Kewajiban Memberi Nasehat Kepada Sesama Muslim Bagian ke-1
Hendaknya engkau memberi nasehat kepada setiap muslim. Setidaknya engkau tidak merahasiakan darinya sesuatu yang menurutmu apabila engkau beritahukan kepadanya, maka ia akan mendapat keberuntungan atau selamat dari keburukan. Dalam hal ini. Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
الدين النصيحة
Artinya: “Agama adalah nasehat”
Termasuk bagian dari nasehat adalah sikapmu terhadap setiap muslim sewaktu ia tidak ada sama seperti sikapmu dikala ia ada. Janganlah mengungkapkan kasih sayangmu terhadapnya di lisanmu lebih dari yang ada dalam hatimu. Diantaranya juga jika seorang muslim meminta pendapatmu tentang sesuatu, sedangkan engkau mengetahui bahwa yang benar adalah yang bertentangan dengan keinginannya engkau tetap memberitahukannya.
Diantara hal-hal yang bertentangan dengan nasehat adalah mendengki umat Islam atas karunia yang ia berikan kepada mereka.
Intinya engkau merasa susah atas kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada salah seorang hamba-Nya. Baik itu berupa kenikmatan dalam agama ataupun kenikmatan duniawi, puncaknya adalah engkau menginginkan keruntuhan nikmat itu darinya.
Dalam sebuah Hadits disebutkan:
الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النار الحطب
Artinya: “Kedengkian akan memakan amal kebaikan seperti api menghanguskan kayu.”
Seorang pendengki menentang kekuasaan dan aturan Allah SWT, seakan-akan sikapnya mengatakan: “Wahai Tuhan, Engkau telah salah meletakkan kenikmatan-Mu.” Tidak mengapa apabila engkau tertarik saja yaitu engkau melihat kenikmatan Allah SWT yang ia berikan kepada seorang hamba-Nya lalu engkau juga meminta nikmat yang sama dari-Nya.
Apabila ada yang mengujimu hendaknya engkau mengingkarinya di dalam hati, kalau memang ia memuji sesuatu yang ada di dalam dirimu, maka ucapkanlah puji syukur kepada Allah SWT yang telah menampakkan kebaikan dan menutupi kejelekan.
Namun jikalau ia memuji sesuatu yang tidak ada padamu, maka ucapkanlah seperti yang dikatakan oleh seorang salatunasshalihin: “Ya Allah, janganlah engkau menuntutku atas apa mereka ucapkan dan ampunilah aku karena ketidaktahuan mereka jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.”
Adapun engkau janganlah memuji seseorang kecuali engkau tahu bahwa ia akan lebih bersemangat melakukan kebaikan apabila engkau puji atau ia memang orang yang memiliki keutamaan yang memang tidak diketahui keutamaannya lalu engkau memujinya dengan tujuan untuk memperkenalkan keutamaannya dengan syarat tidak ada kebohongan darimu dan tidak membuat orang yang engkau puji tertipu.
Jika engkau hendak menasehati seseorang mengenai sesuatu yang telah engkau dengar tentangnya hendaknya engkau menyendiri dengannya, bertutur kata yang lembut dan tidak segera berterus terang dihadapannya apabila memungkinkan menyadarkannya dengan sindiran, jika ia bertanya siapa yang memberitahumu tentang diriku ini?
Janganlah engkau memberitahunya agar tidak timbul permusuhan antara dirinya dengan orang itu, kemudian jika ia mau menerimanya, maka bersyukurlah kepada Allah SWT tetapi jika ia tidak mau menerima, maka tegurlah dirimu dan katakan kepadanya: “Wahai jiwa yang buruk aku terdorong olehmu, lihatlah mungkin saja engkau belum memenuhi syarat-syarat memberi nasehat dan adab-adabmu.”
Sumber : Nasihat Untukmu Wahai Saudaraku Karya al-Allamah al-Habib Abdullah bin Alwi AlHaddad