Di malam keberangkatan hijrah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, orang-orang musyrik mengepung kediaman beliau. Mereka menunggu waktu yang tepat untuk membunuhnya. Akan tetapi, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam berhasil keluar dengan selamat karena Allah Swt, membuat para pengepung itu mengantuk dan tertidur. Sebelum berangkat, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam meminta Ali tidur di atas ranjangnya. Beliau sampaikan bahwa Ali akan baik-baik saja.
Dengan ditemani sang sahabat karib, Abu Bakar ra., Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bergerak menuju Gua Tsaur dan sementara waktu tinggal di sana. Menurut pendapat paling kuat, peristiwa itu terjadi pada tanggal 2 Rabiul Awwal atau tanggal 20 September 622 M., sekitar 13 tahun setelah Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam diangkat menjadi rasul.
Setibanya di Gua Tsaur, Abu Bakar ra. masuk lebih dulu untuk memeriksa jika terdapat binatang buas atau ular. Mereka tinggal di gua itu selama tiga hari. Selama itu pula, Abdullah ibn Abu Bakar ra. menginap bersama mereka sambil menyampaikan laporan tentang kondisi Kota Mekah. Sebelum Fajar menyingsing, Abdullah meninggalkan Gua Tsaur dan kembali ke Mekah. Pagi hari, ia sudah berbaur dengan khalayak, seolah-olah bermalam di Mekah. Sementara itu, Amir ibn Fahirah juga selalu datang ke Gua Tsaur membawa sepotong daging domba. Uniknya, setiap kali Amir menyambangi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan Abu Bakar ra. di Gua Tsaur, ia menuntun domba-dombanya di jalan yang dilalui Abdullah ibn Abu Bakar. Dengan begitu, jejak kaki putra Abu Bakar itu tidak dapat dilihat lagi.
Sementara itu, kaum musyrikin yang mengetahui bahwa Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam telah berhasil keluar dari Mekah, segera bergerak menyusuri jalan menuju Madinah. Semua tempat yang kemungkinan dijadikan persembunyian mereka periksa.
Singkat cerita, para pengejar itu pun akhirnya tiba di dekat Gua Tsaur. Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, dan Abu Bakar ra. yang berada di dalam gua dapat mendengar jejak-jejak kaki para pengejar itu. Bukan main takutnya Abu Bakar ra. pada saat itu. Sahabat Rasul itu segera mendekati Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam, seraya berbisik pelan, “Kalau saja salah seorang di antara mereka melihat ke bawah kakinya, pasti ia dapat melihat kita. ”Mendengar itu, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda, “Wahai Abu Bakar, apa yang kau bayangkan terhadap dua orang, sementara yang ketiga dari mereka adalah Allah?” (HR Muttafaq ‘alaih).
Allah butakan mata semua orang-orang musyrik sehingga tak satu pun yang melihat ke dalam gua. Bahkan, tidak sedikit pun tebersit di dalam hati mereka keinginan untuk mencari tahu, ada apa sebenarnya di dalam gua yang mereka datangi.
Singkat cerita, setelah yakin para pengejar itu telah pergi, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan Abu Bakar ra. keluar dari Gua Tsaur. Mereka didampingi seseorang yang bernama Abdullah ibn Arqath. Abdullah ibn Arqath adalah seorang musyrik Mekah yang disewa untuk menjadi penunjuk jalan bagi Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan Abu Bakar ra, agar dapat melanjutkan perjalanan menuju Madinah melalui jalur rahasia yang tidak biasa dilewati para musafir. Di bawah arahan Abdullah ibn Arqath, Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan Abu Bakar ra. kemudian bergerak menuju Madinah lewat jalur pesisir.
Sementara itu, kaum musyrikin Mekah mengeluarkan maklumat bahwa siapa pun yang berhasil menemukan Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam dan Abu Bakar ra. akan mendapatkan uang tebusan bagi masing-masing mereka berdua.
Sumber : Fiqih Sirah karya Asy Syeikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi