Allah SWT memberitakan kepada kita bahwa kita tidak layak untuk menilai dan memutuskan makna setiap peristiwa yang terjadi atas diri kita. Kadang kala kita tidak menyukai sesuatu yangterjadi pada diri kita, padahal di dalamnya terkandung banyak kebaikan yang tidak kita ketahui. Kita menganggapnya suatu musibah, padahal pada hakikatnya adalah kebaikan yang Allah kehendaki untuk diri kita. Kadang kala kita mengira apa yangterjadi itu suatu kebaikan bagi kita sehingga kita menyenanginya dan bergembira karenanya, tetapi hakikatnya adalah keburukan yang sangat besar.
Maka, janganlah kita melibatkan diri untuk mencampuri urusan takdir yang terjadi atas diri kita. Manusia tidak bisa membedakan antara kebaikan dengan keburukan. Mereka benar-benar tidak mengetahui makna yang sesungguhnya dari apa yang terjadi. Semua haruslah kita sikapi dan kita lihat dari sudut pandang kebaikan. Semua keputusan takdir Allah tidak ada yang tidak baik bagi manusia. Sebab, keburukan hanyalah terjadi lantaran ulah manusia.
Jika kita memperbincangkan seorang yang kaya, atau orang yang sedang memegang kekuasaan lalu Allah cabut kekuasaan itu, atau Allah ambil kekayaan dari padanya, tentu orang tersebut beranggapan apa yang terjadi pada dirinya adalah suatu keburukan, lalu ia menggerutu dengan mengutuk dunia dan membencinya, la mengeluh atas keputusan takdir itu kepada Allah. Padahal hakikatnya tidaklah seperti yang ia duga. Marilah kita renungkan firman Allah SWT:
قل اللهم مالك الملك تؤتى الملك من تساء وتنزع الماك ممن تشاء وتعز من تشاء بيدك الخير إنك على كل شيء قدير
(Katakanlah: “Wahai Tuhan yang mempunyai kerataan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dori orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu). Qs Ali Imran : 26
Selama kita diperintahkan untuk menyatakan dengan tegas
بيدك الخير
(Di tangan Engkaulah segala kebajikan),
maka ada atau tidak adanya suatu kekuasaan sebenarnya sama-sama merupakan kebaikan bagi kita.
Pemberian kekuasaan memang sesuatu yang baik, tidak seorangpunyangberbeda pendapat bahwa itu adalah suatu kebaikan. Karena itulah, orang yang dikaruniai oleh Allah kekuasaan dipahami sebagai suatu kebaikan. Semua orang pasti beranggapan demikian. Tetapi bagaiman pencabutan kekuasaan bisa diartikan sebagai suatu kebaikan ? Di dalam ayat itu dinyatakan :
وتنزع الملك ممن تشاء
(Dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki). Dari ayat tersebut kita memperoleh informasi bahwa hilangnya kekuasaan itu tidaklah terjadi atas pilihan manusia sama sekali, tetapi semata-mata Allah yang melucuti dan mencabutnya dari tangan manusia. Betapapun kemauan manusia itu untuk mempertahankannya, tidaklah berarti jika Allah SWT mengambilnya secara paksa dan tegas. Lalu bagaimana yang demikian itu dikatakan suatu kebaikan?
Kami katakan: Allah SWT dalam melihat persoalan pasti melihatnya secara lengkap dan menyeluruh. Dia memandang peristiwa-peristiwa di dunia ini dan mengkaitkannya dengan kesudahanyangakan dialami |eh manusia; apakah peristiwa itu membawanya E neraka dengan berbagai siksaan yang ada di dalamnya, ataukah ke surga dengan segala macam kenikmatan di dalamnya.
Di sinilah kita lihat antara peristiwa-peristiwa itu tidak adanya pemisah, seluruh tahapan-tahapannya bersambung, antara pendahuluan dan kesimpulan terkait satu dengan yang lain. Maka barangsiapa yang melakukan amal saleh ia mendapatkan surga di akhirat, dan barangsiapa berbuat kerusakan di muka bumi dan melanggar aturan-aturan Allah ia mendapatkan siksa di akhirat.
Selagi pendahuluan-pendahuluan itu yang mengantarkan kita kepada kesimpulan-kesim-pulannya, maka jika pendahuluannya benar akan sampai pada kesimpulan yang benar pula, dan jika rusak, maka ia tidak memberikan sesuatu hasil selain kesimpulan yang rusak pula.
Selagi kekuasaan itu menjadi suatu kekuatan, kewenangan dan otoritas serta instruksi-instruksi yang menuntut penerapan yang kadang-kadang bisa menghasut pemiliknya untuk berbuat semena-mena atau mendorongnya untuk menindas dan memeras orang lain, maka dengan kenyataan yang demikian jika kekuasaan tersebut dicabut oleh Allah barang kali bisa menyelamatkan diri orang yang memilikinya dari perbuatan maksiat yang menyebabkan ia kekal di neraka.
Allah SWT yang ilmunya meliputi segala sesuatu lebih mengetahui bahwa seseorang akan menjadi diktator, tiran dan arogan yang suka menindas. Maka, dengan rahmat-Nya, Allah ingin menyelamatkan orangtersebut dari siksa yang menyakitkan. Lantaran itulah Dia mencabut dari padanya kekuasaan untuk melindunginya dari malapetaka yang akan datang dan menyelamatkannya dari penderitaan yang tidak berkesudahan. Apakah ini suatu kebaikan ataukah keburukan?
Mana yang lebih baik, hilangnya kekuasaan dari tangannya yang kalaulah kekuasaan itu terus dipegangnya tidaklah akan bertahan kecuali beberapa tahun saja, yakni sepanjang usia hidupnya lalu setelah itu hilang, ataukah Allah menghindarkan dirinya dari kekuasaan dengan mencabutnya semata-mata karena rahmat kasih sayang-Nya kepadanya agar ia tidak jatuh pada hal-hal yang mendatangkan murka Allah?
Sebagai manusia, bisa jadi ketika dicabutnya kekuasaan dari tangannya menganggap bahwa peristiwa yang terjadi pada dirinya itu merupakan ^burukan yang amat besar, tetapi kelak di akhirat ia pasti memuji dan bersujud sungkur kepada-Nya atas rahmat-Nya yang telah menyelamatkannya dari siksa neraka.
Demikian itulah kekuasaan dan kejayaan duniawi, bisa menjerumuskan seseorang ke dalam maksiat, menjauhkannya dari Tuhannya dan menjadikannya diktator dan bersikap arogan. Jika Allah mencabut kejayaan itu dari tangannya, sadarlah dan insaflah ia bahwa dirinya membutuhkan pertolongan Allah SWT, lalu dengan tulus hati mengangkat tangannya ke langit sambil memanggil; “Ya Tuhanku”, dan barangkali ia menempuh jalan yang lurus setelah semula hampir menempuh jalan bengkok yang akan menjebloskan dirinya kepada kehancuran.
Jadi, setiap keputusan takdir Tuhan sekalipun terlihat di permukaan atau menurut pemahaman manusia seakan-akan keburukan, namun pada akikatnya adalah kebaikan. Allah yang menciptakan kita dan menundukkan bagi kita segala yang di langit dan di bumi,sudah pasti Dialah pula Yangmenghendaki kebaikan bagi kita. Hanya saja manusia ingin tergesa-gesa dalam segala hal, dia tidak mengetahui bahwa di balik setiap takdir dalam kerajaan-Nya terdapat hikmah kebaikan. Kalaulah kita tahu tentang satu persoalan, di sana masih banyak persoalan yang tidak terjangkau oleh pengetahuan kita.
Sebagian orang tidak mau tahu dan dadanya merasa sempit, la katakan: Aku sudah berdoa kepada Allah untuk memohon ini dan itu, tetapi Allah tidak mengabulkan permohonanku. Kami katakan kepadanya: Kalau terkabulnya do’a itu merupakan suatu kebaikan dan pemeberian, maka demikian pula halnya dengan tidak dikabulkannya do’a, tetap merupakan kebaikan dan pemberian pula.
Bisa jadi anda berdoa meminta sesuatu yang sebenarnya buruk bagi anda, sementara anda sendiri tidak tahu. Seandainya Allah mengabulkan setiap apa yang anda minta, niscaya anda tertimpa bahaya yang besar. Bukankah ada seorang ibu yang mendoakan buruk atas anaknya sendiri ketika ibu itu sedang marah? Bukankah ada orang yang mendoakan jelek atas orang-orang yang paling dekat kepada dirinya ketika ia sedang emosi? Apa gerangan yang mungkin bisa terjadi seandainya Allah mengabulkan do’a seorang ibu yang memohon secara sungguh-sungguh untuk dimatikan anaknya. Bahagiakah ibu itu dalam kondisi demikian? Akankah ia bersyukur kepada Allah atas terkabulnya apa yang ia minta?
Demikian pula dengan do’a seorang ayah atas gnak-anaknya, atau do’a istri atas suaminya dalam keadaan sedang emosi, kalau seandainya pintu-pintu langit mengabulkan do’a mereka, niscaya mereka tertimpa bahaya besar dan kesedihan yang mendalam. Tetapi dengan tidak dikabulkannya do’a, berarti mereka menerima kebaikan dan pemberian. Dalam konteks ini, Allah SWT berfirman :
ويدع الإنسان بالشر دعاءه بالخير وكان الإنسان عجولا
(Dan manusia berdo’a untuk keburukan sebagaimana ia berdo’a untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa). Qs AL isra : 11
Begitulah anda dapat saksikan permohonan dalam do’a yang anda kira suatu kebaikan dan anda mengharap Tuhan berkenan mengabulkannya, bisa jadi membawa keburukan bagi anda. Hal itu disebabkan anda tidak melihat persoalan secara keseluruhan. Sesuatu yang gaib dan akan terjadi masih tertutup dari pandangan anda. Anda hanya bisa menganalogikan kebaikan di zaman yang anda sedang berada, tetapi sebenarnya analogi itu keliru. Mengapa demikian? Karena sesudah itu akan terjadi perubahan-perubahan yang menjadikan kebaikan yang pernah anda banyangkan itu sebagai keburukan yang mengerikan. Padahal dalam do’a, anda benar-benar mendesak dengan penuh ketergesaan untuk dikabulkan. Tetapi Allah SWT dengan kebijaksanaan-Nya tidak mengabulkan apa yang anda minta itu, sebab Allah SWT dengan Ilmu-Nya yang luas ingin menyelamatkan anda dari keburukan yang akan terjadi di masa yang akan datang yang saat ini masih tertutup dari pandangan anda.
Misalnya anda ingin menjadi orang dekatnya penguasa atau menjadi orang kepercayaan pejabat yang berpengaruh. Anda tidak tahu bahwa mungkin peristiwa yang akan datang akan memaksakan penguasa tersebut turun dari jabatannya untuk digantikan penguasa baru yang akan menghukum seluruh pendukung dan orang-orang dekat penguasa yang lama. Atau bisa jadi penguasa yang anda inginkan supaya diri anda menjadi orang dekatnya itu mengkudeta anda lalu menjatuhkan hukuman terhadap diri anda sekeras-kerasnya.
Bukankah kita sering mendengar tentang beberapa penguasa yang mengkudeta orang-orang dekatnya, bahkan ada yang menghukum mati mereka? Kita sering mendengar dan menyaksikan sendiri peristiwa-peristiwa seperti itu, terutama dalam revolusi-revolusi yang terjadi dibeberapa negara. Banyak kejadian-kejadian serupa yang tidak Jauh
dari ingatan kita.Allah SWT berfirman:
ويذيق بعضكم بأس بعض
(Dan Dia (Allah) yang merasakan kepada sebagian kamu keganasan sebagian yang lain). Qs Al-An’am : 65
Maka, ketika anda sedang menengadakan kedua tangan ke langit untuk memohon sesuatu dengan mendesak-desak agar Allah mengabulkan permohonan anda, ketika itu seharusnya anda menaruh dalam benak anda dua kemungkinan baik, jika permohonan anda dikabulkan, maka itu suatu kebaikan, dan jika tidak dikabulkan-pun tetap merupakan kebaikan, karena dengan cara demikian berarti Allah telah menyelamatkan anda dari keburukan yang besar.
Sumber : Terj. Al Khoir wa Syar
karya As-Syeikh Muhammad Mutawalli As-Sya’rawi