sebagaimana aku juga seorang nabi.”
Mendengar ucapan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam,, tiba-tiba Edas menundukkan tubuhnya dan mencium kepala, kedua tangan, dan kedua kaki Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam”
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi