Perlu dicamkan sungguh-sungguh, bagaimana dengan orang gila? Allah SWT mengistimewakan manusia dengan akal pikiran, sementara orang gila tidak punya akal pikiran, artinya ia telah terlucuti dari sesuatu yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.
Kami katakan: Sesungguhnya Allah ingin mengarahkan perhatian kita bahwa akal pikiran merupakan ciptaan-Nya, bukan datang dari manusianya. Akal pikiran yang mewarisi peradaban dan dapat menciptakan kemajuan di dunia, kemampuannya karena ditundukkan oleh Allah bagi anda, bukan merupakan kemampuan yang ber-sumber dari dalam diri anda, supaya anda tidak terpedaya oleh akal pikiran dan kecerdasan anda, lalu anda mengira bahwa dengan akal pikiran itu anda tidak perlu lagi dengan Allah, atau dengan akal pikiran itu anda merasa bisa membuat hukum perundang-undangan untuk diri anda sendiri yang lebih baik dari pada hukum perundang-undangan ciptaan Allah.
Meskipun Allah SWT menciptakan akal pikiran untuk memilih di antara beberapa alternatif, tetapi sayangnya kita tidak memfungsikannya dalam hidup ini, bahkan kita biarkan akal pikiran itu merancang sendiri sistem hukum buatan manusia yang lebih kita prioritaskan dari pada sistem hukum Allah.
Akal pikiran mencobamengurussistem kehidupan di atas bumi ini yang diyakininya membawa kebaikan di dunia, padahal hakikatnya yang demikian itu merusak segalanya.
Ada yang bertanya : Apa sebenarnya dosa orang gila itu? Kami katakan bahwa Allah SWT memberinya keistimewaan yang besar, yakni bahwa orang gila itu tidak dihisab di akhirat. Anda di dunia ini kadangkata dicaci maki oleh orang gila atau dilempar batu olehnya, atau ia berbuat apa saja, tetapi anda tidak menanggapinya, bahkan mungkin anda tertawa saja atas tindakannya. Anda menganggapnya sebagai tindakan yang tidak disengaja, karena akal pikiran pelakunya memang tidak sehat. Anda dicaci maki oleh orang yang gila lalu anda hanya tertawa tidak memperhitungkannya. Kadang kala ia memegang baju anda, tapi anda tidak marah, karena anda menyadari bahwa ia tidak diperhitungkan orang di dunia ini.
Semua manusia diperhitungkan, selain orang yang hilang akal pikirannya, la tidak diperhitungkan atas apa saja yang ia lakukan, sebab dasar perhitungan perbuatan adalah punya pemilihan, sementara orang gila itu telah kehilangan alat pemilihannya.
Inilah beberapa ungkapan dari hati tentang kebaikan dan keburukan serta alam raya. Semua itu memperjelas ketelitian neraca yang dijadikan alat ukur kehidupan. Inilah neraca yang amat cermat dan penuh ketelitian yang ditetapkan dengan keadilan. Neraca itu tidak akan mengurangi kelebihan (keistimewaan) dari seseorang kecuali ia memberinya kelebihan dan keistimewaan lainnya.
Semua yang ada di alam raya ini punya fungsi, tugas dan tujuan, baik kita sadari ataupun tidak. Yang pasti setiap makhluk menjalankan fungsi dan tugasnya dalam kehidupan ini tanpa harus menunggu pemahaman atau persetujuan dari kita. Tetapi ketidak adilan yang dirasakan oleh sebagian orang hanyalah bersumber dari ketidak pa-haman manusia, atau akibat perbenturan antara kenyataan dan keinginan-keinginan yang hendak mereka wujudkan, hanya saja Allah tidak hendak mewujudkannya bagi mereka karena adanya hikmah yang tidak terlihat oleh mereka.
Kebahagiaan dalam hidup ini ialah apabila manusia rela dengan keputusan takdir Allah SWT.
Kerelaan itulah yang membuat manusia bisa merasakan kebahagiaan. Sedangkan ketidak relaan atas ketentuan takdir, hanyalah akan menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. Renungkanlah Hadits Qudsi dari Allah SWT:
عبدى…أنا أريد وأنت تريد,فإن رضيت بما أريد أغنيتك عما تريد ,وإن لم ترض بما أريد أتبعتك فيما تريد ثم لا يكون إلا ما أريد
(Hai hamba-Ku! Aku punya keinginan dan kamu pun punya keinginan. Maka jika kamu rela dengan apa yang Aku inginkan, Aku akan cukupi kamu dari apa yang kamu Inginkan. Tapi Jika kamu tidak rela dengan apa yang Aku Inginkan, Aku akan buat lelah kamu dengan apa yang kamu inginkan, kemudian akhirnya tidak akan terwujud kecuali apa yang Aku inginkan).
Begitulah, anda rela atau tidak rela dengan ketentuan takdir, tetap saja kehendak Allah yang pasti berlangsung. Yang jelas ialah bahwa rela menerima ketentuan takdir Allah dapat memberikan kebaikan bagi anda di dunia, sementara ketidak relaan dengannya dapat menyebabkan penderitaan dan siksa yang menyakitkan di dunia dan akhirat.
Itulah arti kebaikan dan keburukan bagi peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. Allah SWT dengan keadilan-Nya tidak mungkin membeda-bedakan seseorang hamba-Nya atas yang lain kecuali dengan amal saleh. Adapun apa yang terjadi pada diri kita yang kita anggapnya sebagai ketidak adilan dan pilih kasih, sebenarnya itu timbul karena buruknya perkiraan dan taksiran kita terhadap persoalan. Padahal Allah SWT secara tegas mengatakan:
إن الله لا يظلم الناس شيأ ولكن الناس أنفسهم يظلمون
[Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri). Qs Yunus: 44
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi
Subhanallah….