Sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas bahwa Allah SWT menjadikan keindahan pada setiap makhluk ciptaan-Nya di alam raya ini. Dia menjadikan aturan dan ketentuan sebab musabab sebagai faktor untuk menjaga keindahan itu. Maka orang yang mengikuti sebab musabab, akan memperoleh apa yang diinginkan. Tetapi orang yang mencoba melakukan siasat buruk untuk mengambil sesuatu dengan cara melawan hukum Allah, berarti ia berbuat kerusakan di alam raya ini.
Alam raya ini diciptakan selaras dengan sistem hukum Allah yang ada pada setiap sesuatu; di tempat kerja, di dalam rumah tangga, pada anak-anak, dalam mencari rezeki dan dalam segala dinamika kehidupan. Jika anda menggunakan ketentuan hukum Allah, maka yang datang kepada anda hanyalah kebaikan. Dan jika anda menghindar dari ketentuan hukum Allah, maka yang datang kepada anda hanyalah keburukan. Bukan saja dalam kehidupan duniawi, tetapi di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu ada ungkapan yang mengatakan:
لا خير فى خير يؤدى إلى النار,ولا شرَ فى شرَ يؤدى إلى الجنَة
(Tidaklah disebut kebaikan sama sekalisuatu kebaikan yang mengantarkan ke neraka. Dan tidaklah pula disebut keburukan sama sekali suatu keburukan yang justru mengantarkan ke surga).
Bagaimana suatu kebaikan bisa mengantarkan seseorang ke neraka? Baiklah kita ambil contoh: Ada orang yang mencuri dengan maksud menyedekahkan hasil curiannya, la mengambilnya dari orang kaya dan memberikannya kepada orang miskin. Orang-orang menyebutnya pencuri terhormat, padahal ia bukan terhormat dan jauh dari kehormatan, la mengira telah berbuat suatu kebaikan, padahal ia melakukan kejahatan yang besar, lantaran mencuri sesuatu yang diharamkan oleh Allah itu. Tidaklah berguna kebaikan yang dipersembahkannya. Kebaikan itu tidaklah diterima Allah lantaran ia memperolehnya dengan jalan haram. Allah SWT tidak menyuruh seseorang membantu-Nya memperoleh rezeki di alam raya-Nya ini, sebab Dialah yang memberi rezeki kepada semua makhluk-Nya, sampai harta yang haram-pun suatu rezeki, hanya saja ia adalah rezeki haram.
Allah SWT tidak mengizinkan seseorang mendatangkan harta haram, lalu ia mengklaim bahwa dirinya berjasa baik. Manusia tidak dilegalkan untuk menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal. Dalam konteks ini Allah SWT berfirman:
قل أرأيتم ما أنزل الله لكم من رزق فجعلتم منه حراما وحلالا قل ءالله اذن لكم ام على الله تفترون
[Katakanlah; “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan oleh Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagian dari padanya haram dan sebagiannya lagi halal”. Katakanlah; “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu tentang ini, ataukah kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?”). Qs Yunus : 59
Begitulah, Allah SWT menjelaskan kepada kita bahwa penentuan halal dan haram itu atas izin dan ketetapan dari Allah SWT. Manusia tidak berhak menetapkan keharaman bagi sesuatu yang dihalalkan Allah, atau menghalalkan sesuatu yang diharamkan Allah. Allah SWT tidak menginginkan seseorang untuk membantu-Nya dalam mengurus alam raya ini, karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dialah Yang berhak membebani setiap makhluk-Nya, sehingga tidak ada seseorang yang melakukan perbuatan yang diharamkan lalu mengatakan bahwa perbuatannya itu adalah suatu kebaikan. Sebab, sebagaimana yang sudah kami katakan, tidaklah disebut kebaikan sama sekali suatu kebaikan yang mengantarkan ke neraka.
Atau seorang perempuan yang menjual kehormatannya dengan dalih bahwa sesungguhnya ia melakukan hal itu demi kebaikan pendidikan anak-anaknya. Kita katakan kepada wanita itu: “Apa yang anda perbuat adalah haram, dan tidak akan diterima uang yang anda belanjakan untuk pendidikan anak-anak anda, karena Allah tidak butuh itu semua. Jika andasabar sejenak, niscaya Allah akan memberi rezeki yang halal untuk dapat anda gunakan memenuhi pendidikan anak-anak anda”.
Demikian pula halnya, tidaklah disebut keburukan sama sekali suatu keburukan yang mengantarkan ke surga. Yakni Jika anda menolong orang yang teraniaya, lalu lantaran itu anda mendapatkan kesengsaraan, maka hal itu bukanlahsuatu keburukan, tetapi justru suatu kebaikan. Karena anda mendapat balasan sebaik-baik pahala atas pertolongan anda itu. Kemudian jika anda merasa tidak membutuhkan sebagian perlengkapan yang anda miliki lalu anda sumbangkan harganya kepada yang berhak, maka anda dalam hal ini beruntung, bukan merugi, sebab apa yang anda sumbangkan itu menjadi berlipat ganda di sisi Allah SWT.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pernah diberi hadiah daging kambing panggang, lalu beliau menyuruh membaginya kepada orang-orang fakir miskin. Maka Slti Aisah Radhiyallahu ‘Anha, membagikannya dan hanya menyisakan daging bagian pundak saja, karena Aisah mengetahui bahwa Rasul Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam senang daging bagian pundak. Ketika Rasul Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam pulang, beliau menanyakan tentang daging kambing itu. Siti Aisah RA menjawab: Telah kami bagikan dagingnya dan kami sisakan daging bagian pundak. Maka Rasul Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam mengatakan : Itu berarti engkau sisakan semua kecuali daging pundak.
Inilah standar yang sejati untuk mengukur kebaikan dan keburukan, la adalah standar yang ditetapkan Allah SWT. Tetapi lagi-lagi manusia yang menyalah gunakan hak kebebasan memilih yang diberikan oleh Allah SWT dalam alam raya ini. Maka yang seharusnya ia menggunakan standar Tuhan yang menciptakan dirinya, justru la membuat standar untuk dirinya sendiri.
Untuk lebih memahami hakikat ini, sebaiknya kita menengok ke alam raya bagian atas yang tidak tersentuh campur tangan dan hak pilih manusia. Kita dapatinya begitu tertib dan sangat rapi sehingga dapat memberikan kepada setiap makhluk kehidupan nyaman tanpa merasakan kesengsaraan dan ketimpangan.
Matahari, bulan, bintang, planet, udara dan benda-benda angkasa yang tidak tersentuh oleh campur tangan manusia di bumi, semua menjalankan tugassesuai denganfungsinya tanpa ada satupunyang mengeluh, dan tanpa melelahkan satupun makhluk lain. Tidak ada orang yang mengeluh bahwa matahari terlambat terbit dari waktu yang semestinya, atau ia memberikan pancaran cahayanya hanya kepada sekolompok manusia saja, tidak kepada kelompok yang lain. Tidak ada orang yang merasa dirinya dibuat sulit oleh sistem perjalanan planet, yang mengalami kerusakan dan akhirnya berdampak pada kerusakan alam raya seluruhnya. Tidak seorangpun yang merasa mencari udara untuk bernafas lalu ia tidak menemukannya. Tidak ada orang yang mengatakan bahwa hujan tidak akan turun lagi ke bumi sehingga menyebabkan hancurnya kehidupan di atasnya, termasuk kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Tidak pernah kita mendengar orang yang mengatakan bahwa peredaran bumi mengalami gangguan sehingga bumi menerbangkan apa saja yang ada di permukaannya ke ruang angkasa.
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
Hal ini yg sedang terjadi di dunia akhir jaman, dimana kekayaan menjadi indikator kemajuan sebuah peradaban atau negara, tanpa memperdulikan bagaimana kekayaan itu diperoleh.
Padahal negara-negara yang dikatakan “maju” tersebut dulunya adalah para penjajah yang merampas dari bangsa yang lemah, dan sampai saat ini pun penjajahan tetap dilakukan, lewat kebijakan ekonomi riba, politik, dll, beda bungkus tp sama isinya.
Dan bangsa yang terjajah dianggap lemah, miskin, terbelakang, inferior, & dianggap sebagai negara gagal hanya karena menerapkan sifat sabar, jujur, & tidak curang.
Na’udzubillahi min dzalik.