Urusannya tidak hanya berhenti sampai di sini saja, negara-negara kaya bahkan berusaha untuk mengendalikan harga dan produktivitas makanan. Sebuah negara besar seperti Amerika misalnya, berani membayar mahal kepada para petaninya sebagai pengganti mereka tidak melakukan penanaman gandum dengan maksud agar harga gandum tetap tinggi.
Negara lain seperti Brazil tega melemparkan biji kopi ke laut agar harganya tidak anjlok. Ada beberapa negara lainnya yang menimbun susu, telur dan bermacam-macam makanan lainnya. Mereka mentelantarkannya begitu saja lalu mereka buangnya ke laut untuk mempertahankan harga tetap tinggi, padahal di tempat lain di dunia ini ada berjuta-juta mulut yang membutuhkannya. Mereka membutuhkan sepotong roti, segelas susu dan sebutir telur untuk dikonsumsi.
Penelantaran nikmat Allah itu merupakan perbuatan merusak di bumi. Anda memperoleh nikmat lalu anda menahannya untuk didistribusikan kepada hamba Allah. Kalaulah nikmat itu datangnya dari produk manusia sendiri, tentu bisa kita maklumi bahwa itu adalah hak mereka, tetapi nikmat itu adalah ciptaan Tuhan. Mereka tidak bisa menciptakan hewan ternak yang menghasilkan susu dan daging. Mereka tidak menciptakan unggas yang menghasilkan telur. Mereka tidak ikut menciptakan bumi yang dapat menumbuhkan gandum dan segala hasil bumi. Bukan mereka yang menciptakan biji gandum yang menumbuhkan tangkai gandum.
Namun demikian dalam kenyataannya manusia yang seharusnya berkewajiban menyalurkan nikmat Allah kepada para hamba-Nya dengan mengirimkan sisa dari kebutuhan mereka ke negara-negara miskin, justru mereka buang percuma ke laut dengan maksud agar nikmat Itu tidak dikonsumsi oleh sesama makhluk Allah.
Di sisi lain, ada negara-negara yang enggan mengelola bumi, padahal di sana terdapat area luas dan cocok untuk di tanami. Tetapi yang seharusnya mereka mengerahkan segala tenaga untuk memanfaatkan dan menggali hasil bumi ini, justru mereka sibuk dengan urusan peperangan dan revolusi dengan merubah sistem hukum yang ada demi berebut kekuasaan di bumi.
Manusia benar-benar menyibukkan diri untuk berebut kepentingan duniawi, sebagai ganti dari menjalankan fungsinya sebagai pemakmur bumi.
Itulah ketidakadilan manusia yang dapat menghalangi nikmat Allah atas hamba-hambaNya. Dalam konteks ini Allah SWT berfirman;
قل أرايتم ما أنزل الله لكم منرزق فجعلتم منه حراما وحلالا قل ءآلله أذن لكم أم على الله تفترون
[Katakanlah: “Terangkanlah kepadaku tentang rezeki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal”. Katakanlah: “Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada adakan saja terhadap Allah?”) Qs Yunus:59
Demikianlah kita lihat ketidak adilan yang dilakukan oleh manusia. Mereka mempetak-petak bumi menjadi negara-negara dan batas-batas tere-torial serta kavling-kavling yang mereka larang untuk di huni para hamba Allah, padahal Allah SWT menciptakan seluruh bumi ini tanpa terkecuali untuk seluruh manusia. Maka, siapakah sebenarnya yang meciptakan kesengsaraan dan keburukan bagi manusia?
Yang menciptakan kesengsaraan dan keburukan sebenarnya adalah akal pikiran manusia sendiri yang Allah ciptakan untuk memilih di antara sekian banyak alternatif, tetapi manusia sibuk dengan hal-hal di luar yang menjadi tugasnya, yaitu memakmurkan bumi. La sibuk dengan perbuatan merusak dan penguasaan terhadap negara dan sesama hamba, la sibuk dengan perebutan dunia, sehingga tugas pokoknya, yakni pemakmuran bumi terlupakan dan terabaikan. Maka akibatnya adalah seperti yang kita saksikan dan kita dengar !
Begitulah pilihan manusia mengantarkannya pada kesengsaraan, bukan mendatangkan kebaikan. Pilihan manusia menelantarkan nikmat Allah, padahal seharusnya mengembangkannya. Pilihan manusia menyebabkan meningkatnya permasalahan, bukan mencarikan jalan keluarnya. Sungguh penghindaran manusia dari aturan hukum Allah menjadi bencana bagi mereka. Mereka bertindak hanya berdasarkan akal pikiran, tidak berlandaskan aturan hukum Allah, maka hasilnya adalah kerusakan, bukan perbaikan.
Keterpedayaan manusia membayanginya bahwa dia bisa merubah sistem alam ini untuk tujuan meningkatkan pembangunan dan perbaikan. Lalu apa yangdia lakukan ? la mencoba menebangpepohonan dan hutan yang merupakan paru-paru pernapasan alam. Sebagai gantinya, mereka membangun pabrik-pabrik yang mencemari udara yang semula bersih sehingga menyebabkan lubang pada lapisan ozon yang mengancam eksistensi kehidupan di bumi dan meninggalkan limba kimiawi di sungai-sungai hingga mencemari air yang diturunkan oleh Allah dari langit dalam keadaan bersi dan suci.
Akal pikiran manusia pula yang merusak tanaman dengan menebarkan sejumlah besar racun dengan dalih membasmi hama, tiba-tiba racun-racun itulah yang menyebabkan tercemarnya tanaman yang dimakan manusia dan hewan hingga masuk ke dalam tubuh kita yang mengakibatkannya lemah, sakit dan mati.
Ketika para ilmuwan menyadari apa yang ditimbulkan oleh racun-racun itu pada buah-buahan, manusia dan hewan, mereka kembali kepada jalur yang benar dengan menyadari kekeliruan perkiraan mereka. Lalu mereka melarang pemakaiannya setelah mereka semula meyakinkan kepada dunia bahwa obat-obat pembasmi hama tersebut merupakan solusi tepat untuk meningkatkan hasil bumi dan mematikan penyakit.
Mereka juga menggunakan obat-obat kimia untuk memberantas penyakit. Sesudah itu mereka jugalah yang melarang pemakaiannya karena obat-obat tersebut menimbulkan efek samping yang lebih membahayakan dari pada penyakit itu sendiri Semua ini terjadi akibat kurangnya ilmu manusia dan keterbatasan akal pikirannya. Manusia tahu tentang sedikit hal, tetapi masih tertutup baginya banyak hal. Dia bertindak dengan ilmunya yang sedikit itu lalu akalnya membayang-bayanginya bahwa ia akan bisa mencapai kebaikan yang merata, akhirnya terungkaplah kekeliruan perhitungannya sehingga ia harus mundur ke titik ia memulai tindakannya.
Manusia tidaklah mampu melihat jauh ke depan kecuali sebatas permasalahan yang ada saat ini. Persis sebagaimana yang dialami oleh sejumlah negara yang mulai kejang-kejang atas nama kebebasan. Mereka menuntut kebebasan seksual, bahkan Parlemen Inggris mempertegas lagi dengan memperbolehkan homo seksual. Mereka mulai bangga karena merasa dapat mewujudkan kebebasan individu manusia seluas-luasnya, padahal yang dapat mewujudkan kebebasan manusia seluas-luasnya hanyalah sistem hukum Allah.
Kamudian apa yang terjadi? Tersebarlah penyakit Aids, suatu penyakit mematikan yang tidak ada obatnya dan yang memusingkan para ilmuwan hingga hari ini tanpa menemukan solusinya. Tiba-tiba mereka yang berkoar-koar tentang kebebasan individual dan kebebasan seksual serta homo seksual itu sendiri yang kini menuntut masyarakat luas untuk berpegang teguh pada nilai-nilai moral. Apakah mereka melakukannya karena dorongan keimanan ? Tentu tidak. Tetapi mereka melakukannya karena keterpaksaan untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman penyakit yang membawanya kepada kematian. Seandainya mereka mengikuti sistem dan aturan hukum allah, niscaya mereka terhindar dari penyakit mematikan yang menggerogoti tubuh masyarakat itu.
Semua ini merupakan fakta yang benar-benar terjadi di alam sekitar kita, tetapi kita tidak menaruh perhatian terhadapnya. Allah SWT melarang praktik-praktik ribawi dan mengancam para rentenir dan lintah darat dengan akibat-akibat buruknya, namun demikian manusia tetap saja melanggar aturan hukum Allah, maka rusaklah tatanan ekonomi dunia secara keseluruhan, hingga perbandingan bunga kini telah melebihi modal pokok yang di bayarkan. Hal itulah yang melemahkan kekuatan negara dan masyarakat, karena itulah dunia mulai menyerukan pembatalan praktik-praktik ribawi itu.
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi